Tampak Ali Akhbar ARL, SThI, MH dan Naim Sulaiman, MPd. (FT/IST)

SAMBAS | duta.co – Pembakaran bendera bertuliskan kalimat Tauhid yang dilakukan oknum Banser Garut, Jawa Barat terus menggelinding. Setidaknya banyak yang ingin tahu seperti apa bendera itu? Benarkah itu (kalimat Tauhid) milik HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)?

Naim Sulaiman, akademisi Muslim Kalbar, mengatakan, bahwa, bendera berkalimat Tauhid yang selama ini dinisbatkan sebagai bendera HTI, tidaklah benar. “Itu merupakan bendera umat Islam, bukan milik kelompok tertentu, dan sudah selayaknya bahwa kita semua umat Islam menyadari hal ini,” tegasnya ketika berada di Warkop Susani Sambas Kamis (1/11) kemari.

Menurut Naim, sudah sangat jelas dalil yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu Anhu bahwa Rayah Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam bewarna Hitam sedangkan Liwa bewarna Putih, Bendera Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam bertuliskan lafadz “Laa ilaaha illa Allah Muhammad Rasul Allah,” ujarnya.

Masih menurut Naim, bendera berkalimat Tauhid dikibarkan bukan hanya saat berperang, tapi juga dapat dilakukan untuk mengenalkan bahwa bendera tersebut milik Umat Islam yang tentu bisa menjadi wadah mempersatukan umat Islam.

Sementara, Ali Akhbar lebih memilih mengklarifikasi, diterkait pernyataannya tentang pembakaran bendera berlafadzkan Tauhid di Garut. Ini sebenarnya bukan persoalan yang mesti diperdebatkan, karena jika dibaca lagi dan dipahami, justru itu hanyalah pendapat pribadi sebagai kader Ansor dan tidak ada sedikitpun percikan-percikan provokatif dan merendahkan oknum serta organisasi manapun.

Ali Akhbar juga menyayangkan perbuatan yang terjadi di Garut mengenai pembakaran bendera yang berkalimat Tauhid oleh oknum Banser yang sangat spontan tanpa memikirkan kemaslahatan umat Islam ke depan, akhirnya berdampak hal-hal yang tidak diinginkan.

Sangat jelas sekali sebenarnya PP GP Ansor sudah memberi keterangan bahwa pembakaran secara spontan oleh oknum Banser tersebut tidak sesuai Standar Operational Procedure (SOP) dan instruksi Ketua Umum PP GP Ansor.

Permasalahannya kenapa Ansor Sambas yang dipermasalahkan? Sedangkan perbuatan-perbuatan yang telah terjadi bukan di Kabupaten Sambas, justru Ansor Sambas dalam pergerakannya sangat kompatibel dengan kearifan lokalitas (tradisi keagamaan, kebudayaan dan sosial) tanpa sedikitpun ada pertentangan.

“Terlebih, kader Ansor Sambas itu semuanya warga Asli Sambas, sangat memalukan jika sesama insanak di bumi Sambas ini saling bertikai, mencaci-maki, dan melecehkan antara satu sama lain,” tegasnya.

Muslim SambasJangan Termakan Gorengan

Tapi, lanjutnya, kita sepakat dalam Islam bahwa hukum pembolehan pembakaran demi menyelamatkan kesucian didalam mushaf al-Qur’an, daripada dikemudian hari di injak-injak dan diduduk-duduki lebih baik dibakar.

Itu diniatkan untuk menjaga kesucian kalimat sakral bukan melecehkan, seperti dalam sejarah khalifah Utsman Ibn Affan yang membakar Mushaf al-Qur’an Sahabat dengan tujuan untuk mensucikan al-Qur’an serta menyatukan bacaan al-Qur’an seperti yang kita lihat sekarang ini bahwa al-Qur’an yang ada pada kita ialah Rasm Utsmani.

“Kita pun tetap sepakat bahwa pembakaran bendera yang berkalimat Tauhid di Garut yang terjadi kemarin sangat tidak ber-Etika dan tidak layak untuk dibenarkan dengan alasan apapun,” jelasnya.

Hal yang terpenting sebenarnya dari diskusi tersebut ialah, betapa pentingnya persatuan gerakan Islam di Sambas dengan memperbanyak tali silaturahim antar gerakan organisasi di Sambas agar tidak berujung pada adu domba sesama muslim.

Walaupun kita tahu ini adalah musim politik dan musim kampanye, apapun bisa ‘digoreng’ demi kepentingan kekuasaan. Karena “gorengan-gorengan” adu domba sesama Muslim adalah ongkos kampanye yang paling murah. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry