KETERANGAN: Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, saat memberikan keterangan pada awak media terkait perkembangan Covid-19, beberapa waktu lalu. Duta/Dok

PONOROGO | duta.co –  Jumlah postif corona menjadi 6 orang, membuat Pemkab Ponorogo mengetatkan pintu masuk ke Ponorogo di beberapa titik. Selain itu pembatasan di desa-desa secara mandiri (pembatasan berskala kecil)  dianggap efektif karena bisa menyaring warga pendatang. Sebanyak 3.500 tempat isolasi disiapkan untuk melakukan isolasi bagi para pemudik.

Banyaknya desa-desa yang melakukan pembatasan di wilayah masing-masing untuk warga yang berkunjung, dianggap sangat positif karena justru dengan adanya pembatasan itu bisa menyaring siapa saja yang datang ke desa tersebut. Sebab kalau hanya mengandalkan pembatasan pada pintu masuk Ponorogo, sering kebobolan karena banyaknya warga pendatang yang tidak jujur.

“ Saya kira itu malah bagus (pembatasan di desa) karena setiap kali orang yang datang ditanya dari mana, nginep tidak. Juga menggunakan jam malam. Kalau normal masuk desa ga papaa tapi dibatasi.  Ada beberap desa bikin tulisan desa lockdown, tapi hanya meniru saja. Tidak ada penutupan permanen, maka kita biarkan. Justru bantu kami untuk menemukan ODR , karena kalau data diambil dari pintu masuk Ponorog sulit, karena banyak pemudik yang bohong,” jelas Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, kemarin.

Menurutnya, beberapa pemudik melakukan kebohongan dengan tidak membawa tas besar dan dijemput keluarganya di perbatasan dengan sepeda motor. Sehingga hal inilah yang lepas dari pemantauan.

“Ada pemudik yang tutun di Purwantoro, Wonigiri. Dijemput keluarga naik motor, tidak bawa barang. Nah, ini akan tertangkap dengan pembatasan di desa. Desa kan tahu warga yang datang mana, lewat RT/RW makanya di situ pentingnya  desa siaga Covid-19,” imbuh Bupati.

Untuk mengantispasi banyaknya pemudik ini, maka Pemkab Ponorogo menyiapkan 3.500 tempat isolasi dengan menggunakan gedung-gedung yang tidak aktif, baik gedung sekolah mau pun gedung pemerintah, balai desa atau rumah-rumah kosong. Untuk itu Bupati berharap pengertian warga agar tidak terburu-buru melakukan demo penolakan terhadap adanya gedung isolasi ini. Sebab bagaimana pun itu untuk kebaikan semua pihak. Dan Bupati menegaskan virus Covid-19 tidak bisa menular melalui rumah ke rumah atau melalui tembok.

“Seperti gedung bekas perpustakaan (ralat : bukan untuk rumah sakit darurat)  bisa untuk tempat isolasi, rumah kosong, balai desa, gedung sekolah, gedung lain. Total ada 3.500 tempat isolasi,” imbuhnya.

Sementara terkait 6 pasien positif yang saat ini masih dirawat di RSUD dr. Harjono Ponorogo, pemerintah terus melakukan pencarian ( tracing) terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan  6 orang tersebut. Kendati sudah dilakukan tracing terhadap 71 orang, dan 2 diantaranya dinyatakan positif, namun tracing terus dilakukan.

“Apa yang dilakukan pemerintah? Pertama kita tingaktkan terus pencarian yang pernah kontak dekat dengan mereka. Lalu kedua perketat pintu masuk  ke Ponorogo khususnya desa-desa, juga menambah tenaga medis  di luar ASN,” pungkasnya.

Sementara itu hingga Minggu malam (12/4) data Covid-19 di Ponorogo yang diupdate oleh Dinas Kominfo dan Statistik Ponorogo adalah 6 orang positif,  PDP  sebanyak 15 orang yang menjalani isolasi mandiri, dan 5 orang menjalani isolasi di RSUD dr Harjono. Untuk ODP sebanyak  328 orang yang  menjalani isolasi mandiri di rumah, 6 orang menjalani isolasi di RSUD, sedangkan jumlah OTG 42 orang dan ODR non PMI sebanyak  9.880 dan PMI sebanyak 1.481 orang. sna

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry