INOVASI : Theresia Irene, Yashinta Wisnata dan Sheila Chang menunjukkan produk Fishkol inovasi mereka. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co  – Orang Indonesia mulai gemar mengkonsumsi ikan. Setiap tahunnya angka konsumsi itu meningkat.

Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada 2017 angka konsumsi ikan per kapita sebesar 47,12 kilogram (kg) sedangkan pada 2018 mencapai 50 kg. Tahun ini pun angka konsumsi ikan diharapkan meningkat.

Salah satu ikan yang kerap kita olah untuk menjadi lauk pauk dan menjadi kegemaran masyarakat adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis).

Selain mudah didapat baik di pasar atau langsung dari nelayan, ikan tongkol kaya akan protein, asam lemak omega-3, fosfor, kalium, zat besi dan kandungan gizi baik lainnya yang bermanfaat untuk tubuh.

Cara pengolahannya pun beragam, mulai digoreng, dikukus menjadi pepes ataupun ditumis. Namun, pasti masih ada bagian yang tidak bisa dikonsumsi secara langsung seperti tulang ikan.

Melihat potensi pemanfaatan ikan tongkol dan gerakan konsumsi ikan yang terus digalakkan dan untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), tiga alumnus Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FTP UKWMS) berinovasi dengan bahan utama ikan tongkol.

Mereka adalah Sheila Chang, S.T.P., Yashinta Wisnata, S.T.P., dan Theresia Irene, S.T.P. “Kalau dilihat dari ikannya, bagian yang bisa dimanfaatkan itu banyak, tidak ada sisik sehingga bagian yang terbuang sedikit dan ikan tongkol punya cita rasa serta aroma yang lebih kuat dibanding ikan lainnya,” ungkap Sheilla.

Mencari formulasi yang tepat tentu tidak mudah, ketiganya membutuhkan waktu enam bulan untuk uji coba dibawah bimbingan Ir. Adrianus Rulianto Utomo, MP., IPM.

 “Paling lama diproses orientasi awal, menentukkan proses yang tepat dan efisien mengingat ada dua tahap besar yang harus dilakukan,” tambah Sheila.

Hasil inovasinya mereka namai Fishkol, yakni tablet tepung ikan tongkol. Fungsinya untuk bumbu masakan atau bahan tambahan pangan sebagai kaldu penyedap rasa.

 “Proses pembuatannya terbagi dalam dua tahap besar yaitu penepungan ikan tongkol dan pembuatan tepung ikan tablet,” tutur Irene.

Untuk sekali produksi mereka menggunakan enam kilo gram ikan tongkol segar, yang kemudian dipisahkan dari organ dalam dan mata.

Setelah itu dicuci bersih, direbus dalam panci presto, disuwir, dikeringkan, lalu dihancurkan dan diayak hingga dihasilkan tepung ikan tongkol.

 Agar rasa yang dihasilkan mudah diterima masyarakat, mereka menambahkan gula, garam dan merica, serta ditambahkan maltodekstrin sebagai pengikat komponen bahan. Proses pengeringan ini pula turut menambah umur simpan ikan tongkol.

Masuk pada tahap selanjutnya yakni pembuatan tablet tepung ikan tongkol itu sendiri.

 “Pada tahap ini dimulai proses granulasi, dengan menambahkan air sampai homogen. Setelah itu kembali diayak, dikeringkan di oven dan diayak kembali, ditambahkan pelicin yakni magnesium stearat dan dicetak dengan mesin pencetak tablet,” jelas Yashinta.

Untuk menghasilkan bentuk tablet, ketiganya berkolaborasi dengan Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida Fakultas Farmasi UKWMS.

Tablet merupakan sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung.

Dari hasil mencetak, masing-masing tablet akan memiliki berat 300 mg sehingga memudahkan untuk dibawa maupun disimpan, karena dengan bentuk yang padat maka kontak dengan udara juga minim.

Penggunaanya pun mudah, untuk membuat sup dengan air 500 ml dibutuhkan 12 tablet Fishkol. Jika untuk menumis, pencampuran tablet Fishkol bisa sesuai selera apakah ingin cita rasa ikan yang kuat atau tidak.

“Fishkol ini bisa dikonsumsi untuk anak-anak sampai orang tua, karena kandungan gizinya baik untuk tubuh dan tidak menggunakan bahan pengawet apapun sehingga aman,” pungkas Irene. end/ril

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry