Dr Abdul Muhith, SKep, Ns, MTr. Kep – Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)

SEKRETARIS Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, dr Siti Nadia Tarmizi, M Epid pada Senin (13/6/2022) lalu mengatakan Covid -19 RI mulai mengalami lonjakan kasus beberapa hari terakhir.

Hal ini diduga disebabkan oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang saat ini sudah terdeteksi di Bali dan DKI Jakarta, tiga di antaranya adalah imported case kedatangan luar negeri, sedangkan lima lainnya adalah kasus transmisi lokal.

Mutasi virus Omicron BA.4 dan BA.5 tak selalu membuat virus itu sendiri menjadi fatal atau ganas. Tetapi juga bisa menyebabkan virus itu semakin melemah. “Ini juga masih terus dikaji ya tentunya oleh para ahli. artinya tetap dibutuhkan setiap tahun ataukah nanti karena kita tahu mutasi virus tidak selalu membuat virus itu menjadi fatal atau ganas. Tapi bisa juga virus itu bermutasi bahkan menyebabkan virus itu lemah,” ucapnya.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Nadia juga mengungkapkan sampai saat ini fokus utamanya adalah bagaimana pandemi Covid-19 segera terkendali, Dan tentunya saat ini karena kita pada masa penanganan pandemi Covid-19, tentunya fokus utama adalah bagaimana pandemi ini segera terkendali.

Dari data-data atau kajian ilmiah yang ada, ini perlu untuk melengkapi vaksinasi dua dosis dan bahkan ditambah satu kali booster. “Bahkan ke depannya apakah perlu booster keempat atau tidak, ini masih terus dikaji mengenai manfaatnya. ini masih di dalam penelitian para ahlinya,” jelasnya.

Vaksinasi ini butuh kesadaran dari masyarakat luas terutama di Indonesia. Terkadang dukungan keluarga juga sangat penting agar proses vaksinasi Covid-19 itu bisa berjalan lancar dan semua masyarakat bisa divaksinasi.

Berdasarkan kajian ilmiah, dukungan keluarga merupakan salah satu atau bagian faktor eksternal yang berhubungan dengan perilaku seseorang. Hal ini diungkapkan dalam penelitian oleh Basaria Hutabarat (2007) dalam penelitian Tahan P. Hutapea.

Dikutip dari Social Capital and Lifelong Learning John Field (2005) dalam kehidupan yang dewasa seseorang belajar dengan mengandalkan partisipasi, hal ini dapat dipahami bahwa manusia akan belajar bersama dengan lingkungannya sehingga dorongan seseorang untuk berperilaku berasal dari faktor eksternal berupa dukungan orang di sekitarnya.

Faktor eksternal yang berhubungan dengan perilaku ini berupa suatu jaringan besar mulai dari dukungan dari ikatan keluarga, teman, rekan atau lingkungan kerja, tetangga dan lingkungan sekitar yang berhubungan terhadap perilaku pencegahan Covid 19 pada masyarakat.

Social Support atau dukungan sosial yang rendah akan memberikan kontribusi kecil, sehingga untuk memberikan kontribusi yang besar terhadap suatu perilaku maka dibutuhkan dukungan sosial atau social support yang merupakan bagian dari faktor eksternal dalam perilaku pencegahan Covid 19 pada masyarakat.

Menurut Teori Bloom, derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor heredity. Faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku seseorang yaitu faktor sosial dan budaya tempat seorang tersebut berada.

Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia mempunyai faktor eksternal yang terjalin dekat di mana dukungan sosial maupun dukungan keluarga secara umum baik sehingga mempengaruhi perilaku yang baik pula. Perilaku pencegahan Covid 19 yang baik akan semakin kuat apabila dikuatkan dengan sikap positif dari faktor eksternal berupa dukungan satu sama lainnya.

Perilaku pencegahan Covid-19 masyarakat Indonesia adalah hampir seluruhnya baik. Perilaku yang baik dapat menjadi upaya pencegahan terhadap penularan Covid-19. Dalam teori Health Belief Model (HBM) menurut Champion dan Skinner 2008, perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa komponen.

Di antaranya kerentanan terhadap penyakit yang dirasakan, manfaat yang dirasakan, hambatan yang dirasakan, keparahan/keseriusan yang dirasakan, keyakinan terhadap kemampuan untuk melakukan tindakan, ancaman yang dirasakan, isyarat untuk melakukan tindakan.

Penelitian Almi tahun 2020 mengungkapkan eksplorasi tentang perilaku kesehatan dapat dilihat dari beberapa komponen diantaranya persepsi tentang kerentanan penyakit, persepsi hambatan dalam upaya pencegahan, persepsi tentang manfaat, adanya dorongan, dan persepsi individu tentang kemampuan yang dimiliki untuk melakukan upaya pencegahan.

Adanya dorongan dapat berupa faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku pencegahan Covid 19 pada masyarakat Indonesia. Faktor eksternal ini berupa dorongan dan dukungan sekitar untuk seorang individu melakukan perilaku pencegahan.

pentingnya faktor eksternal berupa dukungan keluarga, dukungan sosial maupun lainnya dalam menunjang pelaksanaan perilaku pencegahan Covid 19 pada masyarakat di Indonesia. Faktor eksternal secara umum berhubungan dengan perilaku pencegahan Covid 19 oleh masyarakat di Indonesia.

Apabila dukungan yang ditunjukkan baik maka perilaku pencegahan Covid 19 akan semakin baik. Disinilah pentingnya menguatkan faktor eksternal dalam menghadapi pandemi Covid 19 pada masyarakat. Penguatan faktor eksternal pada masyarakat di Indonesia sangatlah diperlukan, hal ini dapat menguatkan perilaku pencegahan Covid 19.

Dukungan atau faktor eksternal diluar diri sendiri menjadikan individu berkemauan kuat merubah perilakunya menjadi baik karena orang-orang disekitarnya melakukan hal serupa. Dengan demikian penguatan faktor eksternal misalnya melalui kerja sama saling mendukung mempengaruhi perilaku pencegahan Covid 19 pada masyarakat menjadi baik sehingga dapat memutus rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry