PANEN:  Hasil panen durian Ngebel dijajakan disepanjang jalan menarik pembeli. Durian ngebel masih menjadi pesona meski hasil penan turuin karena kemarau basah. (duta.co/siti noer)

PONOROGO  | duta.co– Kecamatan Ngebel Ponorogo yang berhawa sejuk sangat terkenal dengan tanaman buahnya yang khas, durian. Buah berduri itu saat ini sedang dalam musim panen, walau tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

Hari-hari ini dimanfaatkan oleh warga Ponorogo atau wisatawan dari luar Ponorogo untuk berburu durian di Tepian Telaga Ngebel itu.

Buah dengan aroma khas itu, saat ini tengah dalam musim panen. Namun, jumlah pembeli belum bisa diharapkan oleh para pedagang. Juma’t  (1/12) yang merupakan Hari libur nasional,dimanfaatkan oleh wisatawan untuk mengunjungi wisata Telaga Ngebel sekaligus berburu buah durian. Buah dengan harga antara Rp 20 ribu-75 ribu perbiji itu sangat digemari oleh penyuka durian.

Terbukti pedagang di lapak-lapak atau hanya berjualan di atas sepeda motor diserbu oleh pembeli. Namun demikian diakui pembeli tahun ini jumlahnya menurun dibanding pada musim durian sebelumnya.

“ Saat ini sepi pembeli. Entah kenapa, padahal harga tidak terlalu mahal hanya Rp 20 ribu yan kecil yang super Rp 75 ribu,” kata Ugin, pedagang durian asal Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel.

Selain menjulan durian asli Ngebel, para pedagang juga menjajaksn durian jenis lay, atau durian warna kuning asal Bogpor. Durian dengan bentuk lonjong memanjang dan agak pipih itu dibandrol dengan harga  Rp 30 ribu untuk ukuran kecil/sedang, dan Rp 50 ribu ukuran besar. Buah yang biji aslinya berasal dari Bogor itu ternyata tumbuh subur di Ngebel, kndati belum banyak dikenal.

“ Ini bijinya dan buahnya kecil dan pipih, tapi lebih manis,” kata Ugin.

Namun rajanya buah durian Ngebel adalah jenis varian bari Durian Kanjeng, yang saat ini belum waktunya panen. Panenan durian yang dinikamrti oleh warga Ngebel ini juga dirasakan Samin, pedagang buah di pasar Terminal Ngebel. Samin yang juga menjual aneka buah lainnya khas Ngebel yakni alpukat, pisang, manggis , kepundung alias menteng dan pete ini, mengaku kali ini pembeli lumayan. Karena letak lapaknya di pasar dengan parkir yang luas sehingga menjadi jujugan pembeli.

Namun panen durian ini saat ini diakui oleh petani durian yang sekaligus para pedagang itu, tidak sebaik 2 tahun lalu. Bahkan petani durian sempat terpuruk pada Agustus lalu yang harusnya panen, justru produksinya turun 95 persen. Hal ini akibat adanya fenomena alam berupa kemarau basah. Sehingga dengan kegagalan panen itu, petani beralih profesi.

“Kalau tidak ada durian saya jadi sopir,” kata Ugin.

Gagal panen di Kecamatan Ngebel  ini juga terjadi pada petani buah lainnya seperti manggis, alpukat, dan kepundung. Sehingga saat itu buah khas Ngebel itu sangat langka di tempat asalnya. Di saat itulah serbuan buah durian dari luar Ngebel malah dijual di kawasan Telaga Ngebel, yang berasal dari luar daerah seperti Madiun , Trenggalek dan Tulungagung.

“ Gagal panen yang dialami petani buah di Ngebel saat itu cukup mempengaruhi ekonomi warga. Sebab buah durian, alpokat merupakan produk utama dan primadona di Kecamatan Ngebel. Akibat gagal panen secara berturut- turut  selama 2 tahun terakhir yang mencapaii angka 95% membuat banyak petani beralih profesi,” kata Camat Ngebel Suseno , kemarin. (sna)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry