“Bersatunya para ulama, umara, habaib dan rakyat Indonesia dalam satu majelis yang Allah muliakan (masjid) sesuai standard protokol kesehatan, yakin wabah ini akan segera selesai.”

Oleh: Kholili, Pengkaji Alquran dan Tafsir

SAYA mengikuti semua alasan, dasar argumentasi yang disampaikan para guru, umara,  tentang bahaya wabah corona atau Covid-19 dengan menganjurkan rakyat stay at home. Tujuannya  memutus mata-rantai penyebaran virus. Sementara analisis sains-nya hingga detik ini masih belum terekspos secara empris materialis, tentang geneologi mendasar sebab terinveksi virus tersebut.

Sebagai orang awam, tentu,  ‘tidak habis fikir’, jika aktivitas berdoa secara kumunal, itu dilarang. Masjid lalu menjadi ‘rumah hantu’ nan sunyi, akibat wabah ini. Umat muslim tidak lagi berkumpul padu dalam satu irama dengan nada ‘rahmah’. Ini sebuah pukulan telak bagi kita.

Terbesit dalam pikiran saya, mari kembalikan umat Islam kepada asas dasar kultural dalam menyelesai bala dan wabah ini. Sentuhan sejuta tangan dalam mengharap ‘rahmah’ Allah, bahwa wabah ini dari Allah dan Allah pulalah yang akan memusnahkannya.

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ

Artinya: “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali.”

Jika wabah ini diyakini dari Allah, kenapa umat Islam harus dijauhkan dari rumah Allah? Saya rindu NU berkumpul dengan sejuta tangan hampa memohon ridho Allah dalam satu majelis yang penuh rahmah. Saya rindu khotbah-khotbah di masjid, saya juga rindu silaturahmi dari rumah keluarga ke keluarga yang lain.

Wabah beroperasi di muka bumi atas izin dan kehendak Allah,  maka tak ada satu kendala yang dihendaki hanyalah solidaritas kemanusian yang memang dicintai oleh Allah. Jangan pecah umat dengan dasar analisis sains yang tidak memenuhi standar ilmiah. Sebab, dari presentasi kematian yang terkonfirmasi sudah masuk pada usia tua 50-60, maka, jangan memanipulasi kehidupan ini dengan sains yang dipenuhi dengan muatan kepentingan global.

Keniscayaan di balik musibah yang Allah berikan hanyalah kemantapan iman, tapi jika umat Islam dijauhkan dengan Allah atas dasar analisis sains yang belum terindentifikasi secara geneologis maka kesatuan umat islam dalam satu majelis dengan memohon rahmah Allah maka Keniscayaan sesuai yang Allah potret dalam kalamNya.

أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Saya masih teringat, disatu masa dimana Imam Ghazaly hidup di tenggah masyarakat Persia yang sangat cinta kepada ilmu fiqh. Sehingga waktu itu, banyak orang menyita waktu untuk belajar dan mendalami ilmu tersebut.

Suatu ketika masyarakat terisolasi pikirannya pada suatu realitas faktual (orang sakit) disitulah Imam Ghazali mengatakan; Jika waktu hanya untuk agama bukan eksak (sains) maka pincanglah jalan kalian, tapi jika hanya sains kalian belajari tanpa agama maka lumpuhlah. Sebab mempelajari kedua ilmu tersebut hukumnya fardhu kifayah. Allah juga memperingatkan dalam Alquran surah Al-Qashas Ayat 77 tentang keseimbangan dunia (eksak)  dan akhirat (Agama).

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Artinya: ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”.

Banyak ulama tafsir mengemukakan, bagaimana satu bidang pengetahuan (eksak) bisa dijadikan satu mediasi untuk berbakti kepada Allah begitupun dengan ilmu agama maka dua komponen tersebut tidak bisa dipisahkan ibarat dua sisi mata uang.

Cuman melihat fenomena sekarang, kok seakan-seakan umat Islam lebih dilabuhi oleh analisis sains tanpa keseimbangan agama yang punya kekuatan spiritual kultural dan tradisi. Sedangkan sampai detik ini penularan virus corona masih abu-abu tidak ada pakar sains yang mampu membahas secara geneologi.

Terlalu berlebihan bagi saya, jika para pakar agama dan umara (mohon maaf saya sampaikan kepada guru dan pemerintah ) menghidangkan suatu hidangan yang memang tidak layak diseduh dan dicicipi kepada publik akan bahaya wabah corona jika hanya berpusat kausalitas; (berkumpul menyebabkan tersebarnya virus corona dengan dampak kepada kematian), kalimat ini terlalu sadis.

Bersatunya para ulama, umara, habaib dan rakyat Indonesia dalam satu majelis yang Allah muliakan (masjid) sesuai standard protokol kesehatan, saya yakin wabah ini akan segera selesai. Jangan larang rakyat berkumpul di dalam satu majelis, dan rakyat jangan ditakut-takuti tentang wabah corona.  Semua dari Allah akan kembali kepada Allah, semoga corona segera diangkat dari bumi pertiwi oleh Allah. sesuai dengan sabda Nabi.

وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ » ، وفي الحديث «كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ» ، وفي الحديث «إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَة

Artinya : ”Ketahuilah seandainya seluruh manusia berkumpul untuk memberikan suatu manfaat pada dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikannya kecuali sekadar manfaat yang telah ditetapkan Allah bagimu. Demikian pula seandainya seluruh manusia berkumpul untuk menimpakan suatu mudharat, niscaya mereka tidak akan mampu menimpakannya kecuali sekadar mudharat yang telah ditetapkan Allah atas dirimu. Pena catatan telah terangkat dan lembaran-lembaran takdir telah mengering.” (HR At-Tirmidzi).(*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry