HAUL ke-117 KH SHOLEH DARAT: Ratusan umat islam berdoa bersama di makam KH Sholeh Darat (Haji Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani) pada haul ke-117 ulama besar tersebut di kompleks pemakaman Bergota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/7). (antara)

SEMARANG | duta.co – Ratusan warga memadati kawasan Makam KH Sholeh Darat di Pemakaman Umum Bergota, Kota Semarang, dalam rangka Ziarah dan Tahlil Akbar menyambut Haul ke-117 KH Sholeh Darat, Selasa (4/7). Haul KH Sholeh Darat yang selalu diperingati setiap 10 Syawal ini diselenggarakan kerja sama PCNU Kota Semarang dengan Pengajian Ahad Pagi (PAP) 1939 dan Majelis Kopisoda (Komunitas Pecinta KH Sholeh Darat).

Kiai Sholeh Darat merupakan ulama masyhur asal Kota Semarang yang diakui keilmuannya baik di Nusantara maupun dunia melalui sejumlah kitab yang ditulisnya. Di antaranya Kitab Munjiyat, Lathoif At-thaharah, Majmuat As-syariah, Matan Al-hikam dan lainnya. Semasa hidupnya, Mbah Sholeh Darat juga pernah mengajar di Makkah, Arab Saudi.

“Ora kiai sembarangan, meniko wong Jowo ning sempat dadi kyaine wong Arab kono (Tidak kiai sembarangan, beliau orang Jawa yang sempat menjadi ulamanya orang Arab sana),” kata KH Ahmad Daroji, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, dalam mauidzoh hasanah-nya.

Ziarah dan Tahlil Akbar ini diikuti tidak hanya oleh para ulama, habaib, pejabat, dan santri tapi juga oleh warga Kota Semarang dan sekitarnya. Khususnya para keturunan KH Sholeh Darat dan murid-muridnya.

KH Ahmad Daroji juga menjelaskan, Kiai Sholeh Darat merupakan guru dari sejumlah tokoh besar bangsa Indonesia. Di antaranya KH Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Kiai Sholeh Darat juga merupakan pionir tafsir Alquran menggunakan pegon (tulisan Jawa tapi menggunakan huruf Arab) di dunia keislaman Indonesia.

“Termasuk RA Kartini murid Kiai Sholeh Darat, ia termasuk yang meminta beliau untuk menafsirkan Alquran,” jelasnya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang ikut menghadiri haul ini menegaskan bahwa sudah semestinya warga Kota Semarang untuk memperingati haul Kiai Sholeh Darat. Sebab jasa yang ditinggalkan baik untuk agama Islam maupun Indonesia sangat besar.

“Hari ini (kemarin-red) kita sebagai warga Semarang berkumpul di sini, menurut saya hukumnya wajib. Bangsa yang besar adalah yang menghargai pahlawan dan pendahulunya,” tegas Hendi, sapaan akrabnya.

Ia juga mengajak untuk terus meneladani apa yang telah diteladankan oleh Kiai Sholeh Darat semasa hidupnya. “Sing penting diconto (yang penting dicontoh),” tutur Hendi.

Selain acara ini, peringatan haul Kiai Sholeh Darat juga dilaksanakan tadi malam, bertempat di masjid peninggalannya di Jalan Kakap Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.

“Kami mengundang untuk semua masyarakat menghadiri Pengajian Umum pukul 19.00 (Ba’da Isya) di Masjid Kiai Sholeh Darat Jalan Kakap No 212, Dadapsari, Semarang Utara. Mauidzoh Hasanah akan disampaikan KH Ahmad Haris Shodaqah,” kata M Rikza Chamami, panitia Haul KH Sholeh Darat yang juga wakil ketua Kopisoda.

 

Wali dan Karomahnya

Rikza Chamami dalam tulisannya pernah mengupas KH Sholeh Darat yang bernama asli Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani. Dijelaskann Rikza, Kiai Sholeh Darat memberi dasar tentang pemahaman wali dan karomahnya. Di antara penjelasan KH Sholeh Darat tentang wali dan karamah adalah dalam syarh nadzam Jauhar al-Tauhid Syekh Ibrahim Allaqani.

Wali menurut Mbah Sholeh Darat, adalah seorang ‘arif billah (mengetahui Allah) sekedar derajat dengan menjalankan secara sungguh-sunggu taat kepada Allah dan menjauhi ma’siyat. Artinya para wali itu menjauhi segala macam kemaksiyatan berbarengan dengan selalu bertaubat kepada Allah. Sebab wali itu belum kategori ma’shumin (terjaga) seperti nabi. Maka wali belum bisa meninggalkan maksiat secara penuh. Makanya mereka disebut waliyullah.

Keberadaan wali yang sedemikian agung ini mendapatkan keistimewaan dalam hidupnya. Mereka dalam hidupnya selalu mengingat dan menggantungkan diri dan menyatukannya kepada Allah. Hati selalu menghadap dan pasrah dengan taqdir Allah saja. Itulah definisi sederhana mengenai wali menurut Mbah Sholeh Darat.

Adapun karomah menurut Mbah Sholeh Darat sesuatu yang nyulayani adat (berbeda dari sewajarnya) jika dilihat secara kasat mata. Mereka yang mendapat karomah selalu menunjukkan kepribadian baik dan meniru jejak Rasulullah dengan bekal syariah dan baik secara ideologi serta perilakunya.

Satu pertanyaan yang dimunculkan oleh Mbah Sholeh Darat dalam Kitab Sabil Al ‘Abid adalah: “Kenapa zaman akhir para wali banyak kelihatan karomahnya? Dan kenapa zaman Sahabat dan Tabi’in tidak nampak wujud karomah wali?”

Oleh Mbah Sholeh dijawab, bahwa zaman akhir ditunjukkan banyak karomah karena manusia di zaman akhir banyak kesalahan (dla’if) keyakinan agamanya. Maka mereka didampingi oleh para wali dengan karomahnya agar semakin kuat keyakinan agamanya dan patuh kepada orang saleh. Dengan demikian, generasi zaman akhir tidak mudah menghina para orang-orang saleh.

Berbeda dengan orang-orang zaman al-awwalin (periode Sahabat dan Tabi’in) yang dalam hidupnya masih sangat yakin kepada orang-orang saleh. Sehingga karamah para wali tidak diperlihatkan. Apalagi pada zaman Sahabat, dimana Rasulullah SAW masih hidup bersama mereka.

Masih menurut tulisan Rikza Chamami yang juga dosen UIN Walisongo Semarang, penjelasan Mbah Sholeh tentang wali ini merupakan dasar dari pemaknaan kata wali dan karomah cukup memberikan pencerahan. Penjelasan lengkap mengenai wali dalam karya tulis Mbah Sholeh Darat terdapat dalam Kitab Minhaj al-Atqiya’ fi Syarh Ma’rifah al-Adzkiya il Thariqi al-Auliya’ (tebalnya kitab ini 516 halaman).

“Ini menjadi ‘ibrah bahwa generasi masa kini hendaknya menghormati orang shalih dan selalu ingin dekat kepada orang terkasih. Derajat wali pada hakikatnya titipan dari Allah, bukan predikat yang dipasang secara mandiri dan diumumkan,” demikian tulisan Rikza Chamami yang juga dosen UIN Wali Songo Semarang. hud, msc, nuo

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry