UBAH LIMBAH : Dua orang mahasiswi Program Studi Desain Fashion dan Tekstil (DFT) UK Petra Tiffany menunjukkan hasil karya yang menjadi juara dalam Surabaya Fashion Designer Award 2020, Jumat (4/9/2020). DUTA/wiwik

SURABAYA l duta.co – Dua orang mahasiswi Program Studi Desain Fashion dan Tekstil (DFT) UK Petra berhasil menjadi juara dalam Surabaya Fashion Designer Award (SFDA) 2020 yang digelar di Chameleon Hall Tunjungan Plaza 6, Surabaya.

Hal ini merupakan rangkaian agenda tahunan Surabaya Fashion Parade (SFP) ke-13.

Dua mahasiswa itu adalah Tiffany (juara 2) dan Auke Kurnia Septianingrum Azalya meraih juara 5. Peserta finalis kompetisi kategori umum kali ini berjumlah 20 orang yang berasal dari Surabaya, Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Tiga desainer senior bertindak sebagai juri memutuskan lima pemenang. Juri tersebut adalah yaitu Stella Lewis, Yuliana dan Yunita Kosasih.

Tiffany membuat Awekening sebagai judul desain yang dibuatnya. Mahasiswi angkatan 2018 itu mengaku senang hasil karya baju yang saya buat dengan susah payah bisa diapresiasi dan jalan di runway dilihat oleh orang-orang.

Untuk membuat desain ini, Tiffany mengaku membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Dikatakannya, Baju ini menggambarkan seorang putri kerajaan dengan kehidupan serba mewah tetapi secaara tiba-tiba harus menjadi pemimpin bagi rakyatnya.

Kekreatifan, keuletannya dan sifat pantang menyerahnya tersebut membuatnya dapat membangun kembali pemerintahan dalam kerajaan tersebut.

“Pakaian ini ditujukan untuk wanita muda yang aktif dalam beraktifitas. Dapat digunakan untuk acara spesial pada siang hingga sore hari. Penggunaan aplikasi recycle bunga dari plastik karena tetap ingin memperlihatkan sisi elegant, kreatif, keberanian dan kepintaran dari seorang putrid,” tambah Tiffany.

Ia mengumpulkan botol plastik yang sudah tidak digunakan kemudian dipotong kecil-kecil. Setelah itu, ia bakar diatas api kemudian dijahit ke baju bersama dengan manik-manik. “Saya ingin mengurangi pencemaran lingkungan sehingga muncullah ide ini,” tutupnya.

Sementara itu  Avke Kurnia Septianingrum Azalya yang meraih juara 6 ajang ini mengaku memadupadankan limbah tekstil dengan kain tenun asal Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal ini, bermula dari kegemarannya bermain game abad pertengahan, akhirnya Auke Kurnia Septianingrum Azalya terinspirasi membuat desain baju bernuansa Indonesia Heritage dengan judul Sustainable Dysto-Tenun War.

“Saya mencoba pakaian dari game itu di crossover kan dengan kain tekstil tenun yang berasal dari NTT,” ungkapnya.

Auke, begitu ia sering dipanggil, sangat senang bisa mengikuti kompetisi ini bahkan hingga memperoleh gelar juara sebab ia bisa mendapatkan sumber inspirasi dari peserta lain.

“Saya membutuhkan waktu desain kurang lebih dua minggu kemudian proses penjahitannya memakan waktu kurang lebih 1 bulan. Pembagian waktu dan sempat berubah ide lah yang menjadi kendalaku,”  jelasnya. wil/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry