Ganjar Pranowo (ft/detik.com)

SURABAYA | duta.co – Capres Ganjar Pranowo, ternyata sudah mengunggah cuitan pesan Bahasa Jawa yang diungkapkan dalam debat pamungkas kemarin. Di Pondok Pesantren Roudlotussolihin, Lampung Selatan, Ganjar telah menjelaskan maknanya.

Hal yang sama disampaikan pendukung Anies Baswedan. Usai debat kemarin (Minggu 4/2/24), para pendukung Anies juga mengulas makna Bahasa Jawa yang disampaikan saat debat terakhir itu. Pendukung Anies itu ingin menjelaskan sindiran keras tetapi halus tersebut.

“Baru sadar, ternyata Pak Ganjar sudah bicara di Pondok Pesantren Roudlotussolihin, Lampung Selatan, minggu kemarin, bahwa jadi pemimpim itu harus punya akhlak. ‘Ojo Adigang, Adigung, Adiguna’,” tulis seorang warganet terbaca duta.co, Selasa (6/2/24).

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo bahkan mengunggah cuitan ‘Ojo Adigang, Adigung, Adiguna’ jauh sebelum debat capres. Untuk siapa cuitan tersebut? Untuk Wong Solo? “Ojo Adigang, Adigung, Adiguna. Ada yang tau artinya?,” tulis Ganjar.

Ganjar pun menjelaskan terkait cuitannya itu usai istighosah di Pondok Pesantren Roudlotussolihin, Lampung Selatan, Senin (22/1/2024). Ganjar menyebut cuitan tersebut tidak ditujukan ke salah satu paslon. Ganjar mengatakan cuitan tersebut hanya pesan semata agar seseorang jangan merasa hebat ketika menguasai sesuatu.

Oh nggak dong (ditujukan paslon tertentu). Kalau suasana politik seperti ini, jangan merasa jumawa, jangan merasa paling hebat, jangan merasa dirinya lebih menguasai gitu. Itu untuk semua, jangan tersinggung kalau ada yang nge-tweet gitu dan jangan baperan,” jelasnya.

Ganjar juga enggan berkomentar soal sikap Gibran dalam debat cawapres, termasuk saat mengomentari pasangannya, Mahfud Md. Ganjar hanya menyebut, publik akan menilai cawapres dari substansi hingga cara penyampaian cawapres terkait suatu hal yang diperdebatkan.

Pendukung Anies juga memaknai ungkapan bahasa Jawa saat debat. Anies menunggukan ungkapan ‘Suro Diro Jayaningrat’. Debat trakhir Pilpres 2024, Anies menutup pernyataannya dengan menyelipkan ungkapan Jawa yang sarat makna: “Suro diro jayoningrat.” Atau lengkapnya “Suro diro jayoningrat lebur dening pangastuti.”

Meski terselip di antara paparan penutup Anies, ungkapan yang  menggema di seluruh penjuru Indonesia ini mengundang rasa penasaran dan refleksi publik.

Suro diro jayoningrat” itu khazanah hikmah Jawa yang tersimpan berabad-abad. Kini seolah menyeruak dan mendorong keingin-tahuan publik. Jika diutuhkan, “Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti“.

Suro diro, makanya, keberanian dan ketegasan yang terkesan arogan dan menindas. Sementara, Joyoningrat, kejayaan dan kejayaan yang diraih dengan cara-cara yang tidak terpuji. Semua itu bakal lebur dening pangastuti. Artinya keangkuhan dan kejayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak terhormat akan runtuh dengan sendirinya di hadapan ketulusan dan kebaikan.

Pertama, bisa jadi Anies ingin mengingatkan publik tentang bahaya pemimpin yang arogan dan lalim. Dia ingin menegaskan bahwa dia bukan pemimpin seperti itu. Kedua, bisa jadi Anies yang lama tinggal di Yogya ingin menunjukkan bahwa dia memahami budaya Jawa dan nilai-nilainya. Dia ingin menarik simpati para pemilih Jawa dengan menggunakan ungkapan yang familiar bagi mereka,” tulis warganet.

“Ketiga, bisa jadi Anies hanya ingin menggunakan ungkapan ini sebagai kalimat penutup yang indah, sekaligus sebagai sindiran harus, dalam konteks mengingat kembali budaya Jawa yang besar. Tetapi, penting bagi publik untuk memahami makna sebenarnya dari ungkapan ini dan tidak terjebak pada interpretasi yang keliru,” tulisnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry