SITUBONDO | duta.co – Ditengah-tengah penyebaran wabah COVID-19, Syafiya (54) wanita yang tak memiliki tempat tinggal alias tunawisma itu, terus berjuang memncari nafkah menjual sapu lidi berkeliling menggunakan sepeda pedal, Selasa (21/4/2020).
Wanita yang hidup sebatangkara setelah bercerai dengan suaminya enam tahun silam ini, tetap tangguh dalam menjalani hidup ditengah wabah penyebaran COVID-19.
“Untuk memcukupi kebutuhan makan sehari-harinya, saya harus menggayuh sepeda ontelnya berkeliling menjual sapu lidi dan tidur di pinggir jalan,” tutur Syafiya.
Syafiya mengaku, dia lahir dan tinggal di rumah kontrakan di Desa Talkandang, Kecamatan Situbondo. Karena keterbatasan ekonomi, maka dia memilih hidup di jalanan-jalan.
“Setelah berkeliling jual sapu lidi, saya numpang tidur di depan pertokoan. Pagi harinya, kembali saya berjualan sapu lidi menggunakan sepeda pedal,” jelasnya.
Syafiya mengaku bahwa, sepeda pedal miliknya merupakan harta satu-satunya yang dimilikinya. “Sepeda pedal tersebut, saya oergunakan untuk mencari nafkah menyambung hidup, sekaligus jadi tempat menyimpan pakaian dan makanan,”ucapnya.
Menurut Syafiya, dirinya menjualkan sapu lidi milik salah seorang pedagang di Pasar Mimbaan Baru. Dia, menjual sapu lidi seharga 5000 rupiah. “Saya mendapat keuntungan dari menjual sapu lidi Rp. 1000 rupiah,” katanya.
Selama menjadi tunawisma dan hidup di jalanan, Syafiya harus berjuang melawan kerasnya kehidupan. Selain harus berkeliling setiap hari menjual sapu, dia juga kerapkali menjadi korban kejahatan.
“Saya pernah jadi korban pencurian saat tidur di depan pertokoan, dan pernah jadi korban penjambretan,”ungkapnya.
Sedihnya, wanita yang hidup sebatangkara dari emperan toko ke emperan toko yang lainnya tidak memiliki e-KTP. Padahal, dia mengaku lahir di Desa Talkandang, Kecamatan/Kabupaten Situbondo. Akibatnya, dia tak pernah menerima bantuan program pemerintah, walaupun kondisi hidupnya sangat memprihatinkan. her
