Pance Mariati – Dosen FKIP dan Mahasiswa S3 Pendidikan Dasar Unesa

FAKTA menarik di mana pendidikan di Taiwan menjadi sebuah penelusuran penting yang banyak dicari masyarakat. Terlebih lagi Taiwan merupakan salah satu negara yang mengadaptasi pada pengaruh globalisasi.

Pengaruh globalisasi memang banyak terjadi dalam bidang pendidikan. Menurut Apple (2000:58), pendidikan harus cepat mengikuti perubahan agar tidak tertinggal dengan yang lainnya, di mana kebijakan pendidikan tersebut berinteraksi dengan perubahan politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Desai dan Chalmers (2007) menambahkan bahwa salah satu pendidikan yang turut mengalami perubahan yakni pendidikan seni, karena seni merupakan pelajaran wajib yang terdapat dalam kurikulum sekolah di Taiwan.

Salah satu penulis bernama Li-Yan Wang dari National Changhua University of Education dan Ann Kuo dari National Taiwan Normal University menulis tentang Pendidikan Seni di Taiwan yang dilihat dari sudut pandang “glokalisasi”.

Pada artikel yang berjudul “Glokalisasi : Pendidikan Seni di Taiwan” ini menelusuri tentang evolusi pendidikan seni dari pandangan sejarah. Menurut Roland Robertson (1980) glokalisasi merupakan perpaduan antara globalisasi dan lokalisasi. Glokalisasi mungkin kata yang lebih baik untuk menggambarkan apa yang terjadi di Taiwan khususnya di bidang pendidikan seni.

Pendidikan seni Taiwan telah mengadopsi pengalaman dan teori dari negara lain dan mengasumsikan bahwa kualitas unik pendidikan seni berdasarkan politik, ekonomi, masyarakat, dan budayanya sendiri.

Pendidikan seni di Taiwan tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang terjadi di lapangan tetapi juga oleh kebijakan pendidikan umum yang mencerminkan identitas nasional, situasi politik dan ekonomi. Sejarah pendidikan seni di Taiwan dipengaruhi oleh sejarah Taiwan di mana tahapan periode perkembangan sejarah tersebut, telah membentuk kesenian yang beragam.

Keberagaman tersebut menjadikan perkembangan pendidikan seni di Taiwan memiliki empat tahapan yaitu proses, perubahan, adaptasi, dan negosiasi. Proses adaptasi budaya yang berlangsung di Taiwan disebut dengan istilah “Taiwanisasi” atau “lokalisasi”.

Istilah ini menandakan tentang bagaimana Taiwan secara perlahan mulai mengembangkan identitasnya sendiri. Perubahan pendidikan seni yang terjadi tidak serta merta terlihat secara mencolok, melainkan membaur dengan budaya lain.

Meskipun pengaruh dari budaya luar masih begitu kuat, akan tetapi Taiwan berupaya untuk tetap mengkaitkan dengan budaya lokal setempat. Berbagai upaya dilakukan guna meng-glokalisasi-kan budaya Taiwan salah satunya yakni menambahkan seni tradisi ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari kelas 1 sampai kelas 12.

Hal ini bertujuan agar siswa dapat belajar banyak tentang sejarah lokal. Pada tahap negosiasi, Taiwan berupaya untuk melakukan kesepakatan terkait budaya mana yang sesuai untuk diadopsi dan mana yang tidak sesuai. Budaya yang disepakati dapat diterima dan diterapkan, sedangkan yang tidak disepakati maka tidak dikembangkan.

Berbeda halnya dengan glokalisasi dalam pendidikan seni yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia tidak menerapkan empat tahapan dalam perkembangan pendidikan seninya. Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.

Berbagai macam budaya yang dimiliki Indonesia memiliki ciri khas dan karakteristik yang bermacam-macam sesuai dengan daerah perkembangannya. Keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia tidak menutup kemungkinan mendapat pengaruh dari budaya luar yang bersifat global.

Selain seni tari tradisi, perkembangan seni tari modern maupun kontemporer turut mewarnai perkembangan seni tari di Indonesia. Pengaruh perkembangan seni saat ini berlangsung lebih pesat dengan adanya teknologi internet, di mana setiap orang dapat mengakses apapun dan dimanapun melalui internet tidak terkecuali dalam bidang seni. Akan tetapi karakteristik seni dan budaya tradisi Indonesia masih sangat kuat.

Pendidikan seni di Indonesia khususnya pada pendidikan dasar saat ini lebih menekankan pada kearifan budaya lokal. Dimana pendidikan seni yang diajarkan bersumber dari kesenian yang berasal dari daerah setempat dan juga memahami budaya Indonesia secara umum.

Karena itu, fenomena glokalisasi dalam pendidikan seni di Indonesia khususnya pada pendidikan dasar memiliki pengaruh yang kecil. Berbeda halnya dengan beberapa kesenian Indonesia yang justru telah mendunia, misalnya kerajinan batik, kesenian reog, dan gamelan, bahkan sudah dikenal dunia dan berkembang di beberapa negara lain.

Upaya untuk mengenalkan budaya Indonesia ditingkat Internasional banyak sekali dilakukan, salah satunya melalui Kegiatan International Gamelan Festival atau IGF. IGF adalah festival internasional yang diikuti oleh musisi dan penggemar gamelan dari seluruh dunia. IGF diadakan di Inggris untuk pertama kalinya pada tahun 2017.

Festival ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan tujuan memperkenalkan Gamelan sebagai warisan budaya Indonesia kepada masyarakat global (Kemdikbud, 2017). Melalui kegiatan tersebut, menjadikan kebudayaan Indonesia lebih dikenal secara global.

Pendidikan seni diharapkan dapat diterapkan dengan baik pada pendidikan dasar, sehingga anak-anak memiliki sensitifitas, estetika, kreatif dan inovatif serta memiliki karakter yang adaptif terhadap perubahan dan memiliki etika dalam berkarya.

Guna menghadapi globalisasi,  pendidikan seni ditujukan pada pendekatan multikultural sehingga bisa diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Pendidikan seni dengan pendekatan multikultural harus memiliki keluwesan dan bergantung pada kemampuan peserta didik dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Hal ini senada dengan pendapat Wibawa (2017) yang menyatakan bahwa paradigma pendidikan seni diharapkan ke depannya mampu memanfaatkan bermacam pendekatan sehingga peserta didik mampu mengembangkan sikap toleran dan pandangannya terhadap keberagaman budaya yang terdapat di Indonesia.

Hal ini tidak lepas dari peran dari pendidik. Peran pendidik diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan tentang kesenian lokal saja, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang kesenian dari daerah lain. Sehingga peserta didik juga memiliki pengetahuan yang lebih lengkap dan lebih luas tentang seni dan budaya yang ada di Indonesia yang nantinya akan semakin meningkatkan sikap toleransi dengan keberagaman antar warga negara Indonesia. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry