HIBAH : Tim HIMA Gizi Unusa berfoto bersama di depan green house yang mereka buat untuk warga Desa Dukunanyar, Gresik. DUTA/ist

GRESIK | duta.co – Di masa pandemi Covid-19, masyarakat harus berdaya. Namun terkadang, untuk bisa berdaya dibutuhkan bantuan pihak lain terutama kalangan akademisi. Terutama masyarakat di pedesaan.

Itu pula yang mendasari 11 mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa (Hima) Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membantu masyarakat di desa.

Tim HIMA Gizi yang mempunya ide itu adalah Zibirqon Balqis Thoyyib, Yunda Andita Putri, Rifda Alfianti, Wilda Fitroturrizqi, Gita Viola Sofyani, Erna Dwi Murtasiyah, Fryda Ruhsi Rahmanadiya, Lailatul Fajrin, Ahmad Miftahul Kaunain,  Auria HidayahTullah dan Anisa Rahma Pramoedyo.

Di bawah bimbingan dosen Endah Budi, mereka memiliki ide untuk memberdayakan masyarakat desa, dan ide itu mendapatkan respon dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sehingga mereka mendapatkan hibah berupa fresh money.

Bantuan dana program hibah holistik pembinaan dan pberdayaan desa itu dilakukan di Desa Dukuhanyar,  Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Dipilihnya desa itu dikatakan Ketu HIMA Gizi yang juga anggota tim, Yunda Andita karena beberapa pertimbangan.

“Yang pasti karena tempat tinggal salah satu anggota tim. Selain itu karena desa itu kering, warganya juga aktif serta punya keinginan memiliki hidroponik tapi belum terealisasi karena beberapa kendala,” ujar Yunda.

Di desa itu, tim memang merealisasikan program yang sudah mereka rumuskan dalam proposal ketika hendak mengajukan hibah. Walau sulit menerapkannya karena pandemi, namun program ini harus tetap berjalan.

Sehingga beberapa kegiatan terutama saat penyuluhan dilakukan secara online. “Bertuntung ibu-ibu PKK di sana sangat responsif dan mereka senang kita bantu untuk merealisasikan mimpi mereka memiliki kebun hidroponik,” jelas Yunda.

Namun, karena membuat kebun hidroponik ini membutuhkan sentuhan langsung, maka mau tidak mau tim ini harus turun ke lapangan. Secara bergantian mereka memberikan penyuluhan kepada pada ibu yang ada di desa itu. Mulai menyemaian, pemindahan tanam, kadar PH dalam air, hingga pembuatan green house.

“Kami mendapat piket secara bergantian untuk melakukan pembinaan. Para ibu PKK pun juga tidak boleh banyak, mereka juga bergantian,” tandasnya.

Tim berencana membuat kebun hidroponik di green house yang berukuran 4×3 meter itu sebanyak 440 lubang secara bertahap. Untuk sementara mereka menanam pokcoi  dan baby kailan. “Secara bertahap kami lakukan pembinaan hingga target bisa tercapai. Tanaman hidroponik ini lebih cepat panen, dalam waktu tiga hingga satu bulan sudah bisa panen,” jelas Yunda.

Pembuatan kebun hidroponik yang dibuat di areal sebuah taman pendidikan Alquran di desa setempat itu, memang untuk memberdayakan masyarakat selain meningkatkan ketahanan pangan.

Mengajari para ibu PKK bagaimana memindahkan tanaman dari pembibitan ke media tanam hidroponik. DUTA/ist

Diharapkan hasil panen dari kebun hidroponik itu bisa untuk menambah penghasilan para ibu sehingga bisa membantu ekonomi keluarga. “Target kami ke arah sana. Sehingga ibu-ibu di desa itu bisa lebih berdaya,” tukas Yunda.

Dosen pembimbing, Endah Budi mengaku senang, mahasiswanya bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat. Melalui program hibah dari Kemendikbud, proposal mahasiswa Gizi Unusa ini menjadi salah satu dari 253 proposal yang lolos untuk didanai.

“Ini persaingannya ketat. Mereka lolos masuk dalam 253 proposal itu bersaing dengan 1154 proposal yang masuk ke Kemendikbud. Saya senang,” jelasnya.

Program ini kata Endah, membantu mahasiswa mengimplementasikan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan. Harapannya, mahasiswa dapat membawa ide dan memberikan manfaat serta perubahan yang berarti bagi masyarakat di Desa Dukun Anyar, Gresik khususnya. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry