Dr Taufik (depan) saat aksi. FT/IST

SURABAYA | duta.co – Warning keras disuarakan para pemegang ‘Surat Ijo’ Kota Surabaya. Kali ini, bukan hanya wong cilik yang menjerit, tokoh-tokoh penting, ikut turun jalan, demo. Tampak Dr Taufik Imam Santoso, SH MH, Kepala Laboratorium Hukum Administrasi Negara Universitas Surabaya (UBAYA).

“Harus! Harus secepatnya ada solusi. Ini jika Walikota Surabaya (Risma) ingin menyudahi penderitaan yang puluhan tahun dialami warga pemegang Surat Ijo,” demikian disampaikan Dr Taufik saat mengikuti aksi turun jalan bersama para pemegang Surat Ijo, Senin (9/3/2020).

Kehadiran Dr Taufik ini, menjadi magnet tersendiri bagi warga. Apalagi ia dikenal sebagai akademisi, yang paham betul perihal seluk beluk ‘Surat ijo’. Bahkan, menurut pengakuan peserta aksi, demo ini akan terus berlangsung dan akan diikuti tokoh-tokoh lain.

“Kalau Walikota Risma masih ‘Pengkuh’ (ngotot), maka, peserta aksi siap menjebol ‘kepongahannya’,” jelas salah seorang peserta aksi dengan menggebu.

Taufik sendiri, kepada Koran Duta Masyarakat, pernah membuka hasil kajiannya tentang permasalahan tersebut. Bahkan kajian soal ‘Surat Ijo’ ini juga sudah diseminarkan secara nasional.

“Kesimpulan yang kami dapatkan adalah surat ijo yang sebagian besar ada di Surabaya adalah tanah negara. Dan tanah negara ini paradigmanya sudah berubah di zaman Belanda. Zaman Belanda, tanah yang tidak ada pemiliknya, baru dinyatakan sebagai tanah Negara,” jelasnya.

Demo Terus Membesar
Aparat keamanan terus mengawal aksi ini. Pemkot diminta segera ambil jalan keluar. (FT/IST)

Ironisnya, setelah merdeka, tanah negara itu dikaitkan ke pemerintah daerah dan dinyatakan bisa melakukan pemungutan biaya sewa. Ini aneh. “Setelah UU No 65 Tahun 1960 semua hak Belanda dihapuskan. Maka dengan begitu, semua seharusnya gugur. Karena di undang-undang itu tidak dikenal sistem menarik sewa. Yang ada adalah hak bangunan, hak pakai, hak guna usaha,” tegas Taufik saat itu.

Celakanya, Walikota Risma yang sudah berkali-kali janji menuntaskan, memilih ingkar. “Kajian ini sudah diserahkan ke Pemkot. Kami meminta waktu untuk bertemu walikota, tapi tak pernah bisa,” keluhnya.

Jika Pemkot Surabaya terus ingkar janji, maka, pemegang Surat Ijo yang, berjumlah puluhan ribu itu, siap turun jalan. “Ini tinggal menunggu waktu saja. Warga sudah susah, jangan malah dibikin susah,” tegas Ning Yatik salah satu ikon perlawanan Surat Ijo di Surabaya. (kim)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry