Chief Editor Jurnal Pengmas Unusa, Mohammad Ghofirin. DUTA/dok

SURABAYA l duta.co – Di dies natalis ke-7, prestasi demi prestasi ditorehkan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Salah satunya, jurnal pengabdian masyarakat (pengmas) kampus NU itu sudah terindeks SINTA.

SINTA (Science and Technology Index) yang diretas dari laman Kementrian Riset dan Teknologi merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang meliputi antara lain kinerja peneliti, penulis, author, kinerja jurnal dan kinerja institusi Iptek.

Walau masih di level 5, namun ini sebuah prestasi luar biasa karena kerja keras berbagai pihak. Terutama Community Development Journal (CDJ) Unusa.

Chief Editor Jurnal Pengmas Unusa, Mohammad Ghofirin mengatakan tidak mudah untuk bisa menembus SINTA. Karena untuk bisa masuk SINTA ada penilaiannya. Dan tidak semua jurnal bisa diterima SINTA.

“Semua jurnal harus diakui SINTA. Kalau tidak buat apa? Itu minimal ya. Bagi para dosen jurnal bisa terindeks SINTA sangat penting karena hal itu bisa menentukan kinerja dosen ke depannya. Bisa menentukan sertifikat dosen dan sebagainya,” ujar Ghofirin.

Selama ini, yang bisa.menembus SINTA lebih banyak pada penelitian. Untuk pengmas masih relatif lebih sedikit dibandingkan penelitian.

Karena, pengmas itu paradigma prakmatis. Pendekatannya lebih ke praktik. Sehingga banyak dosen mengalami kesulitan untuk menuangkan aksi pengmasnya dalam bentuk tulisan atau artikel.

“Selama ini, dosen melakukan pengabdian masyarakat, terjun langsung ke masyarakat dengan target output atau luaran memberikan pelatihan, menciptakan modul dan sebagainya. Harusnya memang lebih mudah untuk ditulis karena sudah ada action. Tapi mungkin masih belum terbiasa,” jelas Ghofirin.

Tapi, sekarang semua pengmas harus bisa ditulis atau dibuat artikel oleh dosen yang bersangkutan. Apalagi pemerintah melalui Kemenristekdikti dan sekarang Kemendikbud mewajibkan semua metode harus bisa dikembangkan di mana pengmas juga merupakan produk ilmiah sama halnya dengan penelitian yang harus bisa ditulis dan dijurnalkan.

Karena itu, saat ini CDJ Unusa bekerja sungguh-sungguh, agar jurnal pengmas Unusa diminati baik dosen dari dalam kampus maupun dari luar. Karena sesuai aturan 40 persen dari jurnal pengmas berasal dari dalam kampus dan 60 persen dari luar kampus.

“Bagaimana dosen dari luar itu mau mengirimkan artikel pengmasnya ke Unusa untuk direview dan dijadikan jurnal. Tentunya dengan SINTA 5 yang disandang Unusa,” tandas Ghofirin.

Untuk semakin diminati, tim CDJ Unusa berupaya untuk terus meningkatkan level SINTA yang disandangnya. Minimal untuk dua kali terbitan jurnal atau satu tahun bisa meraih level 3. Upaya yang dilakukan itu di antaranya meningkatkan kualitas manuskrip. Juga meningkatkan sebaran jurnal ke level nasional.

Selain itu Unusa akan melakukan review yang lebih ketat sehingga jurnal Unusa bukanlah yang kelas ‘ecek-ecek’. Juga CDJ akan melakukan indekstisasi internasional terhadap jurnal-jurnal yang ada.

Artikel Dosen Unusa Masuk ke Umsida

Sesuai dengan aturan yang ada, selain bisa memasukkan artikel ke jurnal kampus di mana dosen mengajar dan terdaftar sebagai pengajar tetap, para dosen juga bisa mengirimkan artikel pengmasnya ke kampus lain.

Salah satunya adalah artikel yang ditulis Mohammad Ghofirin dengan Heni Agustina dari aksi pengabdian masyarakat yang mereka lakukan di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo tahun lalu. Di mana kedua dosen dibantu beberapa mahasiswa yang sedang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di lokasi tersebut.

Pengmas yang dilakukan itu, kata Ghofirin tentang BUMDes, bagaimana mengelola dan manajemennya sehingga bisa berjalan dengan maksimal dan menguntungkan masyarakat desa. Serta tidak terjadi masalah di kemudian hari.

Setelah aksi itu, keduanya menulis dalam sebuah artikel tentang kegiatan tersebut, sebelum dan sesudahnya. Dan artikel tersebut dikirimkan ke jurnal Universitas Muhammadiyah Sidaorjo (Umsida).

“Apapun itu, efeknya akan sangat menguntungkan dosen secara pribadi. Tapi, jika dosen itu sudah memiliki jurnal yang terakreditasi minimal SINTA, akan juga berdampak pada kampus di mana dia mengajar tetap,” jelas Ghofirin.

Saat ini artikel pengmas yang sudah dibuat itu sudah dalam proses tim reviewer dari Umsida. “Semoga bisa diterima dan terakreditasi,” tukasnya.

Pengmas ini bukan yang pertama ditulis Ghofirin dalam bentuk artikel. Sebelumnya pengmasnya tentang kewirausahaan di Pondok Pesantren Komaruddin Bungah Gresik pada 2018 juga sudah dalam proses direview oleh tim reviewer dari Unusa dan kampus lain.

Ke depan, Unusa mengajak semua dosen melakukan pengabdian masyarakat berdasarkan penelitian yang ada.

Di mana hasil penelitian yang dilakukan dosen, diimplementasikan dalam sebuah pengabdian masyarakat. Jika muncul masalah baru, maka harus kembali diteliti, lalu dilakukan pengabdian masyarakat lagi, begitu seterusnya hingga tidak ada masalah lagi yang ditimbulkan. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry