Prof Afzal Mahmood dari Adelaide University Australia (kiri) berdiskusi dengan para ahli dari berbagai lembaga salah satunya dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), dr Muhammad Ardian C.L, SpOG(K) M.Kes (tiga dari kiri) dalam acara di FK Unair, Selasa (25/6). DUTA/endang

Hasil Penelitian Dosen FK Unair dengan Ahli dari Australia

SURABAYA | duta.co – Kasus kematian ibu hamil di Jawa Timur tak pernah turun. Kalaupun mengalami penurunan itu tidak signifikan.

Dari data yang ada, pada 2017 jumlah kematian ibu hamil sebanyak 529 orang. Dan pada 2018 mencapai 522 orang. Penurunannya tidak seimbang dengan banyaknya program pemerintah untuk menanggulangi masalah tersebut.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), dr Muhammad Ardian C.L, SpOG(K) M.Kes mencoba melakukan penelitian apa sebenarnya penyabab terbesar itu. Bersama Prof Afzal Mahmood dari Adelaide University Australia, dr Ardian mencoba mencari penyebabnya.

“Jumlahnya sudah menurun tapi sangat tidak signifikan,” ujar dr Ardian di sela diskusi panel membahas masalah ini di Gramik FK Unair, Selasa (25/6).

Selama ini pemerintah sudah cukup baik memberikan akses kesehatan kepada masyarakat. Sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini tenaga kesehatan sudah cukup banyak. Jumlah bidan di Jawa Timur mencapai 25 ribu, begitupun dengan dokter ahli kandungan.

“Mengapa masih banyak ibu hamil yang meninggal? Karena faktor apa? Ini yang coba kita teliti,” tandas dr Ardian yang juga menjabat sebagai Manager Pelayanan Medis di RS Universitas Airlangga itu.

Selama dua tahun, dr Ardian dan Prof Afzal melakukan penelitian khususnya di RSU dr Soetomo sebagai rumah sakit rujukan di Jawa Timur. Setiap Kamis, kata dr Ardian, dia dan Prof Afzal melakukan teleconference membahas satu persatu kasus yang ada.

“Saya memilik Prof Afzal karena beliau itu sudah mengenal medan di Indonesia. Beliau juga pernah meneliti di daerah di Kalimantan. Dan beliau bisa membandingkan kondisi di sini dengan di Australia,” tukas dr Ardian.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ada dua masalah besar yang terjadi. Pertama adalah masalah organisasi dalam hal ini sistem kesehatan di Jawa Timur. Kedua masalah kemampuan dari tenaga kesehatan itu sendiri.

Dari dua masalah ini, diakui dr Ardian memang perlu perbaikan. Mutu pelayanan maternal akan bisa menjadi lebih baik lagi jika sistem diperbaiki. “Juga membuat program secara nyata yang menyentuk apa kebutuhan secara menyeluruh,” ungkapnya.

Langkah ke depan yang harus dilakukan, kata dr Ardian adalah memberikan rekomendasi kepada pemegang kebijakan, untuk lebih mengintensifkan apa yang sudah menjadi program selama ini. Juga program pemeriksaan kehamilan bagi ibu lebih digiatkan sehingga pelayanan lebih bermutu.

Dengan pemeriksaan yang baik, komplikasi kehamilan itu bisa diketahui secara dini sehingga bisa ditangani dengan baik dan ibu bisa tertolong.

Selama ini diakui dr Ardian, pasien yang dirujuk ke RSU dr Soetomo mayoritas sudah dalam kondisi yang parah. Pasien mengalami kondisi yang memprihatinkan, misalnya darah tinggi akut, pendarahan pascamelahirkan, jantung, TBC  dan kondisi penyakit lainnya.

Padahal, sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Indonesia Timur, seharusnya alat-alat yang sangat lengkap di RSU dr Soetomo itu bisa menolong pasien, namun kenyataannya tidak semua bisa tertolong.

“Ini karena kondisi yang sangat buruk. Ini menjadi pelajaran tersendiri bagi petugas kesehatan di rumah sakit sebelumnya, agar merujuk dengan cepat pasien yang kondisinya memburuk. Mereka harus melakukan rujukan secara tepat dan cepat agar nyawa pasien bisa tertolong,” jelasnya.

Ini sangat memprihatinkan. Karenanya, dengan penelitian ini, dr Ardian berencana untuk mengajak semua pihak agar bekerjasama untuk mengatasi masalah ini.

“Kita sudah bertemu pemegang kebijakan, wakil dekan FK Unair, Dinas Kesehatan dan sebagainya. Dengan hasil yang ada semoga ke depan bisa diambil kebijakan yang bisa memberikan solusi agar angka kematian ibu hamil bisa ditekan,” tuturnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry