Dr KH Musta’in Syafi’i (FT/youtube)

JOMBANG | duta.co – Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad saw 1441 H, di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Sabtu (21/3/2020) menarik disimak. Taushiyah Dr KH Musta’in Syafi’i yang disiarkan (live streaming) pondok, sudah ditonton ribuan pemirsa.

Salah satu kritik KH Musta’in Syafi’i adalah kebijakan lockdown pemerintah yang dinilai malangkadak alias setengah-tengah, tidak jelas. Misal, sekolah di-lockdown, santri dilarang keluar, tetapi, pasar masih menggeliat. Itu pula yang dilakukan takmir masjid Istiqlal, Jakarta.

“Yang aneh, itu Masjid Istilqlal. Jamaahnya sudah datang. Sudah masuk masjid. Sudah cuci tangan (hand sanitizer. red.), shofnya juga dijarangkan (setengah meter) khawatir ketularan. Ini sudah menyalahi komando Imam. Yang gak (tak) masuk akal, orangnya berkumpul, tidak jadi jumatan, tapi salat dhuhur jamaah. Ini gimana? Ini namamya lockdown malangkadak,” jelas Kiai Musta’in.

Karen itu, jelasnya, Istiqlal tidak bisa dipakai panutan fikh (referensi hukum). Pakai Tebuireng saja! Tidak masuk akal. Orang tidak jumatan tiga kali berturut-turut, itu dianggap munafiq. Karuan tidak jumatan, tetapi salat di rumah seperti adzan yang diganti assholatu fi buyutikaum. Alasannya jelas,” tegasnya.

Di awal taushiyahnya, Kiai Musta’in menerangkan ada tiga Nabi yang pernah terbang ke langit. Pertama, Nabi Idris as. Ini riwayat israiliyah, Alquran Surat Maryam, warofa’nahu makanan aliyan (Dan Kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi). “Rekreasi ke surga, (Nabi Idris) tidak mau ke luar. Tidak balik menurut riwayat itu,” tegasnya.

Kedua, Nabi Isa as. “Tidak pernah ada nabi yang disebut dengan orangtuanya, kecuali Nabi Isa. Isa Ibnu Maryam, bahwa Isa itu anak Maryam, bukan anak Gusti Allah. Nabi Isa ke langit bukan atas kehendaknya (sendiri), tetapi karena memang situasi emergensi, mau dibunuh penjahat Yahudi, lalu dievakuasi ke langit dan tidak balik. Karena emergensi, keterpaksaan,” urainya.

Ketiga, Nabi Muhammad saw. “Situasinya juga sangat crowded (gawat red.) saat itu. Kanjeng Nabi diboikot, hidup seolah-olah gelap. Ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang semua pres. Tidak punya harapan apa-apa. Internal wafat, mbah wafat, tidak ada harapan, secara manusiawi sudah tidak ada harapan,” terangnya.

Tapi, Allah berikan jalan ke atas. “Ini sebagai pembekalan moral-mental, bahwa, kalau kalian menghadapi masalah, maju menthok, mundur menthok, kanan-kiri menthok, maka, naiklah ke atas. Masih ada jalan. Lakukan ini, kalau anda mengalami seperti itu,” sarannya.

Hal yang tidak bisa diselesaikan di dunia, maka, teorinya (selesaikan) ke atas. Download rahmat Allah swt. pasti turun. Ini sudah dibuktikan oleh pendiri pesantren Tebuireng, KH Hasyim Asy’ari.

“Apa yang tidak beres dengan langit (Allah swt). Isra itu sendiri. Miraj itu sendiri. Miraj dibahas sendiri. Isra itu masalah horisontal, kemanusiaan.  Miraj masalah vertikal kepada Allah swt. Kanjeng Nabi diberi bekal-bekal, sehingga memandang apa pun di bumi ini, kecil sekali. Ini menurut pandangan langit,” jelasnya.

Jangan Melanggar

Pernah naik pesawat? Tanya Kiai Musta’in. “Lihat bumi ini tak ada artinya. Di bumi orang bisa bertengkar gegara rebutan tanah. Ke atas tidak ada artinya. Jadi, nilai miraj diperbesar untuk menyelesaikan peristiwa bumi. Dengan pandangan miraj, apa yang di bumi ini, menjadi amat kecil,” terangnya.

“Lha soal corona ini. Semua kiai, baik MUI, Muhammadiyah, NU kok pendekatannya pakai fikh semua. Isra semua. Tidak usah jumatan. Apa begitu kanjeng nabi memberi tuntunan?” tanyanya.

Menurut Kiai Musta’in, terlalu besar untuk menggagalkan salat Jumat, apalagi di dalamnya ada doa Allahummadfa’ annal ghala’a wal waba‘a. “Menurut kurikulum corona, yang tidak boleh itu kumpul, bergumulan, ini dianggap ilat (sebab) untuk menggugurkan jamaah termasuk, jumatan. Semua dalil dipakai sampai darul mafasid, semua keluar,” terangnya sambil mengkritik kebijakan Masjid Istiqlal, meniadakan jumatan, tetapi, menggelar salat dhuhur jamaah. Padahal ilatnya tidak boleh kumpul.

Karenanya, ia memohon kepada santri Tebuireng untuk ngaji, ngaji dan ngaji. Sebodoh apa pun, kalau rajin, tidak melanggar, akan mendapat barokah doa para pendiri pesantren ini. Mbah Hasyim Asy’ari tak pernah melewatkan salat malam untuk mendaoakan santrinya, begitu juga Ibu Nyai Nafiqoh. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry