Puspandam Katias – Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis

SEBAGAI seorang wirausaha, pemilik bisnis ataupun pengelola bisnis selalu menghadapi kondisi persaingan ataupun potensi persaingan di masa depan.

Demi menang bersaing, tentunya berbagai upaya telah dilakukan, pertama, dari peningkatan kualitas produk atau jasa, hingga menerapkan strategi marketing yang tentu tidak sedikit menyerap sumber daya organisasi yang ada.

Dua aspek tersebut merupakan strategi yang mainstream dan pada saat yang bersamaan harapan pelanggan semakin bertambah, seperti kecanggihan fitur maupun karateristik produk ataupun jasa. Di titik ini para wirausaha, pemilik bisnis ataupun pengelola bisnis harus menerapkan konsep yang berbeda agar tujuan organisasi bisnis tercapai dengan efektif dan efisien.

Jeston dan Nelis (2008), mengenalkan konsep manajemen proses bisnis yang menjadi fokus utama suatu organisasi dalam mencapai tujuannya melalui peningkatan, pengelolaan, dan pengendalian pada proses bisnis yang esensial. Manajemen proses bisnis, sehingga dapat memberikan benefit.

Pendapat lainnya, sebagai alat untuk daya saing, Poirier dan Walker  (2006) menyarankan bahwa suatu perusahaan dalam proses perjalana bisnisnya, dengan menerapakan manajemen proses bisnis dapat dengan menjadikan rantai pasoknya menjadi efektif. Dengan menganalisis proses, untuk didesain menjadi suatu proses yang optimal, yaitu lebih efektif dan efisien, sehingga kinerja bisnis menjadi lebih baik.

Dengan re-desain proses bisnis, dari sisi pelanggan akan mendapatkan nilai tambah lebih baik. Pada titik ini dapat dikatakan bahwa manajemen proses bisnis adalah perencanaan/desain, penggorganisasian dan pengawasan dalam proses bisnis menjadi lebih efektif dan efisien agar dapat memberi nilai lebih pada pelanggan maupun para pemangku kepentingan dari suatu organisasi bisnis.

Kisah sukses penerapan manajemen proses bisnis saat ini tentu relatif tidak bisa dilepaskan dengan peranan dukungan teknologi informasi, contoh toko tradisional versus toko online, di mana proses interaksi fisik di desain ulang menjadi hanya interaksi secara virtual.

Begitu juga cara transaksi bisnis dari transaksi fisik menggunakan uang kartal (uang kertas dan uang logam) ditambah alternatif dengan transaksi dompet digital (e-wallet) seperti LinkAja Syariah, OVO atau Gopay, sehingga tidak perlu membawa uang kartal dalam bertransaksi.

Seorang wirausaha, pemilik bisnis ataupun pengelola bisnis dapat mendesain proses bisnisnya menjadi lebih hemat, seperti efisiensi dalam investasi aset bangunan, mesin produksi bahkan inventory bahan baku, artinya proses bisnis produksi dengan sumber daya dari dalam milik sendiri (insource) di desain proses bisnisnya menjadi outsource dengan kolaborasi dengan para partner bisnis dalam jaringan rantai pasoknya, sehingga biaya investasi menjadi lebih efisien serta biaya tetap menjadi biaya variabel.

Bagaimana dari sisi pelanggan? ya… pelanggan menjadi lebih loyal jika harapan mereka dipenuhi dengan lebih baik. Seperti harga produk atau jasa yang lebih bersaing, kinerja fitur produk atau jasa yang selalu dapat memenuhi harapan pelanggan, juga karateristik produk atau jasa berbeda dari pesaing, semua ini dikelola dengan menerapkan konsep manajemen proses bisnis yang baik.

Taksi online dapat mengispirasi kita, bagaimana mendesain proses bisnis yang dimulai dari pelanggan ingin order taksi dengan mudah, cepat serta relatif aman, cukup order melalui aplikasi di telepon genggam, beda dengan proses bisnis order taksi konvensional.

Selanjutnya layanan pemantauan/evaluasi rute yang lebih efisien juga cara pembayaran dengan cashless/tanpa uang kartal, di mana proses bisnisnya beda dengan transaksi konvensional, ini semua membuat pelanggan menjadi lebih loyal pada taksi online.

Diingatkan oleh Stephen Schwarts, dari IBM; bahwa kunci keberhasilan implementasi manajemen proses bisnis ini bukan sekedar program tapi ini adalah strategi bisnis, karena ini adalah pelembagaan perbaikan proses sebagai praktik manajemen yang fundamental;ini merupakan kuncinya, dan ini tidak dapat dicapai secara efektif tanpa kemampuan untuk mengelola proses secara proaktif dan prediktif.

Sebagai penutup, penulis mencoba mengkaitkan kembali dengan judul diatas, strategi daya saing dengan penerapan manajemen proses bisnis, tentu kebijakan stratejik dalam penerapan manajemen proses bisnis agar lebih efektif dan sukses, para wirausaha, pemilik bisnis ataupun pengelola bisnis diharapkan mengambil inisiatif sebagai pendukung bagi tim dalam organisasinya, karena sebagai suatu strategi, tentunya komitmen pimpinan puncak menjadi kritikal dalam keberhasilan suatu proyek manajemen proses bisnis. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry