YOGYAKARTA | duta.co – Isu Ahok mencuat lagi. Kali ini muncul dalam khotbah salat Idul Fitri di alun-alun Gunungkidul, DI Yogyakarta, yang hingga Rabu 28 Juni 2017 masih menjadi perbincangan masyarakat. Saat itu Khatib Ichsan Nuriansah Bajuri sempat menyinggung kasus penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam isi ceramahnya. Isu ini lagi-lagi menjadi polemik.

Salah satu jemaah salat Idul Fitri di alun-alun Kota Wonosari, Gunungkidul, Rohmad Santosa (47), warga Bejiharjo, mengungkapkan, dalam khotbah sehabis salat Idul Fitri, khatib menyinggung soal penistaan agama oleh mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Tapi tak dijelaskan dari sisi yang mana kasus Ahok dimunculkan.

Dia mengaku dirinya bersama empat orang anggota keluarganya sengaja salat Id di alun-alun Kota Wonosari karena dekat, berjarak kurang dari 500 meter dari rumahnya. Saat itu alun-alun penuh jemaah.

“Saya bersama lima anggota keluarga, tiga laki-laki dan dua perempuan,” katanya.

Awalnya banyak jemaah yang terus mendengarkan khotbah. Tapi, sekitar 10 menit kemudian, banyak yang meninggalkan lapangan.

“Banyak yang langsung bubar, keluar dari lapangan. Saya bersama keluarga langsung ke pinggir, ke arah kantor kabupaten. Ternyata banyak juga yang meninggalkan alun-alun,” katanya.

Menurutnya, selama perjalanan pulang, beberapa warga sekitar membicarakan isi khotbah yang disampaikan oleh khatib.

“Banyak tetangga sehabis salat Id saat pulang membicarakan isi khotbah yang tidak pada tempatnya. Sampai rumah ya banyak yang ngomongin soal itu,” kata Rohmad. Tapi tak dijelaskan apa yang dimaksud tidak pada tempatnya itu.

Ketua Perayaan Hari Besar Islam Wonosari, Gunungkidul, Iskanto, juga menyayangkan materi khotbah Ichsan. Menurut dia, sebenarnya apa yang disampaikan Ichsan faktual, tapi tidak layak disampaikan kepada masyarakat secara terbuka.

“Ya, kalau buat dikonsumsi (masyarakat) umum, kurang pas,” ujar Iskanto.

Menurut Iskanto, seharusnya khotbah khatib menghindari materi isu-isu politik, apalagi isu tersebut dapat memecah-belah masyarakat. “Tapi memang isi materinya faktual,” sebutnya. Padahal seharusnya seorang khatib, disebut Iskanto, dapat memilah materi apa yang pantas disampaikan kepada masyarakat agar khotbahnya tak menimbulkan polemik.

Iskanto melanjutkan penunjukan Ichsan sebagai khatib salat Id di alun-alun Gunungkidul tidak melalui proses seleksi, hanya asal tunjuk. Apalagi Ichsan dipandang sebagai orang berilmu dan sudah biasa berkhotbah. Ichsan disebutnya aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan di DIY dan mengajar di salah satu kampus swasta di Yogya.

“Ya kami tidak menyangka isi khotbahnya seperti itu,” tuturnya. “Pertimbangan kami memilih khatib (Ichsan), karena dia memang sudah biasa menyampaikan khotbah. Tapi kalau dia (Ichsan) menyampaikan khotbah seperti itu, bukan jangkauan kami selaku PHBI. Tapi karena dia sendiri yang menyampaikan materi seperti itu,” tambah Iskanto.

Kontroversi khotbah yang disampaikan Ichsan juga disayangkan Bupati Gunungkidul Badingah. Dia mengaku kecewa setelah mendengar ceramah yang disampaikan Ichsan. Hari pertama Lebaran, Badingah memang mengikuti salat Idul Fitri di alun-alun Gunungkidul. “Tidak menyangka, setelah mendengar ceramah, buat berdiri saja sulit,” katanya. (det,wis)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry