INOVASI : Erdi Malutama, mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) menumbuk jintan hitam untuk obat cegah kanker di kampus setempat, Rabu (8/11). DUTA/istimewa

SURABAYA|duta.co –  Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan diprediksi jumlahnya akan terus meningkat setiap tahun. Tidak terkecuali di Indonesia jumlahnya juga terus bertambah. Kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel  jaringan tubuh yang tidak normal, di mana sel tersebut membutuhkan nutrisi untuk tumbuh dan berkembang sehingga merangsang pengeluaran zat pertumbuhan (angiogenesis).

Saat ini kanker dapat diobati dengan melakukan operasi, radiasi, atau kemoterapi. Namun hal ini memiliki risiko tinggi karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan, perubahan bentuk jaringan, dan resistensi terhadap obat antikanker.

Hal tersebut yang menjadi latar belakang Erdi Malutama, mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) untuk menemukan solusi pengobatan yang memiliki risiko rendah, salah satunya dengan memanfaatkan ekstrak etanol biji jintan hitam (Nigella sativa) sebagai penghambat pembentukan pembuluh darah baru (antiangiogenesis).

Bersama dengan 4 mahasiswa lainnya yaitu Albert Sebastian Gani, Bernardus Dedyanus Lusiano Tabore Kelan, E. Kristin Yuliana, dan Stella Calista Paramitha, Erdi memilih biji jintan hitam karena memiliki kandungan senyawa aktif timokuinon yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Senyawa aktif timokuinon ini diperoleh dari hasil ekstrak etanol yang terdapat pada biji jintan hitam.

“Seperti yang kita ketahui, selama ini terapi kanker yang digunakan biasanya melalui operasi, radiasi dan kemoterapi dan dirasa masih kurang efektif karena menyebabkan beberapa dampak seperti kerusakan jaringan, terjadinya perubahan bentuk jaringan dan kekebalan terhadap obat tertentu. Untuk itu kami mencoba mencari terapi yang lebih aman untuk mengatasi penyakit kanker,” jelas Erdi mengenai penelitian mereka.

Penelitian yang dilakukan selama setahun ini menggunakan basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) untuk merangsang zat pertumbuhan angiogenesis pada mahluk hidup (in vivo). Mahluk hidup yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam kampung. “Kami memilih telur ayam berembrio karena harganya murah dibandingkan media penelitian lainnya, juga mudah didapatkan, mudah dilakukan, pembentukan pembuluh darahnya bagus dan waktu penelitian lebih singkat,” ujar Stella.

Pada telur ayam terdapat ekstra embrionik paling luar dari selaput telur yang terbentuk karena penggabungan korio dan alantois yang biasa disebut dengan membran korioalantois. Membran ini mampu membentuk pembuluh darah dengan baik dan mudah diamati, sehingga membran ini digunakan dalam penelitian ini.

Sebelum memulai penelitian, tim mahasiswa ini perlu mengambil ekstrak etanol pada biji jintan hitam. “Pertama kami harus menyiapkan biji jintan hitam, lalu dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel, lantas dikeringkan dan diblender untuk memperoleh serbuk biji jintan hitam. Selanjutnya dilakukan ekstraksi menggunakan soxhlet dengan pelarut etanol untuk memperoleh ekstrak etanol biji jintan hitam yang akan kami gunakan sebagai antiangiogenesis,” urai Bernardus.

Ia menambahkan, selain itu perlu dipersiapkan telur yang sudah diinduksi dengan bFGF untuk merangsang pertumbuhan angiogenesis. Telur yang sudah diinduksi kemudian akan diberi perlakuan sesuai perhitungan dosis yang sudah ditentukan.

Penelitian yang dilakukan dengan didampingi oleh Dr. Iwan Sahrial Hamid, M. Si., drh. dan Angelica Kresnamurti, M.Farm., Apt. serta Lisa Soegianto, S.Si., M.Sc., Apt. ini berakhir memuaskan. “Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan pembentukan pembuluh darah pada membran korioalantois telur ayam berembrio yang sudah diberi perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa timokuinon yang terdapat pada biji jintan hitam memiliki manfaat sebagai antiangiogenesis,” ujar Albert.

Penelitian yang dilakukan oleh tim mahasiswa ini bukannya tanpa kendala. Kendala yang kami hadapi selama ini dimulai dari memilih tanaman yang akan kami gunakan. “Butuh waktu untuk membandingkan dengan tanaman lain seperti tapak dara maupun sambung nyawa, hingga kami menemukan bahwa jintan hitam tepat untuk digunakan. Sudah begitu, kadang telur-telur yang kami gunakan lemah sehingga telur menjadi busuk akibat adanya kontaminasi mikroorganisme atau bakteri pada bahan-bahan yang kami gunakan,” ungkap Kristin.

Terkait fasilitas penunjang dan rencana ke depan, mereka menilai bahwa peralatan yang digunakan sudah memadai dan mendukung penelitian, namun hasil penelitan mereka masih belum dapat dijadikan produk massal. “Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian dasar, untuk saat ini kami belum ada rencana untuk mematenkannya karena kami berharap ada adik kelas kami yang melanjutkan penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih spesifik mengenai efektivitas dan keamanan pengobatan dari biji jintan hitam. Namun, tidak menutup kemungkinan kedepan kami akan melanjutkan penelitian ini dan sekaligus mematenkannya,” ujar Erdi.

Sebelum mengakhiri penjelasannya, kelima mahasiswa yang sedang melanjutkan kuliah di Program Studi Profesi Apoteker ini berharap agar penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi mengenai khasiat tanaman biji jintan hitam serta dapat digunakan secara klinis sebagai salah satu alternatif obat kanker. end

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry