BANJIR: Madrim (78, salah seorang petani di DEsa Sukoanyar, Kecamatan Cerme, menunjukkan areal pesawahannnnya terendam banjir. Padahal tanaman padinya siap panen. (Duta/Mas'ud)
BANJIR: Madrim (78, salah seorang petani di DEsa Sukoanyar, Kecamatan Cerme, menunjukkan areal pesawahannnnya terendam banjir. Padahal tanaman padinya siap panen. (Duta/Mas’ud)

GRESIK | duta.co –  Harapan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik untuk meningkatkan swasembada beras pada musim tanam 2016-2017 sepertinya bakal pupus. Pasalnya, persawahan yang siap panen di tiga kecamatan  masih tergenang banjir.

Seperti diketahui, sudah sejak pekan kemarin, luapan Kali Lamong menenggelamkan sebagian dari tiga wilayah Kecamatan, diantaranya, Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, dan Cerme. Meski gennagan sudah mulai surut, tetap air menggenangi area persawahan merendam tanaman padi siap panen.

Ancaman gagal panen akibat sawahnya tergenang banjir dari tiga Kecamatan tersebut dibenarkan oleh Ketua Lembaga Pertanian dan Perikanan Nahdalatul Ulama (LP2NU) Kabupaten gresik, Ir Suwiji, “Benar meski datanya belum detail namun bisa diperkirakan area persawahan yang gagal panen untuk musim tanam Nopember Tahun 2016 akibat tegenang air banjir sekitar 50 hektare, dengan rincian untuk Kecamatan Balongpanggang seluas 20 hektare, Benjeng 30 hektare, dan Cerme sekitar 10 hektare,” jelasnya.

Petani berharap Pemkab Gresik segera melakukan pendataan secara konkrit terdapat area pesawaan yang dipastikan akan mengalami gagal panen. Ini bertujuan agar bantuan dari Pemerintah yang diberikan pada petani yang gagal panen bisa tepat sasaran.

“Mestinya kami tinggal 1 dan 2 minggu lagi bisa panen padi, namun Tuhan berkehendak lain hingga banjir menggenangi sawah-sawah kami,” ungkap Moh Luthfi (47), petani asal Dusun Kacangan, Desa Bulurejo, Benjeng dengan mata berkaca-kaca.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gresik, Ir Agus Djoko Walujo, didampingi Eko Anindito SP, Kepala Bidang Tanaman Pangan, mengaku masih melakukaan pendataan terhadap petani yang sawahnya terendam banjir. “Kami masih melakukan pendataan, dan belum tuntas, sebab menunggu benar-benar air di sawah tersebut, hingga bisa diketahui yang tergenang air itu tanaman padi atau bukan,” ungkapnya.

Agus menyesalkan petani enggan ikut asuransi tanaman padi, padahal pihaknya mengaku hampir dalam setiap kegiatan turun ke lapangan selalu menyosialisasikan arti pentingnya asuransi bagi petani, khususnya tanaman padi. “Kalau sudah begini baru terasa, para petani banyak nuntut pada pemerintah, padahal sebelumnya pemerintah sudah memberikan solusi, apabila ada kegagalan petani padi dalam setiap musim tanam,” sesal Agus.

Dijelaskan Agus, petani Gresik akan mendapatkan ganti rugi apabila mengalami gagal panen. Ganti rugi tersebut diberikan ketika petani yang mengikuti asuransi usaha tani khusus padi. “Sebenarnya kami telah lakukansosialisasi pada para petani yang ada di gabungan kelompok tani (Gapoktan) maupun kelompok tani (Poktan), tentang program asuransi usaha tani. Asuransi tersebut khusus untuk komoditas padi saja, hal itu sesuai dengan petunjuk teknis dan pelaksanannya dari pemerintah pusat,” tandasnya. mas/sal

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry