WAJAH DIPERBAN: Penyidik KPK Novel Baswedan mengacungkan jempolnya saat tiba untuk menjalani perawatan di RS Jakarta Eye Center, Menteng, Jakarta pusat, Selasa (11/4). Cangkir tempat air keras disita dan TKP penyerangan Novel di dekat rumahnya, Jalan Deposito RT 03 RW 10 Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

JAKARTA | duta.co – Warga RT 3/RW 10 Kelapa Gading, Jakarta Utara, masih hafal pelaku penyiram air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Salah seorang warga setempat, Eko Julianto, mengatakan sempat melihat dua terduga pelaku teror terhadap Novel.

Eko kebetulan bersama Novel dan warga sekitar ikut salat berjemaah di Masjid Al Ihsan, di kompleks perumahan. Selepas salam, Eko bergegas balik ke rumahnya yang tak jauh dari masjid. Saat berjalan ke perempatan di samping kiri masjid itulah Eko sempat melihat dua pria sedang menunggu di sana.

“Yang satu tinggi pakai jaket kulit hitam dan pakai helm. Satunya lagi pendek, gemuk, gede badannya,” kata Eko.

Menurut dia, pria yang berbadan tambun itu berkulit sawo matang, berambut ikal sekuping, dan diwarnai. “Kayak orang seberang,” ujar Eko. “Pria tersebut juga memakai buff bercorak seragam tentara Amerika,” lanjutnya.

Dia mengatakan posisi pria berbadan tambun itu duduk di bangku keramik di depan mobil Toyota Rush, milik warga setempat. Mobil itu terparkir di perempatan sebelah kiri pintu masjid. Sedangkan si pria kurus, ujar Eko, berdiri di dekat sepeda motor yang terparkir membelakangi mobil Toyota Rush. “Sepeda motornya diarahkan ke jalan menuju rumah Pak Novel. Kayak sudah siap eksekusi,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal saat berjalan pulang dari masjid usai salat subuh, Senin (11/4/2017).

Seperti diketahui, Novel telah beberapa kali mendapat teror. Tahun lalu, Novel ditabrak mobil ketika sedang mengendarai sepeda motor menuju kantornya di Kuningan, Jakarta Selatan. Novel juga dipidanakan atas meninggalnya tahanan, ketika ia menjadi penyidik di Bengkulu, yang telah terjadi pada 2004.

Novel merupakan Kepala Satuan Tugas yang menangani beberapa perkara besar yang sedang ditangani KPK. Salah satunya adalah kasus dugaan korupsi dalam pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP).

Beberapa waktu terakhir, Novel terlibat persoalan di internal KPK. Novel yang mewakili Wadah Pegawai KPK menolak secara tegas rencana agar Kepala Satuan Tugas ( Kasatgas) diangkat langsung dari anggota Polri yang belum pernah bertugas di KPK sebelumnya. Surat peringatan kedua (SP2) yang diterima Novel atas kritik terhadap rencana tersebut akhirnya dicabut oleh pimpinan KPK. net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry