Dr. Ika Mardiyanti, SST., M.Kes. – Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

STUNTING atau gagal tumbuh adalah suatu kondisi yang menggambarkan status gizi kurang yang memiliki sifat kronis pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal masa kehidupan.

Hal ini dipresentasikan dengan nilai z-score dan tinggi badan menurut umur kurang dari minus dua standar deviasi berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO. Stunting atau balita pendek merupakan masalah gizi kronis yang dialami oleh balita terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

Stunting merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang badan atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Menurut World Health Organization (WHO), jumlah balita stunting di Indonesia berada pada peringkat ketiga tertinggi di wilayah Asia Tenggara.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Jika prevalensi di suatu masyarakat mencapai 30% – 39 % bisa dikatakan sebagai masalah berat.

Sementara itu, kondisi di dalam masyarakat dikategorikan sebagai serius jika prevalensi mencapai 40%. Prosentase stunting di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Balita stunting di Indonesia memiliki rata – rata prevalensi sebesar 37%.

Penanggulangan stunting berkaitan erat dengan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dimulai sejak dalam kandungan hingga anak usia 2 tahun. Apabila tidak dikoreksi dalam 1000 HPK, maka hari tuanya dapat berisiko menjadi pendek, mengalami penyakit jantung, stroke dan diabetes.

Pada dasarnya, masa emas pada 1000 HPK merupakan waktu terbaik untuk melakukan pengejaran pertumbuhan (catch up growth) dan peningkatan perkembangan kognitif anak. Salah satu tindakan yang relatif efektif untuk mencegah stunting pada anak adalah memberikan pendidikan kepada orang tua khususnya ibu hamil bagaimana cara mencegah stunting pada anak sejak kehamilan, tentang kecukupan gizi, penyebab, dan dampak kekurangan gizi.

Hal ini perlu digiatkan karena kejadian stunting pada balita berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan dari ibunya. Ada banyak media untuk menambah pengetahuan ibu hamil dan keluarga, diantaranya adalah buku KIA dan aplikasi D’Risk.

Pemanfaatan buku KIA dan aplikasi D’Risk ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga khususnya ibu hamil dalam peningkatan status kesehatan dimulai dari masa kehamilan untuk mencegah terjadinya stunting. Ibu hamil dan keluarga bisa dengan mandiri memanfaatkan buku KIA dan aplikasi D’Risk di rumah dalam rangka ikut berperan mengurangi kejadian stunting di Indonesia.

Melalui buku KIA dan aplikasi D’Risk ibu dapat memantau perkembangan Berat Badan selama kehamilan, Indeks Massa Tubuh (IMT), serta Lingkar Lengan Atas (LILA). Ibu hamil yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) sebesar kurang dari 23,5 cm menunjukkan bahwa asupan energi dan protein yang tidak mencukupi sehingga menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK).

Ibu hamil dengan status KEK akan berisiko melahirkan anak berat lahir rendah (BBLR) dan jika tidak ditangani berlanjut stunting karena sulit mencapai target pertumbuhan awal. Selain itu pada aplikasi D’Risk juga dilengkapi kalkulator stunting, modul dan video edukasi tentang stunting, termasuk bagaimana membuat menu makanan sehat saat masa kehamilan dan saat bayinya sudah lahir.

Sehingga diharapkan ibu lebih mengetahui sejak dini kondisi bayi atau anaknya serta upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting. Dengan demikian angka kejadian stunting dapat diminimalkan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi atau anak akan lebih optimal. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry