Prosesi pemakaman jenazah Gus Solah. (FT/IST)

JOMBANG | duta.co – Luar biasa! Ribuan santri, Senin (3/2/2020) siang, tumplek blek di masjid pondok pesantren Tebuireng, menyambut jenazah Kiai Haji Salahudin Wahid (Gus Solah) dengan bacaan surat Al-Ikhlas, tanpa putus. Suasana penuh sesak. Jamaah salat jenazah pun meluber ke halaman depan.

Saat salat jenazah (pertama) dilangsungkan, KH Fahmi Amrullah (Gus Fahmi), pengasuh Ponpes Tebuireng, bertindak sebagai imam. Begitu memimpin doa, Gus Fahmi tak kuasa menahan isak tangis. “Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu,” terdengar suara Gus Fahmi bergetar, terpotong-potong.

Yang tak kalah menarik, selama penyambutan jenazah Gus Solah, sampai prosesi pemakaman yang berlangsung (1,5 jam) lebih cepat dari rencana, pukul 16.00 wib, suasananya benar-benar sejuk. Mendung menyelimuti Dalem Kasepuhan, di mana janazah datang dan diberangkatkan.

“Sejuk dan mendung, cukup. Ini membuat suasana semakin haru. Terima kasih kiai, atas bimbingannya selama ini,” demikian salah seorang santri sambil mengabadikan mendung yang menutup teriknya mentari.

Tidak hanya itu, selama berlangsung pemakaman, hujan seakan ‘terhenti’ di desa (tetangga) sebelah. Bagian (selatan) Desa Cukir terlihat hujan begitu lebat, pun desa menuju Diwek, hujan deras menggujur jalan. Tetapi, begitu prosesi pemakaman usai, hujan itu pun mengguyur pondok pesantren, dan ini tidak menyurutkan langkah pentakziah masuk ke lokasi makam. Subhanallah!

Kematian Sudah Dekat

Ada catatan menarik ditulis santri Gus Solah, RPA Mujahid Ansori. Ia menyebut Gus Solah sebagai ‘Penjaga Akhlak’. Lima tahun lalu, Gus Solah sudah memberikan sinyal, bahwa, jarak dirinya dengan makam, hanya 40 meter. Sisa usia itu, beliau pergunakan untuk menjaga moral, terutama dalam membenahi NU yang dilihatnya menyimpang dari tujuan awal.

Komitmen Gus Solah membersihkan politik uang di NU, begitu besar. “Kalau untuk menjadi Ketua PBNU saya harus main uang, maka lebih baik saya tidak menjadi ketua PBNU. Saya sudah tua. Jarak saya dengan makam cuma tinggal 40 meter,” jelas Gus Solah sebagaimana ditulis Mujahid Ansori, Senin (3/2/2020).

Gus Solah lebih takut kepada Allah. “Meski nanti makam saya bersebelahan dengan makam hadlratusysyaikh Hasyim Asy’ari, maka, sesungguhnya jarak saya dengan beliau akan amat jauh. Allah tidak akan menolong saya jika saya sampai main uang!” demikian Gus Solah dengan tegas pada pertemuan di Grand Kalimas awal Februari 2015.

Seperti diberitakan, Gus Solah meninggal dunia Minggu (2/2) pada 20.55 WIB di RS Harapan Kita. Setelah disucikan, jenazah Gus Solah dibawa ke rumah duka di kawasan Mampang Prapatan, Jaksel. Gus Solah diberangkatkan ke Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta. Beliau dimakamkan di di sebelah makam Gus Dur, di Tebuireng, Jombang.

Wafatnya Gus Solah meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Termasuk Wakil Presiden, KH Ma’ruf Amin yang begitu menghormati sosok Gus Solah. Bagi Kiai Ma’ruf, Gus Solah adalah pejuang di jalan kerukunan antarumat beragama dan demokrasi. Gus Solah juga disebut penerus langkah Presiden Gus Dur dalam melanjutkan tujuan kerukunan umat beragama.

Kiai Ma’ruf Amin memimpin jalannya salat jenazah Gus Solah. Usai mengimami salat jenazah, Kiai Ma’ruf menyampaikan beberapa pesan untuk keluarga yang ditinggalkan. “Keluarga ikhlas, karena beliau sudah cukup meninggalkan peninggalan yang baik, tentang pendidikan keumatan, dan karena itu mohon sabar dan diterima di sisi Allah,” kata Ma’ruf di rumah duka, Jalan Bangka, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020).

Pemakaman Gus Solah dihadiri beberapa pejabat seperti Menkopolhukam, Prof Mahfud MD; Ketua PP Muhammadiyah Haidar Nasir; KH Mustofa Bisri; Mohammad Nuh; Pengacara Hotman Paris, Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan; mantan Kapolda Jatim, Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin; mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin; dan mantan Gubernur Jatim, Soekarwo yang kini menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Tampak juga tokoh-tokoh NU yang berada di Komite Khitthah 26 NU (KK-26 NU), sebuah gerakan peneguhan khitthah NU yang diketuai Gus Solah, seperti Prof Ahmad Zahro, Prof Rahmat Wahab, KH Suyuthi Toha, KH Ghozi Wahib, Drs Choirul Anam, KH Hamim Badruz Zaman, H Agus Salochul A’am Wahib (Gus A’am), Gus Ahid. Usai pemakaman, kiai-kiai yang tergabung dalam KK-26 NU ini, kemudian menggelar rapat khusus di Gedung KHM Yusuf Hasyim.

“Kita membahas langkah berikutnya, setelah Gus Solah (Ketua KK-26 NU) kembali ke Rahmatullah,” demikian Gus A’am Wahib kepada duta.co. (mky,net,med)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry