JAKARTA | duta.co –  Adu Bagong, tradisi mengadu babi hutan dan anjing yang banyak diselenggarakan di Jawa Barat disebut aktivis menunjukkan “generasi muda yang semakin tak peka terhadap kekejaman atas binatang.”

Duel antara babi hutan sampai salah satu di antaranya mati ini banyak dipertontonkan di berbagai kabupaten Jawa Barat termasuk Bandung, Majalengka, Garut dan Kuningan dan disebut aktivis pelindung satwa, Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group, Marison Guciano sebagai ‘mengerikan’.

Berita adu bagong juga diangkat sejumlah media Inggris dengan mengutip pegiat pelindung binatang yang menyebut pertunjukkan semacam ini harus ‘dikecam’.

Adu bagong ini biasanya diselenggarakan di arena seluas 15 sampai 30 meter dengan pagar bambu untuk melindungi penonton dan berakhir setelah salah satu binatang terluka bahkan mati.

“Pertarungan anjing dan babi hutan yang berbahaya dan eksploitatif di Indonesia adalah tontonan yang mengganggu dan harus dikecam,” kata Juru Bicara Humane Society International Wendy Higgins kepada The Independent Kamis (19/10/2017).

Tak hanya kejam kepada bintang, kegiatan ini dianggap sebagai promosi kebiadaban atas nama kesenangan. Higgins mengatakan, tradisi apapun yang menjadikan makhluk hidup sebagai korban kekerasan harus ditinggalkan.

Tradisi adu bagong muncul di daerah-daerah terpencil Jawa Barat. Dalam acara itu, anjing dan babi hutan dipertarungkan dalam arena 15-30 meter. Kedua binatang diadu dan dinyatakan menang ketika salah satu telah terluka atau bahkan mati.

Para peserta yang mengatakan ajang ini bertujuan untuk menguji kelincahan dan kemampuan berburu anjing. Sebagian dihargai dengan uang. Ada hadiah uang tunai sebesar 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 27 juta bagi anjing pemenang.

Menang tak berarti hewan itu akan terbebas dari kekerasan. Seekor babi hutan yang mampu bertahan dalam pertarungan akan kembali ke arena setelah sembuh. Jika tidak, hewan itu akan disembelih untuk dijual dagingnya.

Para peserta mengatakan adu bagong merupakan tradisi berburu yang harus dilestarikan. Dulu anjing melakukannya secara alami, namun kini dilatih secara khusus. Dari situ sudah diturunkan dan bahkan menjadi bagian dari tradisi dan budaya, kata Kepala kelompok pencinta anjing pemburu Hiparu, Nur Hadi.

Peternak babi, Agus Badud, mengaku tradisi ini memberikan sumber pendapatan bagi warga setempat. Dengan ambil bagian dalam adu bagong, ia dapat meningkatkan harga jual dan nilai ekonomis anjingnya.

“Tidak ada gunana saya jadi peternak kalau tidak berpartisipasi dalam konteks seperti ini,” kata Badud kepada Reuters.

Tontonan ini diselenggarakan secara reguler sejak 1960-an. Ketika itu, jumlah babi liar di Jawa Barat meningkat. Oleh karena itu, mereka diburu untuk melindungi tanaman. (rep,rtr)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry