Baliho Mas Iin dan Bambang Haryo (BHS) yang sudah blusukan ke warga. (FT/MKY/IST)

SIDOARJO | duta.co – Rabu Pahing, 23 September 2020 bakal menjadi penentu, siapa juara pemilihan kepala daerah (Pilkada) di 270 daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hari ini, Minggu (1/3/2020), di lorong-lorong dusun Kabupaten Sidoarjo sedang disasar gambar Mas Iim (H Achmad Amir Aslichin).

Jualan kampanyenya, simpel. Tambahan anggaran sampai Rp500 juta perdusun. Melihat baliho Mas Iim, seorang pengurus kampung mengaku marem. “Ini baru visioner, muda, berani berubah. Lihat janjinya marem. Tapi, opo ono duite (apa ada uangnya red.) mas,” jelas seseorang yang sedang memelototi gambar Mas Iim di Krian, Sidoarjo.

Namanya berani berubah. Tidak salah, jika Mas Iin menebar janji tersebut. Sekedar tahu, di Kabupaten Sidoarjo ada 18 kecamatan, 31 kelurahan, dan 322 desa. Jumlah dusunnya 906 dusun. Jika setiap dusun dapat jatah tambahan anggaran Rp500 juta pertahun, maka, ABPD Sidoarjo harus bisa menggelontor ‘duit anyar’ Rp453 miliar pertahun.  “Ini tambahan saja,” jelas lelaki tersebut.

Ijo Bukan Milik PKB

Belum ada calon yang memegang ‘tiket resmi’ masuk gelanggang pertempuran Pilkada Sidoarjo. Termasuk Mas Iin. Calon independen juga belum memperoleh ‘tiker resmi’ KPU. Sebab, sampai Rabu 25 Maret 2020, KPU Sidoarjo masih merampungkan verifikasi administrasi berkas dukungan Agung Sudiyono-Sugeng Hariyadi. Pasangan ini memenuhi syarat mendaftar Paslon perseorangan dengan dukungan SILON (Sistem Informasi Calon) sebanyak 92.141.

Maraknya baliho Mas Iin, menjadi sinyal keras, bahwa, Rekom PKB bakal jatuh kepadanya. Maklum, Mas Iin adalah putra H Saiful Illah, Ketua DPC PKB Sidoarjo yang notabene bupati (Sidoarjo) dua periode. Masalahnya, Abah Ipul, panggilan akrabnya, kini berurusan dengan KPK.

Posisi Mas Iin ini, membikin kecil kemungkinan rekom PKB jatuh ke Achmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor), putra Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Bumi Sholawat, KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali). “Sudah 99% rekom PKB jatuh ke Mas Iin,” jelas salah seorang politisi kawakan Sidoarjo kepada duta.co.

Jika benar, ini problem serius PKB di Sidoarjo. Apakah partai ini mampu mempertahankan ‘sabuk juara’ pada Pilkada mendatang? Mungkinkah Sidoarjo berubah warna? “Oh tidak. Sidoarjo tetap ijo. Dan, ijo itu bukan berarti milik PKB,” demikian disampaikan H Nurhadi ST, pengusaha otomotif di Sepanjang, Sidoarjo kepada duta.co.

Cak Nur, demikian akrab dipanggil, melihat bakal calon yang muncul ke permukaan, hampir seluruhnya, ijo royo-royo. Ia kemudian menyebut Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin. Menurutnya,  Nur Ahmad misalnya, kalau benar maju, meski tidak direkom PKB, jelas berwarna ijo. Begitu juga Gus Muhdlor, putra Gus Ali dan Bambang Haryo Soekartono (BHS). Semua berwarna Ijo.

“Kedekatan BHS dengan para kiai dan habaib, tidak diragukan lagi. Dia bukan sekedar kader, tetapi sudah melahirkan banyak kader, termasuk di lingkungan nahdliyin,” jelasnya.

Jadi? “Saya yakin Sidoarjo tetap basis ijo, NU. Dan ingat! Ijo bukan milik PKB. Hampir semua politisi Sidoarjo yang maju dalam Pilkada 2020 nanti, adalah nahdliyin dan memahami betul grassroot nahdliyin,” tambah Cak Nur. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry