INSPIRASI : Yuyun Abidah, Ketua DPD Gerkatin Jawa Timur aktif berbagi ilmu konveksi (duta.co/Nanang Priyo)

KEDIRI| duta.co -Meski memiliki keterbatasan tidak selayaknya manusia normal, namun bila sudah saling kenal dan kemudian terjalin komunikasi, serasa manusia selalu diciptakan untuk hidup berdampingan dan saling berbagi.
Prinsip tersebut dipegang Maskurun, sosok wanita tangguh berusia 45 tahun, sejak Tahun 1994 membuka usaha menjahit di rumahnya, Jl. HOS. Cokroaminoto Nomor 45 Kelurahan Jamsaren Kota Kediri.
Saat ditemui di tempat usaha konveksi, terlihat sosok Ketua DPD Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Jawa Timur ini, sedang mengajarkan ilmu tentang konveksi. Menjadikan kita salut, yang diajarkan ternyata bukanlah dari kelompok disabiltas, sebutan bagi orang yang memiliki keterbatasan.
“Mereka dari Kabupaten Bandung, datang kemari ingin belajar membuat baju. Tujuan kami berbagi ilmu, semoga ada manfaatnya,” jelas Mbak Yuyun sapaan akrab Maskurun, anak bungsu dari 4 bersaudara ini.
Lahir di Kediri, pada 30 April 1973 seiring perjalanan hidupnya kemudian menerima musibah dan harus menjalani pendidikan di SLB Putra Asih Kota Kediri selama 5 tahun. Kemudian karena kecakapannya di bidang ilmu pendidikan, melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Kota Kediri dan dilanjutkan di SMKN 3 Jurusan Tata Busana.
“Saya dulu pernah sekolah di SDN Balowerti 3, namun hanya bertahan satu tahun kemudian oleh orang tua dimasukkan ke SLB,” jelas anak pasangan (alm) Slamet Noor Ali dan Hj. Siti Masriah ini.
Merasa memiliki bakat bidang busana, akhirnya Mbak Yuyun melanjutkan mencari ilmu Arva School of Fashion berada di Surabaya, merupakan sekolah program desain mode.
“Saya juga berusaha mengembangkan usaha dengan mencari ilmu di Sekolah Pendidikan Tata Busana Butik selama dua tahun,” terangnya.
Seiring ilmu dan pengalaman yang didapat, akhirnya dari usaha jahitan, dirinya pada Tahun 2007 membuka butik bernama Abidah. Selain butik, dia juga mendirikan Lembaga Kursus Pendidikan di rumahnya.
“Harapan saya, bagi penyandang disabilitas bisa memiliki keahlian dalam dunia konveksi. Namun juga ada siswa yang nondisabilitas telah menempuh ilmu di sini,” tambahnya.
Ada hal menarik dilakukan Mbak Yuyun ini, selain mengajarkan ilmu konveksi, di sela – sela waktu, juga dihadirkan guru ngaji ke tempat usahanya untuk berbagai ilmu agama. Sudah tidak terhitung berapa jumlah pakaian muslim telah diproduksinya.
“Pembeli kami terbanyak dari Surabaya, Malang hingga Makasar. Saya juga bekerjasama dengan Dannis Collection Surabaya untuk memproduksi pakaian muslim,” jelasnya.
Selain modelnya selalu terbaru, didukung kualitas bahan, harga pakaian yang ditawarkan pun tidaklah mahal.
“Seperti model Syarii, untuk anak – anak kami jual kisaran harga 100 ribu,” terang Mbak Yuyun, kini telah mendirikan konveksi berada di tepi jalan, lengkap dengan dipasang tulisan Butik Abidah. (nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry