Manfaatkan Kearifan Lokal Ramuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Anti-osteoarthritis

Keberagaman etnik di Indonesia mendukung banyaknya potensi ramuan obat tradisional yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai obat anti-osteoarthritis. Akan tetapi banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan obat anti-osteoarthritis dari bahan alam berdasarkan tinjauan etnomedisin.

Etnomedisin merupakan pengetahuan tradisional yang patut dilestarikan dan diperkirakan akan hilang dalam waktu dekat. Etnomedisin berasal dari kata Ethno (Etnis) dan Medicine (Obat) yang berarti presepsi dan konsepsi masyarakat lokal dalam memahami kesehatan. Ilmu ini berkembang dari pengetahuan setiap suku dalam memahami penyakit dan makna kesehatan yang berbeda karena latar belakang kebudayaan, pengalaman dan pengetahuan.

Nyeri sendi merupakan gangguan sistem muskuloskeletal yang disebabkan mekanisme imunitas, metabolik, genetik, lingkungan dan usia. Pada kondisi nyeri sendi muncul rasa tidak nyaman di bagian persendian, pembengkakan, peradangan, serta pembatasan pergerakan. Osteoarthritis merupakan salah satu radang sendi yang ditandai dengan degenerasi terus-menerus pada tulang rawan artikular akibat respons tulang subkondral.

Berdasarkan studi etnomedisin, masyarakat di Indonesia banyak menggunakan ramuan tradisional untuk mengurangi nyeri sendi, salah satunya adalah kompres jahe dan bawang merah karena keduanya menurunkan peradangan dan melancarkan peredaran darah.

Permen No. 103, 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer disampaikan bahwa kearifan lokal ramuan tradisional berperan serta memberikan sumbangan dalam dunia kesehatan.

Beberapa ramuan tradisional yang telah kami eksplorasi khasiatnya melalui studi etnomedisin dan dilanjutkan pembuktian secara in vivo adalah Ramuan dari Sumenep, Yogyakarta, dan Solo. Selain itu tanaman jotang dan akar kuning berpotensi dikembangkan sebagai obat anti-osteoarthritis.

Obat dari Ramuan Obat Tradisional

Jamu Sondhep adalah ramuan tradisional dari Sumenep yang terdiri dari jahe merah, kencur, bawang putih, bawang lanang dan bawang daun untuk mengobati keluhan nyeri sendi. Sebanyak 3 gram serbuk jamu ini diseduh dengan segelas air, kemudian diminum tiga kali sehari sampai nyerinya hilang.

Pengujian aktivitas anti-osteoarthritis dari Jamu Sondhep menurunkan pembengkakan diameter lutut dan kadar IL-1β, serta meningkatkan ketahanan panas tikus model osteoarthritis. Hasil yang sama pada ramuan dari Yogyakarta dan Solo dengan komposisi utama jahe merah. Jahe merah mengandung gingerol, shogaol dan paradol dengan mekanisme menghambat sitokin pro-inflamasi dan enzim COX.

Tanaman asli Suku Dayak yaitu akar kuningArcangelisia flava sebanyak 1-2 potong direbus dengan 1 gelas air panas selama 3-4 menit. Air rebusan menjadi kuning dan diminum 3 kali sehari.

Identifikasi senyawa kandungan dengan LC-MS/MS menghasilkan 15 alkaloid, salah satunya turunan berberin. Penelitian in vitro dengan RAW 264.7 menunjukkan berberin dan ekstrak tanaman ini menghambat produksi NO serta menurunkan parameter fisik (diameter lutut) dan biokimia (kadar sitokin IL-1b).

hal ini terjadi juga pada tanaman Jotang dari Purwodadi, Malang. Oleh karena itu, negara Indonesia memiliki sumber daya alam yang potensial untuk mendapatkan obat anti-osteoarthritis baru berbasis bahan alam.

Peluang dan Tantangan

Eksploitasi sumber daya alam (SDA) dalam skala besar dan ketergantungan sumber daya kimia seiring dengan laju pembangunan yang membuka jalan bagi ketidakamanan SDA di masa depan dan hilangnya nyawa manusia. Pengobatan etnomedisin menjadi pilihan terbaik karena melibatkan pemanfaatan SDA secara berkelanjutan.

Kelemahan etnomedisin adalah pengetahuan pengobatan hanya pada segelintir orang di masyarakat, status budaya lokal yang tidak universal, tidak adanya bentuk tertulis, pengobatan dan penyembuhan penyakit skala kecil.

Oleh karena itu, pluralisme medis dan terapi pengobatan CAM diperlukan sehingga melestarikan sistem dan budaya penyembuhan tradisional untuk generasi mendatang, namun juga memerangi penyakit-penyakit mengerikan dan tantangan-tantangan di masa depan.

Peluang inilah yang menjadikan tanaman obat perlu digali melalui tinjauan etnomedisin sehingga menemukan bahan baku obat baru dari bahan alam yang dapat mendukung kemandirian obat di Indonesia.

Presiden RI pada RAKERNAS dan Pertemuan Ilmiah Tahunan IAI 2020 menyatakan bahwa 90% obat dan bahan baku obat mengandalkan impor. Hal ini merugikan perkonomian kita, dan industri farmasi dalam negeri tidak tumbuh dengan baik.

Oleh karena itu peluang bahan alam untuk dikembangkan menjadi obat sangat terbuka dan dipengaruhi oleh Keanekaragaman budaya dan suku di Indonesia mempengaruhi sistem pengobatan sehingga menambah keberagaman pengobatan dan tanaman obat di Indonesia.Data empiris dan tradisi penggunaan SDA sebagai obat yang diturunkan secara verbal maupun tercatat rapi dalam lontar-lontar atau kitab pengobatan memudahkan berbagai lapisan masyarakat menerimanya.

Tanaman obat beragam, melimpah dan mudah diperoleh di Indonesia karena banyaknya jenis tanaman obat yang secara liar tumbuh. Oleh karena itu perlunya dibuat metode pengembangan budidaya.

Keberadaan sumber melimpah, mendorong pengembangan teknologi untuk pengembangan obat tradisional dengan biaya murah, Harga yang relatif murah dan terjangkau menjadikan obat tradisional dapat dimanfaatkan secara luas oleh semua lapisan masyarakat.

Obat ini dapat diolah dengan teknologi yang paling sederhana sampai teknologi modern  Besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan pangsa pasar yang potensial. Demikian juga peluang untuk membuka lapangan kerja baru, mulai dari tahap budidaya sumber obat tradisional sampai tahap pemasaran produk jadi .

Akan tetapi pengembangan obat alam masih menghadapi berbagai tantangan dan kendala antara lain belum terintegrasinya penggunaan obat tradisional dalam sistem kesehatan nasional.

Regulasi dan mekanisme legal yang rumit dan belum standar. Tidak adanya informasi ilmiah yang standar dan terintegrasi tentang efikasi dan keamanan obat tradisional. Minimnya dukungan finansial untuk pengembangan lebih lanjut obat tradisional untuk dapat berdiri sejajar dengan obat modern.

Berdasarkan fakta dan hasil penelitian maka tidak ada keraguan terhadap penemuan anti-osteoarthritis baru dari bahan alam berdasarkan tinjauan etnomedisin. *

*RR Retno Widyowati S.Si M.Pharm PhD Apt  – Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry