Counsellor (Agriculture and Agrifood) and Regional Trade Commissioner to Indonesia and ASEAN Embassy of Canada, William Kendall saat bertemu Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto di Graha Kadin, Selasa (7/6/2022). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Counsellor (Agriculture and Agrifood) and Regional Trade Commissioner to Indonesia and ASEAN Embassy of Canada, William Kendall melakukan kunjungan ke Graha Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Selasa (7/6/2022).

Kunjungan diterima oleh Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Promosi dan Perdagangan Internasional Kadin Jatim Tommy Kaihatu, WKU Bidang Investasi Kadin Jatim M. Turino Junaedi.

Juga hadir Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Provinsi Jatim Hadi Sulistyo, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jatim Dyah Wahyu Ermawati, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim Heru Suseno dan sejumlah pebisnis agriculture dan perwakilan petani Jatim.

Dalam kesempatan tersebut, William mengutarakan keinginannya untuk mengetahui potensi sektor pertanian, perkebunan dan perikanan di provinsi Jawa Timur mengingat Jatim adalah salah satu lumbung pangan Indonesia.

“Indonesia, khususnya Jatim memiliki potensi luar biasa, mulai dari potensi anak muda, hingga potensi agriculture yang ada. Dan Indonesia saat ini menjadi salah satu negara yang cukup bagus di Asean yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat,” ujar William.

Seluruh potensi tersebut menurut William menjadi modal dasar Jatim untuk mampu bersaing dengan negara lain dan juga dalam proses produksi. Beberapa komoditas agriculture yang cukup berpeluang besar masuk ke pasar Kanada diantaranya adalah coklat, mangga, nanas, kopi dan komoditas perikanan.

“Hal yang penting adalah adanya perbedaan iklim antara Kanada dengan Indonesia dengan komoditas yang dihasilkan juga berbeda. Sehingga Jatim bisa menawarkan komoditas yang dibutuhkan Kanada dan sebaliknya Kanada bisa menawarkan apa yang dibutuhkan Indonesia seperti gandum,” terangnya.

Menanggapi keinginan tersebut, Adik mengatakan, Jatim sangat terbuka dalam kerjasama perdagangan dan investasi, terlebih untuk sektor agrikultur karena Jatim memiliki berbagai potensi pertanian, mulai dari pertanian pangan, perkebunan, hingga perikanan.

“Ini adalah peluang yang sangat bagus bagi Jatim untuk menaikkan ekspor ke Kanada, apalagi neraca perdagangan Jatim dengan Kanada selama lima tahun terakhir selalu minus, Jatim kalah terus. Dengan adanya Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), kami berharap realisasi perdagangan kita dengan Kanada bisa ditingkatkan. Apalagi Jatim memiliki peluang ekspor produk agrikultur,” ujar Adik.

Sementara itu, Dyah Wahyu Ermawati mengungkapkan bahwa potensi agriculture Jatim memang cukup besar, di sektor perikanan misalnya. Potensi perikanan tangkap, budidaya dan garam rakyat di seluruh wilayah Jatim mencapai 2,577 ton di tahun 2021. Selain itu, produksi rumput laut Jatim juga sangat besar, mencapai 675,29 ton di tahun 2021.

“Dan yang cukup menarik adalah potensi ekspor kepiting karena beberapa pengusaha perikanan di Jatim sudah memiliki Merine Stewort Ship Concil (MSSC), sertifikasi standar perikanan internasional. Kendala kerjasama perdagangan dengan Kanada hanya pada durasi waktu pengiriman, terlebih untuk bahan pangan segar seperti komoditas perikanan. Ini harus dicarikan solusinya,” tegasnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Heru Suseno bahwa potensi sektor perkebunan Jatim juga cukup besar. Ada empat komoditi perkebunan unggulan di Jatim, yaitu tebu, tembakau, kakao, dan kopi.

“Jatim menjadi salah satu produsen tebu terbesar di Indonesia. Meski demikian Jatim masih perlu impor raw sugar. Kalau kita perhatikan data, impor raw sugar masih cukup besar untuk produksi gula. Begitu juga dengan tembakau. Kita masih perlu impor tembakau walaupun kita juga melakukan ekspor tembakau ke luar negeri. Dan ini menjadi peluang kerjasama antara Jatim dengan Kanada,” kata Heru.

Selain perikanan dan perkebunan, Jatim juga menjadi sentra produksi buah-buahan. Ada banyak buah yang berkualitas bagus yang dihasilkan oleh petani Jatim.

Hadi Sulistyo mengungkapkan bahwa Jatim termasuk penghasil komoditas buah terbesar di Indonesia. Untuk itu Jatim butuh membangun industri menengah berbasis kemitraan. Dengan petani buah, dari Dinas Pertanian sudah melakukan pendampingan agar komoditas yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus.

“Kami membantu dengan maksud walaupun belum melakukan ekspor, komoditas yang dihasilkan petani sudah berkualitas ekspor,” tandas Hadi. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry