“Beliau adalah muslim taat yang moderat dan toleran sehingga banyak yang menyangka beliau beragama Hindhu sebagaimana orang lain saat itu.”

Oleh : Firman Syah Ali

SESAAT sebelum menulis artikel ini saya baru selesai menutup telepon dengan penulis buku “Atlas Walisongo” yaitu Prof Agus Sunyoto, Guru Besar Universitas Negeri Malang dan Ketua Lesbumi PBNU.

Beliau menegaskan bahwa Arya Wiraraja bukan orang madura, Arya merupakan anggota dinasti Singhasari, yang tentu saja keturunan Ken Dedes. Beliau merupakan sepupu Raja Singhasari terakhir Prabu Kartanegara.

Arya Wiraraja selalu berseberangan pendapat dengan sepupunya, Kertanegara, karena politik ekspansionis Kertanegara.

Merasa jengah dengan kontranarasi yang dibangun oleh sepupunya tersebut, akhirnya Arya Wiraraja dibuang ke daerah asal ibu kandungnya, yaitu Lumajang.

Arya Wiraraja dipromosikan jabatannya sebagai Adipati Lumajang. Karena Lumajang dianggap masih terlalu dekat dekat dengan pusat kerajaan maka Arya Wiraraja kemudian dimutasi ke kadipaten Songenep Madura.

Walaupun bukan orang Madura dan bukan orang Hindhu, Arya Wiraraja bisa diterima dengan baik oleh orang songenep yang waktu itu masih Hindhu.

Dalam buku Atlas Walisongo, kerajaan Islam pertama di pulau Jawa bukanlah Demak namun Lumajang, dan Arya Wiraraja dari pihak ibunya merupakan keturunan raja-raja Islam Lumajang tersebut, walaupun di lain sisi Arya Wiraraja masih merupakan keluarga dalam kraton hindhu Singhasari.

Walau terbuang jauh di Madura, namun keluarga kraton Singhasari banyak yang diam-diam tetap datang ke songenep, berguru tentang tata kelola pemerintahan kepada Arya Wiraraja yang cakap.

Dyah Wijaya adalah salah satu anggota dinasti Rajasanegara yang sering sowan ke pamannya, Arya Wiraraja, dan sejarah kemudian menunjukkan bahwa Dyah Wijaya berhasil menyelamatkan dinasti Rajasanegara dengan mendirikan Kerajaan Wilwatikta yang kemudian dikenal dengan nama Majapahit.

Muslim Taat dan Moderat

Selain berhasil mendidik keponakannya menjadi Raja Majapahit, Arya Wiraraja juga berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang hebat di lingkungan kerajaan Majapahit, yaitu Ranggalawe, Nambi, Peteng, Wirondaya dan Wirot.

Apa saja kelebihan Arya Wiraraja sehingga dari tangannya banyak lahir orang-orang besar?

Pertama, beliau sosok pemberani yang konsisten dan cerdas.

Kedua, beliau sosok yang ngemong sehingga membuat rindu siapapun yang pernah berguru padanya.

Ketiga, beliau ahli strategi kawakan yang berhasil memenangkan banyak peperangan, tentu saja sebagai pengarah bukan pemimpin perang.

Keempat, beliau adalah seorang muslim taat yang moderat dan toleran sehingga banyak yang menyangka beliau beragama hindhu sebagaimana orang lain saat itu.

Demikian sekilas tentang Arya Wiraraja yang saya tahu, semoga wangsya nusantara bisa meneladani Bapak Majapahit ini. Yang jelas sejarah harus diluruskan, beliau bukan orang madura, namun orang Jawa.

Keturunan beliau yang memerintah bumi Madura selama beberapa generasi merupakan orang Jawa. Namun perlu diketahui juga bahwa keluarga raja-raja Singhasari itu bukanlah murni orang Jawa, karena pendeta lohgawe, ayah Ken Dedes merupakan orang India. Tabik.

Firman Syah Ali adalah Pengurus Harian PW LP Ma’arif NU Jawa Timur.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry