UNGGULAN : Selama 2019 – 2020 ini, OPOP menjadi sebuah kebanggaan bagi Unusa karena dipercaya Pemprov Jatim sebagai Training Center. DUTA/dok

SURABAYA | duta.co – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak percaya Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mampu mencetak generasi muda yang kompeten secara akademik dan berkarakter.

Hal ini disampaikan Emil bertepatan dengan Dies Natalis ke-7 Unusa yang jatuh pada bulan ini. Dikatakan Emil, di usia yang ketujuh,  Unusa akan terus berperan dalam dunia pendidikan terutama untuk merestarikan nilai-nilai Nahdlatul Ulama (N)  yang setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Emil juga yakin Unusa mampu mendorong generasi muda untuk bersaing di kancah global.  “Unusa dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki daya saing di kancah global,” ujarnya.

Lebih lanjut Emil mengingatkan semua civitas akademika Unusa bahwa kreativitas memegang peran sangat penting di masa depan. Terlebih ketika menjumpai masa ketidakpastian seperti yang terjadi saat ini.

“Masa depan ini akan ditentukan oleh kreativitas. Kita ada di tengah momen pandemic covid-19. Ini adalah ujian bagi civitas akademika UNUSA untuksenantiasa mencari berbagai macam kreatifitas dalam mendorong peran sertanya dalam masyarakat,” ujar mantan Bupati Trenggalek ini.

Unusa resmi berdiri pada 2 Juli 2013, merupakan konversi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS). Jika dilihat dari sejarahnya, perjalanan Unusa dimulai sejak didirikannya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) YARSIS pada tahun 1979.

Di usia yang masih sangat muda, Unusa telah berkontribusi dalam berbagai inovasi dan pengabdian masyarakat. Di antaranya adalah Unusa dipercaya Pemprov Jatim melaksanakan program One Pesantren One Product (OPOP).

Program prioritas Khofifah-Emil ini berjalan baik berkat kerjasama pemprov jawa timur dengan Unusa. “Pemprov sudah bekerjasama dengan Unusa dalam mendorong one pesantren one product,”  jelas Emil.

Program OPOP sendiri merupakan program peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis pondok pesantren. Terdapat tiga pilar OPOP, yaitu Santripreneur, Pesantrenpreneur dan Sosiopreneur. Demi suksesnya program tersebut Unusa mendirikan OPOP Training Center dan OPOP Mart yang berlokasi di Kampus B Unusa Jemurasari.

Meskipun perayaan peringatan Dies Natalis ini di tengah pandemi, Emil berharap Unusa terus mengeluarkan kreativitasnya untuk bersama-sama membangun negeri. “Saya yakin Unusa bisa memunculkan kreativitasnya yang dapat mendorong peran serta di masyarakat,” katanya.

Emil menjelaskan Unusa terus menjalankan tri darma perguruan tinggi mulai dari pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Emil juga berharap Unusa terus menciptakan inovasi lainnya yang dapat dirasakan langsung di masyarakat. “Kami akan terus mendorong berbagai inovasi dan pengabdian masyarakat yang dilakukan Unusa,  dengan berbagai macam inovasi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat,” jelasnya.

Langkah Untuk Mencapai Target

Di usia saat ini, Unusa menancapkan diri untuk bisa melangkah lebih baik lagi di kemudian hari. Terutama untuk mencapai target yang ditentukan. Yakni pada 2022 mendatang bisa meraih akreditasi Unggul untuk lembaga.  Target ini dicanangkan agar bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie, MEng mengatakan untuk bisa mencapai target itu, Unusa harus memenuhi beberapa syarat. Salah satunya minimal 30 persen program studi (prodi) yang ada di Unusa harus memegang akreditasi A atau Unggul.

“Itu pun masih belum jaminan juga. Karenanya sebelum kami lakukan reakreditasi lembaga, kami targetkan minimal 50 persen prodi sudah mengantongi akreditasi A atau Unggul,” jelas Prof Jazidie beberapa waktu lalu.

Wakil Rektor 1, Prof Kacung Marijan menambahkan untuk bisa mencapai target ini, mulai saat ini Unusa melakukan proses reakreditasi prodi untuk bisa meraih A atau Unggul. “Jadi semua akan diperbaiki. Sumber daya manusia (SDM) diperbaiki, karya tulis diperbaiki hingga lulusan juga diperbaiki,” kata Prof Kacung.

Target itu satu persatu mulai terlihat hasilnya. Di 2020 ini, sudah ada satu prodi yang meraih akreditasi A yakni D3 Keperawatan dari Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PTKes).

Dan sudah ada lima prodi yang menunggu proses visitasi dari LAM PTKes dan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Di antaranya adalah prodi S1 Keperawatan, Profesi Ners, S1 Pendidikan Dokter , Peofesi Dokter dan satu prodi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

“Kecuali FK dan Profesi Dokter, prodi lain sudah kami mengajukannya sejak 2019 lalu,” tukas Prof Jazidie.

Dikatakan Prof Jazidie, untuk proses pengajuan reakreditasi sebelum 2020 maka akan mengikuti syarat pemenuhan tujuh standar katagori. Sehingga hasilnya masih berupa huruf yakni akreditasi C, B dan A.

Rektor Unusa Prof Jazidie (tiga dari kanan) didampingi Wakil Rektor 1, Prof Kacung Marijan dan Kepala Humas dan Marketing Mohammad Ghofirin saat syukuran atas diraihnya beberapa prestasi oleh Unusa beberapa waktu lalu. DUTA/dok

Sementara untuk pengajuan reakreditasi sejak awal 2020, perguruan tinggi harus memenuhi sembilan standar kriteria. Hasilnya yang paling tinggi Akreditasi Unggul.

“Yang kami ajukan di atas 2020 itu Pendidikan Dokter dan Profesi Dokter. Semoga target kami bisa dapat Unggul. Nantinya untuk akreditasi lembaga pada 2022 Unusa meraih Unggul,” tukas Prof Jazidie.

Kemungkinan besar, karena kasus pandemi covud-19, proses reakreditasi beberapa prodi Unusa agak tertunda. Namun kabar terbaru, proses visitasi akan tetap dilakukan melalui online.

Padahal, visitasi itu seharusnya dilakukan secara langsung untuk menyocokkan antara apa yang tertulis di borang dengan kenyataan di lokasi atau di kampus tersebut.

“Tapi kita tidak bisa memprediksi kapan pandemi ini agar berakhir. Semoga semua bisa kembali normal,” tukasnya. end/ril