Ketua PPABK UMG, Nur Fauziyah, SPd, MPd, Duta/Humas UMG

GRESIK | duta.co – Berawal dari meneliti “Proses Berpikir Anak Authis dalam Menyelesaiakan Masalah matematika”, membawanya menemukan dunia baru yang indah.  Diapun jatuh hati dan terjun langsung dengan mendirikan Pusat Pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus (PPABK) di  Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
“Hasil penelitian saya dulu, ketika diberi masalah anak authis itu tidak hanya mampu menyelesaikan matematika dengan berbagai cara melebihi anak normal, namun juga mampu memprediksi,” cerita Nur Fauziyah, SPd, MPd, Ketua PPABK UMG.
Dosen matematika lantas mengabaikan sekat riwayat pendidikannya yang bukan berlatar belakang psikologi. Tujuannya cuma satu, ingin berbuat lebih banyak lagi agar anak-anak ABK di Gresik ini mampu menemukan dunianya.
“Saya yakin jika anak-anak ABK ini diberikan pendampingan yang intens dengan tetap membuat mereka nyaman maka mereka suatu saat akan membuat kita bangga,” ungkap wanita yang sekaligus menjadi Ketua PPABK ini.
Dan, berkat ketelatennya serta kemampuannya berkomunikasi dengan baik, lambat laun PPABK yang baru didirikan pada tahun 2015 itupun terus berkembang hingga saat ini sudah ada 80 ABK yang menjadi peserta didiknya.
“Ya dinikmati saja. Yang pasti di sini, bersama  anak-anak ABK itu saya merasakan sesuatu yang tidak bisa saya lukiskan dengan kata,” ungkapnya.
Bagi wanita yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Penjamin Mutu di UMG itu, akan merasa hidupnya memiliki makna ketika melihat anak didiknya mampu menunjukkan prestasinya. “Saat melihat mereka tampil baik dalam bermusik maupun menari, saya merasa hidup saya seolah punya arti,” ujarnya.
Nur lantas berpesan, orang tua jangan malu menunjukkan ke umum jika mendapat titipan anak istimewa. “Saya selalu menekankan tidak hanya bagi orang tua tapi juga masyarakat  dimana di lingkungannya ada ABK, maka anggaplah mereka sama dengan anak normal lainnya,” harapnya.
Untuk itulah, saat ini para ABK yang menjadi peserta didik di PPABK terus dijejali ilmu, dengan melakukan pendampingan tidak hanya secara akademik, seperti calistung (baca, tulis, hitung) saja, melainkan juga pada minat dan bakat anak, mulai dari memberi keterampilan merajut, membuat souvenir, hingga berkesenian mulai dari menari hingga bermain angklung.
“Khusus angklung, Bina Insan Ceria yang beranggotakan ABK, beberapa kali mendapat undangan khusus untuk pentas. Saya ingat waktu pertama kali pentas, bahkan hampir semua yang melihat meneteskan air mara. Juga ada anak didik yang mampu berprestasi seacra akademis, yakni Yavi, yang menjadi juara olimpiade matematika di ITS, mengalahkan anak-anak normal,” pamernya.
Nur berharap, keberadaan ABK tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, melainkan tanggung jawab bersama elemen masyarakat. “Ingat untuk melatih kemandirian anak sehingga tidak bergantung pada orang lain itu tidak cukup dengan pelatihan  saja, melainkan yang terpenting ketika ABK ini dewasa bisa diterima di lingkungan sekitar,” tandasnya. hms

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry