Dr Moh Mukhrojin, MSi, Ketua MUI Kec Sukolilo Surabaya.

“Jika kita mengacu pada kedua pendapat di atas maka lailatul qadar pada bulan Ramadhan 1444 H ini akan jatuh pada malam 25 Ramadhan atau Hari Sabtu (15/04/2023) besok.”

Oleh : Dr Moh Mukhrojin, MSi*

SEPULUH akhir Ramadhan adalah merupakan di antara malam-malam yang penuh dengan keberkatan dan kelebihan tertentu.

Malam-malam ini adalah merupakan malam yang ditunggu-tunggu oleh seluruh orang beriman. di mana pada 10 terakhir bulan ini Rasulallah SAW tidak henti-hentinya beribadah, dan bahkan istri-istri beliau dibangunkan untuk bermunajat kepada Allah SWT.

Ini sebagaimana keterangan Sayidah Aisyah RA: “Rasulullah SAW apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” (Muttafaqun Alaih)

Karena pada 10 malam terakhir ini kemungkinan besar akan terjadi Lailatul Qodar, oleh karena itu Rasulallah menganjurkan kita untuk mencari Lailatul Qadar pada malam tersebut. Sebagaimana sabda beliau: “Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang di antara kalian lemah atau tidak mampu, maka janganlah ia kalah di tujuh malam terakhir”  (HR. Muslim)

Di samping Rasulallah menganjurkan kepada kita untuk mencari Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir, beliau juga lebih menekankan lagi pada malam-malam ganjil. Sebagaimana sabda  beliau: “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadhan” (HR. Bukhari)

KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QODAR

Lalu apa keutamaan malam Lailatul Qadar dibandingkan dengan malam-malam lainya?  paling tidak ada 5 sebab yang menjadikan malam tersebut lebih utama dengan malam-malam lainya

Sebab Pertama: Sebagaimana QS. Al Qadr ayat 1, Malam lailatul Qodr  adalah malam diturunkanya Al Quran. Ibnu Abbas RA pernah menyampaikan bahwa penurunan Al-Qur’an itu terjadi 2 kali;  Pertama Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izza (langit dunia) secara keseluruhan, itu terjadi pada malam Lailatul Qadar.

Sedangkan yang Kedua, Al-Qur’an diturunkan dari Baitul Izza (langit dunia) kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur, itu menurut pendapat yang kuat adalah pada tanggal 17 Ramadhan yang bisa kita peringati dengan malam Nuzulul Qur’an.

Sebab Kedua Sebagaimana Qs. Al Qadr: 3 pada malam ini yang hanya berkisar antar 10-11 jam saja itu lebih utama dari seribu bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan, sedangkan usia kita saja belum tentu 83 tahun.

Sebab Ketiga sebagaimana QS Al Qadr: 4  karena malam lailatul qodar merupakan malam turunnya malikat dan ruh, yaitu malaikat Jibril.

Sebab Keempat sebagaimana Qs. Al Qadr: 5,  malam ini adalah malam “Salam” disebut Salam karena setan tiada mampu membuat kerusuhan pada malam ini, hingga malam ini dipenuhi kebaikan sampai terbitnya fajar.

Sedangkan Sebab yang Kelima adalah; karena pada malam ini dipastikannya “Kullu Amrin Hakim” yaitu ditentukannya rizq manusia, ajal dan kematian manusia, hujan dan kemarau hingga haji dan tidaknya manusia. Sebagaimana Firman Allah  dalam QS. Al-Dukhon ayat 4 : “Di dalamnya (Lailtul qodar) di  realisasikan setiap perkara yang telah di putuskan”

TANDA TANDA MALAM LAILATUL QODAR

Lalu apa tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar..? Dalam beberapa hadits Rasulallah menjelaskan beberapa tanda datangnya Lailatul Qadar:

Pertama, Pada pagi hari udara dan suasana terasa tentram, matahari terbit dengan sinar lemah berwarna merah. Kedua, Bulan nampak separuh bulatan. Sahabat Abu Hurairah RA. Pernah berbincang-bincang di sisi Rasulallah mengenai Lailatul Qadar, lalu Rasulallah menjelaskan bahwa pada malam tersebut Bulan akan menampakkan separuh wujudnya di atas langit.

Ketiga, Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan) Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah SAW: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)”

Kempat, Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.

PREDIKSI ULAMA TENTANG DATANGNYA LAILATUL QODAR

Para ulama banyak berkomantar tentang kapan datangnya lailatul qodar seperti yang tertera dalam kitab I’anatut Tholibin Juz II halam 257. Imam Ghozali (Hujjatul Islam / Sufi terkemuka dalam Madzhab Sunni) menjelaskan bahwa Malam Lailatul Qadar bisa diketahui dari Hari pertama Ramadhan:

Jika awal Ramadhan hari Ahad atau Rabu maka lailatul qodar malam 29. Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21. Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jumat maka lailatul qodar malam 27. Jika awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qodar malam 25. Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qodar malam 23

Dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain juz IV Imam Abi Hasan As-Syadili (Seorang sufii pendiri tarekat syadziliyah) juga mengungkapkan pendapatnya, bahwa Malam Lailatul Qadar bisa diketahui dari Hari pertama Ramadhan: Jika awal Ramadhan hari Ahad maka lailatul qodar malam 29. Jika awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21. Jika awal Ramadhan hari Selasa maka lailatul qodar malam 27. Jika awal Ramadhan hari Rabu maka lailatul qodar malam 19. Jika awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qodar malam 25. Jika awal Raamadhan hari Jumat maka lailatul qadar malam 17. Jika awal Raamadhan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 23.

Itulah beberapa pendapat ulama tentang prediksi lailatul qadar, dan sebenarnya masih banyak lagi pendapat-pendapat yang lain. Jika kita mengacu pada kedua pendapat di atas maka lailatul qadar pada bulan Ramadhan 1444 H ini akan jatuh pada malam 25 Ramadhan atau Hari Sabtu (15/04/2023) besok, karena awal puasa kita kemarin dimulai pada hari Kamis.

AMALAN DIMALAM LAILATUL QODAR

Pertama, Mendirikan Sholat, Salah satu amalan di malam lailatul qadar adalah mendirikan salat. Dalil terkait salat di malam lailatul qadar ini diterangkan Imam An-Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin. Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda: Artinya: “Siapa saja yang mendirikan salat pada lailatul qadar karena iman dan hanya mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq Alaih). Salat di malam lailatul qadar ini terdiri atas salat isya, qiyamul lail, dan salat subuh.

Kedua, I’tikaf, kata i’tikaf berasal dari bahasa Arab ‘akafa yang bermakna menetap, mengurung diri, atau terhalangi. Menurut istilah syar’i masyhur di kalangan ulama dan fuqaha, i’tikaf adalah menetap atau berdiam dalam masjid disertai adanya niat. Perintah i’tikaf disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 125:

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.”

Ketiga, Membaca Doa Lailatul Qadar,salah satu amalan yang dilakukan untuk menyambut malam lailatul qadar adalah membaca doa lailatul qadar. Amalan ini berasal dari Aisyah RA, sebagaimana diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Aisyah RA berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah, Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku)’.” (HR. at-Tirmidzi)

Keempat, Memperbanyak Istigfar pada Waktu Sahur, disunahkan untuk menghidupkan malam sepuluh terakhir bulan Ramadan agar mendapatkan malam lailatul qadar. Salah satunya dengan memperbanyak membaca istigfar pada waktu sahur dan baiknya membaca sayyidul istigfar.Berikut bacaan doa sayyidul istigfar sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Bukhari, “Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika. Mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini’ matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta”.

Artinya: “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.” (HR. Bukhari)

Semoga kita diberikan kemudahan oleh Allah dalam menghidupkan Sepuluh terakhir bulan Ramadhan ini sehingga Allah mempertumakan malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan tahun ini Amin ya robbal Alaamin. (*)

Dr Moh Mukhrojin, MSi adalah Ketua Umum MUI Kec. Sukolilo Surabaya

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry