Tampak siswa SD ikut serta dalam aksi 313 di Patung Kuda, Jakarta. (FT/eramuslim)

JAKARTA | duta.co —  Satu sisi menyenangkan melihat keterlibatan anak dalam aksi turun jalan. Tetapi, di sisi lain juga meski diperhatikan, jangan sampai anak terdoktrin untuk menjadi muslim radikal.

“Ya, unik sekali aksi kali ini (313). Banyak anak usia SD ikut serta, ini menandakan aksi berlangsung super damai. Tetapi kita juga harus memperhatikan, jangan sampai yang terekam dalam pikiran anak cuma suara ‘takbir’ emosional, sehingga anak menjadi radikal. Akhirnya yang tidak cocok dengan dirinya harus disikat,” jelas Chunul Huda, kepada duta.co Sabtu (1/4/2017) usai menyaksikan jalannya aksi 313 kemarin.

Pemandangan menarik memang terjadi dalam Aksi 313, Jumat (31/3/2017). Anak anak yang dipanggul orang tua, punggungnya ditempeli kalimat unik, ‘313, kami kebal peluru’. Di sebelahnya juga terdapat anak kecil dengan tas punggung warna hijau.

Di antara massa, tampak juga sekelompok siswa sekolah dasar (SD) yang mengikuti aksi. Zibran siswa kelas 6 dari SDN Duri Utara 03 Pagi, Jakarta Barat misalnya, mengaku, dirinya bersama rekan-rekannya sengaja datang ikut serta dalam aksi tersebut karena ingin ikut membela agama Islam.

“Kita mau ikut bela agama Islam,” ujar Zibran polos di kawasan Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jumat (31/3/2017).

Dia mengaku, aksinya tersebut sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Sehingga dirinya tidak khawatir orang tuanya akan mencarinya. “Orang tua bilang jaga keselamatan saja,” kata dia santai.

Sementara Dimas siswa kelas 6 SD juga mengaku, dirinya ikut dalam aksi 313 ini dengan menaiki angkot. Setelah proses belajar dan mengajar selesai barulah dirinya bersama rekan-rekan ikut turun ke jalan. ‎”Guru nggak tahu, cuma orang tua saja,” katanya.

Aksi 313 kemarin dilakukan di dua tempat, diantaranya di Masjid Istiqlal dan kawasan Patung Kuda. Aksi berjalan tertib, dan damai. Tuntutan mereka yang awalnya berkisar di masalah Ahok bergeser ke pembebasan Muhammad Al Khaththath, Sekjen FUI (Forum Umat Islam).

Seperti kita tahu, Muhammad Al Khaththath juga dikenal dengan nama Muhammad Gatot Saptono atau ustadz MAK. Pria kelahiran 12 Juni 1964 ini merupakan lulusan Ilmu dan Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) di tahun 1988. Selama menjadi mahasiswa, dirinya cukup aktif dalam organisasi keislaman. Dia pernah menjadi Ketua Umum Badan Kerohanian Islam IPB, dan aktif sebagai pimpinan Hizbut Tahrir Indonesia. Al Khaththath juga aktif sebagai pengurus Komisi Dakwah MUI Pusat, dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Saat ini dia masih mengajar dan mengisi khutbah Jumat di sejumlah masjid di Jakarta. Dia juga aktif mengurus Forum Umat Islam (FUI) dan menjadi Pemimpin Umum Tabloid Suara Islam. (Hud,jk/ts,em)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry