Firman Yudianto – Dosen Sistem Informasi, Fakultas Teknik

Dunia bisnis dan wirausaha khususnya industri dan manufaktur di banyak negara sudah mempersiapkan dan menerapkan era revolusi industri 4.0. (industry 4.0). Revolusi industri 4.0 mengintegrasikan antara dunia online serta internet dengan lini produksi pada suatu industri. Sejak tahun 2011 dunia internasional dianggap telah memasuki Industri 4.0, yang ditandai dengan meningkatnya interaksi, konektivitas, dan batas antara manusia, mesin, serta sumber daya lainnya yang semakin konvergensi via komunikasi dan teknologi informasi.

Istilah Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan kepada publik pada tahun 2011 sebagai “Industrie 4.0” oleh sekelompok perwakilan dari berbagai bidang (seperti bisnis, politik, dan akademisi) di bawah inisiatif guna meningkatkan kekuatan daya saing Jerman di industri manufaktur. Pemerintah federal Jerman mengadopsi gagasan tersebut dalam Strategi Teknologi Tinggi untuk 2020. Selanjutnya, Kelompok Kerja dibentuk untuk memberi saran lebih lanjut tentang implementasi Industri 4.0.

 Industri 4.0 adalah transformasi digital dari manufaktur, memanfaatkan teknologi platform generasi ketiga, seperti Big Data/ Analytics dan inovasi akselerator, seperti (Industri) Internet of Things (IoT); dan membutuhkan konvergensi TI (Teknologi Informasi) dan TO (Teknologi Operasional).

Juga membutuhkan perangkat IoT, sensor dan aktuator, robotika, data, kecerdasan buatan dan proses manufaktur untuk mewujudkan pabrik yang terhubung, manufaktur terdesentralisasi pintar, sistem yang mengoptimalkan diri dan pasokan digital rantai di lingkungan cyber-fisik informasi-driven revolusi industri ke-4 atau the 4th industrial revolution sehingga disebut 4IR.

Definisi singkat dari Industri 4.0 adalah transformasi intensif informasi dari manufaktur dalam lingkungan yang terhubung dari data, orang, proses, layanan, sistem dan aset produksi, pengungkit dan pemanfaatan informasi yang dapat ditindaklanjuti sebagai cara dan sarana untuk mewujudkan pabrik dan ekosistem manufaktur baru. Industry 4.0 juga disebut ‘industri pintar’ (smart industry), ‘industri cerdas’ (intelligent industry), ‘pabrik pintar’ (smart factory), atau ‘manufaktur cerdas’ (smart manufacturing).

Dalam banyak hal itu terkait dengan Industri Internet dan platform Konsorsium Industri Internet serta Industri 4.0 . Lompatan besar terjadi di dunia wirausaha khususnya sektor industri, di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Tak cuma pada proses produksi, juga pada seluruh rantai nilai industri agar menumbuhkan model bisnis yang kontemporer berbasis digital agar meraih efisiensi yang tinggi dan kualitas produk lebih baik.

Semua tahu, bisnis digital beberapa tahun belakangan ini telah menjadi sebuah tren usaha yang cukup menggiurkan. Meningkatnya penggunaan internet dan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh smartphone adalah alasan mengapa bisnis ini memiliki peluang baik. Bukan hanya itu, bisnis digital juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitas menjadi sebuah peluang usaha. Banyak juga wirausahawan muda inovatif yang ikut berkontribusi dalam memberikan solusi untuk masalah sosial yang ada melalui bisnis digital.

Dalam rangka menekan penyebaran virus Corona, pemerintah memberlakukan berbagai pembatasan, di antaranya melalui imbauan social distancing dan Work from Home (WFH). Selain itu, beberapa wilayah juga menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pembatasan-pembatasan tersebut secara tidak langsung berimbas pada kelangsungan dunia usaha. Banyak perusahaan yang harus memberlakukan PHK untuk karyawannya karena laba merosot.

Hal ini menjadikan banyak orang kehilangan pekerjaan sehingga membuat daya beli turun. Selain itu, penerapan PSBB juga menghambat alur distribusi sehingga menurunkan kemampuan produksi. Industri yang biasa mendapatkan bahan baku dari luar negeri pun kesulitan karena beberapa negara asal impor menutup akses mereka, ditambah kurs dollar yang semakin melambung.Banyak industri yang tidak bisa bertahan, namun banyak yang bertahan dan diperkirakan akan terus tumbuh.

Industri yang mampu bertahan di masa pandemi COVID-19 di antaranya industri gas, listrik, air bersih, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, otomotif, dan perbankan. Keseluruhannya terkait dengan kebutuhan dasar, sehingga diprediksi masih akan bertahan meski diterpa pandemi. Sektor-sektor tersebut mampu bertahan meski tidak mengalami kinerja yang signifikan.

Sementara itu, industri F&B (Food and Beverage) memang mengalami penurunan karena turunnya daya beli masyarakat dan larangan makan di tempat. Namun perlahan industri ini mampu bertahan karena perubahan perilaku masyarakat yang lebih banyak membeli secara take-away. Begitu juga dengan industri retail yang masih bisa bertahan, asalkan memanfaatkan penjualan melalui e-commerce. Saluran penjualan ini telah terbukti membantu pemilik bisnis untuk mempertahankan penjualan selama pandemi, ketika saluran offline menunjukkan pengurangan pengunjung.

Industri alat kesehatan, farmasi, obat-obatan, mendapat permintaan tinggi di masa pandemi karena kebutuhan masyarakat akan barang-barang tersebut tinggi. Alat kesehatan yang dimaksud di antaranya alat pelindung diri (APD/baju hazmat), hand sanitizer, etanol, masker, dan sarung tangan. Bahkan, kementerian perindustrian menetapkan industri alat kesehatan dan farmasi ke dalam prioritas pengembangan Making Indonesia 4.0.

Program tersebut dimaksudkan agar industri kesehatan dan farmasi dapat memenuhi kebutuhan domestik bahkan ekspor, dan memberikan lapangan kerja yang luas. Selain itu, industri yang terus meningkat di era pandemi COVID-19 yaitu telekomunikasi dan teknologi informasi. Sejak Febuari, masyarakat cenderung lebih banyak beraktivitas di rumah dan mengakses internet serta aplikasi digital untuk keperluan belajar, bekerja, dan berkomunikasi.

Sektor pariwisata (perhotelan, penerbangan, restoran, tur) paling terdampak oleh pandemi COVID-19 akibat pembatasan wilayah dan transportasi. Meski beberapa hotel dan penerbangan mulai berbenah, banyak standar kesehatan yang harus dipatuhi untuk menjami keamanan pengunjung.

Meski beberapa sektor mengalami kemunduran, bukan berarti sektor tersebut tidak memiliki peluang untuk bangkit. Sektor pariwisata misalnya, mulai memiliki peluang dengan dengan diberlakukannya new normal. Geliat bisnis semakin meningkat dengan mulai kembalinya masyarakat beraktivitas seperti biasa. Hanya saja, selama pandemi Corona belum teratasi, berbagai protokol kesehatan masih wajib diterapkan oleh pelaku industri. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry