MEMASAK: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Ignasius Jonan didampingi KH Mujib Imron, saat memperagakan memasak dengan memakai bahan biogas skala komunal. (duta.co : abdul aziz)

PASURUAN | duta.co– Instalasi biogas skala komunal yang telah dibangun atas bantuan pemerintah pusat di lingkungan Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini di Desa Areng-areng, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan ini, diresmikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, Sabtu (7/4/2018) sore.

Peresmian tersebut dihadiri juga oleh Dirjen Energi Baru dan Terbarukan, Rida Mulyana, Sekda Kabupaten Pasuruan, Agus Sutiadji, Pengasuh Ponpes Al Yasini, KH Abdul Mujib Imron, Ketua PCNU Kabupaten Pasuruan, KH Imron Mutamakkin, Rois Surya KH Muzakki Birul Alim, dan undangan lainnya.

Dari pantauan di lapangan, peresmian instalasi tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti, kemudian dilanjutkan dengan praktek penggunaan instalasi, yakni menggoreng telur ceplok dengan menggunakan biogas. Bahkan bahan bakar biogas ini, nyala apinya hampir menyamai bahan bakar dari elpiji yang selama ini digunakan masyarakat.

“Api nya memang tidak sebesar elpigi pada umumnya. Tapi kegunaannya yang luar biasa, karena tidak perlu membeli ke-mana-mana. Cukup dengan memanfaatkan limbah kotoran manusia,” papar Ignasius, seusai memperagakan penggunaan kompor dari bahan biogas.

Menurutnya, Instalasi biogas komunal ini mengolah kotoran manusia untuk dijadikan biogas dengan desain kapasitas digester biogas sebesar 24 meter kubik. Instalasi tersebut mampu menghasilkan gas sebanyak 81 meter kubik per bulan atau setara dengan 12 tabung LPG 3 kg per bulan, sehingga instalasi ini bisa digunakan untuk memasak dan penerangan.

“Dengan biogas bisa menghemat biaya pengeluaran memasak, mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan impor LPG, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, untuk tahap awal, pemanfaatan biogas komunal dapat mengurangi pemakaian LPG 3 kg per bulan sebanyak 3 tabung, hingga 12 tabung pada kondisi optimal. Sehingga dapat mengemat pengeluaran bulanan mulai dari Rp. 75.000 hingga Rp. 300.000,” terang Ignasius.

Pembangunan instalasi biogas komunal meliputi 50 unit WC, digester biogas dengan kapasitas 2×12 meter kubik tipe fixed dome beton, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas 180 meter kubik, 2 unit lampu biogas dan 4 unit kompor biogas. Kata Ignasius, biaya pembangunan instalasi biogas komunal bersumber dari APBN 2017 dan mulai beroperasi sejak bulan Oktober tahun 2017.

“APBN itu diutamakan untuk pembangunan yang berdampak langsung pada masyarakat. Harus bermanfaat langsung bagi masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Gus Mujib menegaskan bahwa selain penambahan pembangunan WC, juga dibangun instalasi pengolahan air limbah yang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah di lingkungan pesantren.

“Adanya penambahanan 50 WC mampu mengurangi waktu para santri. Sehingga dengan terbangunnya 50 WC santri bisa lebih tepat waktu datang ke ruang belajar. Untuk memasak juga jadi lebih hemat karena penggunaan LPG dapat kami kurangi. Selain itu, waktu antri memasak pun juga jadi lebih cepat karena ada penambahan jumlah kompor,” tandasnya.

Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini berdiri tahun 1940. Pada mulanya kegiatan pesantren berbentuk pengajian kalongan bertempat di mushola diikuti santri yang mukim maupun masyarakat santri disekitar pesantren. Saat ini, jumlah santri yang menginap di Ponpes ini sekitar 3.000 orang terdiri dari 1.200 santri putra dan 1.800 santri putri. (dul)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry