Mahasiswa KKN Universitas Sayyid Ali Rahmatulah Kelompok 1, pada 20 Januari 2023 di Desa Nyawangan. (FT/uinsatu.ac.id)

“KKN MDB ini benar-benar ijtihad berani dari UIN SATU dalam melaksanakan program Merdeka Belajar–Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan pertama kali oleh Mendikbud RI Nadiem Anwar Makarim tahun 2020.”

Penulis bersama Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang telah menghibahkan 40 ha tanah untuk kampus baru. (FT/IST)
Oleh Dr H Syarif Thayib, SAg MSi*

SENGAJA, saya memilih duduk paling depan untuk bisa menyimak paparan Prof Ngainun Naim, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung, pada Kegiatan Evaluasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) 2023 Kamis, 21 September lalu

Intinya, ingin menyerap energi “out of the box” narasumber yang baru saja mengantarkan UIN SATU meraih penghargaan sebagai penyelenggara KKN PTAI terbaik se-Indonesia. Penghargaan itu ia peroleh pada ajang International Conference on University-Community Engagement (ICON UCE) yang diselenggarakan Kementerian Agama RI 26 Oktober 2022 lalu, di IAIN Syeikh Nurjati Cirebon.

Prof Ngainun Naim yang asli Tulungagung, orangnya sangat bersahaja. Ia begitu tawadhu’ (rendah hati) menyebut bahwa sanad keilmuan tentang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat diperolehnya dari “saudara tua” UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Maklum, sebelum jadi UIN, IAIN Tulungagung bersama Kediri, Jember, Malang, Ponorogo, Madura, dan Mataram adalah cabang dari IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya.

Meski sebagai saudara tua, UINSA tetap berjiwa ksatria, open mind and open heart. Kami tidak alergi untuk belajar kemana pun dan kepada siapa pun. Apalagi belajar KKN langsung pada sang juara satu, UIN SATU.

Sebagai dosen biasa, saya tentu tidak dalam kapasitas sedang merancang apalagi mengeksekusi “ide gila” KKN UINSA hingga meraih gelar seperti UIN SATU, meskipun saya pernah meraihnya di bidang lain, nomor satu dalam menggagas Program KidsPreneur for Orphan Children dari Kemendikbud RI tahun 2012 lalu.

Bagi aktivis, sangat mudah untuk sekedar melahirkan ide orisinil kegiatan atau event yang belum terpikirkan oleh kebanyakan orang. Justru yang sulit adalah bagaimana meyakinkan decision maker (pengambil kebijakan) agar mendukung penuh gagasan “out of the box” menjadi kebijakan Universitas.

Pengalaman Prof Ngainun Naim contohnya. Meski idenya memiliki dasar hukum kuat, antara lain Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1591 tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Implementasi Merdeka Belajar – Kampus Merdeka pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, ternyata proses mendapat dukungan dari seluruh pimpinan cukup berliku.

Beruntung Pak Rektor Prof Maftukhin mengawali, walaupun sembilan pimpinan lain semula menolaknya, tetapi pada akhirnya program KKN Tematik yang diberi nama KKN Membangun Desa Berkelanjutan (MDB) itu, menjadi kebijakan yang harus dilaksanakan tanpa perlu didiskusikan ulang.

Program KKN MDB ini benar-benar ijtihad berani dari UIN SATU dalam melaksanakan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan pertama kali oleh Mendikbud RI Nadiem Anwar Makarim pada tahun 2020. Berani dan kontroversial karena pelaksanaan KKN MDB ini berlangsung selama satu semester, mahasiswanya harus tinggal di desa KKN, dan bobot SKS-nya setara dengan kuliah satu semester.

Artinya, kalau mahasiswa peserta KKN MDB di semester 6 (enam) itu sedang mengambil 20 SKS, secara otomatis mata kuliah 20 SKS akan disesuaikan dengan nilai KKN. Sedangkan, jika mengambil lebih dari 20 SKS maka SKS sisanya akan mendapat tugas tambahan dari dosen yang bersangkutan.

Inilah yang menjadi awal kontroversi pelaksanaan KKN MDB di UIN SATU. Semua wakil Rektor, Dekan dan Wakil Dekan bidang Akademik menentang ide gila ini. Tetapi sekali lagi, UIN SATU beruntung punya duo pejabat mantan aktivis (Ketua LPPM dan Rektor) yang berhasil meyakinkan pimpinan lain untuk merebut momentum di tengah “kebingungan” mayoritas kampus terhadap konsep MBKM dengan tambahan argumen ilahiah, bahwa salah dalam ijtihad tetap mendapat (satu) pahala dan seterusnya, sehingga sebelas pimpinan UIN SATU menjadi bulat mendukung KKN MDB.

Bagi kampus “terpencil” seperti UIN SATU memang harus bisa mencuri perhatian nasional. Saya sering menyebutnya dengan strategi “to be the first or to be the best” untuk bisa beroleh prestasi yang dikenang sejarah. Kalaupun tidak, bisa meraih salah satu dari keduanya, maka, jadilah yang berbeda (to be different) dengan lainnya.

Contohnya: Aqua menjadi paling terkenal hingga semua jenis air mineral disebut Aqua oleh pedagang dan pembelinya karena Aqua adalah merek air mineral pertama (the first). Sedangkan Pepsodent lebih terkenal dibandingkan merek pasta gigi pertama “Odol” atau lainnya karena Pepsodent dianggap pasta gigi terbaik (the best) dan terlaris.

Sedangkan contoh “different” yang saya maksud adalah KidsPreneur Center Al Madina, terkenal bukan karena menjadi lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) atau pesantren yatim yang pertama dan terbaik di Indonesia, tetapi KidsPreneur Center Al Madina yang saya gagas itu merupakan LKSA atau pesantren yatim yang berbeda (the different). Ia fokus dengan program santri berwirausaha (KidsPreneur), manivestasi jalan hidup Muhammad bin Abdillah sebelum diangkat menjadi Rasulullah SAW.

Karena differensiasinya yang kuat, maka dengan sendirinya KidsPreneur Center Al Madina menjadi yang pertama dan terbaik di antara LKSA atau pesantren yatim untuk kategori pengembangan santri cilik berwirausaha, karena tidak ada kompetitornya, khan..? Hehe..

Konsekuensi logis dari capaian itu tentu mendatangkan cuan. Kalau pada organisasi sosial semisal Al Madina akan menaikkan trust hingga menjadi alat/media fundraising (penggalian dana) dan seterusnya. Sedangkan bagi Perguruan tinggi seperti UIN SATU raihan prestasi tingkat nasional tersebut menaikkan ranking dan/atau status Akreditasi yang pada gilirannya  berpeluang mendatangkan kerjasama-kerjasama tingkat nasional dan internasional.

Cuan berikutnya yang diperoleh UIN SATU adalah hibah tanah 40 Hektar di Desa Botoputih Kecamatan Bendungan untuk pendirian kampus dua dan pengembangan science tekhnopark dari Bupati Trenggalek setelah KKN MDB perdana tahun 2022 sukses di Desa Jajar Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Berlanjut KKN MDB 2023 di Desa Ngentrong Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek.

Sebenarnya bagi kampus lain masih banyak kesempatan untuk menerima tantangan program MBKM, terutama pada poin membangun Desa atau KKN Tematik dengan mengoptimalkan pengakuan kreditnya setara hingga 2 (dua) semester atau 40 SKS, seperti bagaimana memberdayakan pemuda-pemudi Desa untuk tidak mencari kerja ke Kota, tetapi fokus membangun Desanya sendiri.

Bekali mereka soft and hard skill entrepreneurship untuk mewujudkan one village one center of entrepreneurship, sebagaimana program OK OCE atau One Kecamatan, One Center of Entrepreneurship yang belum serius direalisasikan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno pasca-Pilgub DKI 2017. Wallahu a’lam.

*Dr H Syarif Thayib, SAg MSi adalah Dosen Sociopreneurship UINSA, Penggagas Program KidsPreneur Yatim Pertama di Indonesia.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry