Dr dr Achmad Fahmi SpBS.Subsp.NF, FINPS, IFAANS, dokter ahli bedah syaraf dari National Hospital (kanan) saat perayaan 10 Tahun Parkinson & Movement Disorder di NH, Rabu (19/4/2023). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Deep Brain Simulation (DBS) kini menjadi harapan baru bagi penderita parkinson. Di mana dengan perawatan ini, pasien parkinson bisa meningkatkan  kembali kualitas hidupnya.

Seperti diketahui parkinson adalah suatu gangguan sistem saraf pusat yang mempengaruhi gerakan, sering disertai tremor.

Kerusakan sel saraf di otak menyebabkan tingkat dopamine turun, sehingga berujung pada gejala penyakit ini.

Seseorang ketika divonis menderita penyakit ini akan mengalami stres dan depresi. Karena ketidakmampuan diri untuk mengendalikan kondisinya. Bahkan bisa menyebabkan seseorang tidak bisa beraktivitas normal.

“Dengan DBS ini seorang penderita bisa kembali ke kondisi normal dan beraktivitas seperti semula. DBS ini meningkatkan kembali kualitas hidupnya,” ujar Dr dr Achmad Fahmi SpBS.Subsp.NF, FINPS, IFAANS, dokter ahli bedah syaraf dari National Hospital.

DBS sendiri di Surabaya baru bisa dilakukan di National Hospital (NH). Karena hanya rumah sakit itulah yang memiliki alat untuk tindakan DBS ini.

DBS sendiri adalah perawatan yang dilakukan dengan penanaman elektroda di dalam area otak tertentu. Elektroda ini menghasilkan impuls listrik yang mengatur impuls abnormal. Impuls listrik juga dapat mempengaruhi sel dan bahan kimia tertentu di dalam otak. Sehingga pasien parkinson bisa beraktivitas secara normal kembali.

Memang cukup mahal tindakan DBS ini. Dari informasi bisa mencapai Rp 800 juta untuk tindakan ini. Mahalnya perawatan karena alatnya juga sangatlah mahal.

Dr Fahmi mengungkapkan, DBS bukan satu-satunya perawatan parkinson. Karena penyakit ini ada yang bisa diatasi dengan hanya mengonsumsi obat. Memang dengan obat, membutuhkan waktu yang lama dan harus dikonsumsi teratur.  “Karena kalau obat tidak dikonsumsi, gejala akan kembali muncul,” ungkapnya.

Dikatakan dr Fahmi, untuk melakukan tindakan DBS pun, pasien tidak boleh meninggalkan obat yang dikonsumsi. Karena DBS bukan untuk menghilangkan parkinson. “Kalau ddngan DBS, konsumsi obatnya tidak lagi sebanyak sebelum di-DBS. Tetap minum obat tapi tidak banyak,” tuturnya.

Selama 10 tahun Parkinson Center di NH ini, lebih dari 11 ribu pasien berobat ke NH tidak hanga dari Surabaya dan Jakarta serta kota lain di Indonesia tapi ada juga yang dari luar negeri.

Sebagai rumah sakit satu-satunya yang memiliki alat ini, bukti NH sangat peduli terhadap Parkinson. Bahkan rumah sakit ini sudah sepuluh tahun memiliki perawatan parkinson.

CEO National Hospital Ang Hoey Tiong mengatakan, Parkinson & Movement Disorder merupakan salah satu layanan unggulan yang dimiliki NH dalam memberikan pelayanan medis untuk penanganan Parkinson dan gangguan gerak.

Pada 16 April 2023, Parkinson & Movement Disorder Center telah memberikan pelayanan selama 10 Tahun di Indonesia. Dan, menjadikan satu-satunya layanan Tindakan operasi Deep Brain Stimulation (DBS) dan Stereotaktik Brain lesioning pertama dan terlama.

”Selama 10 tahun ini, kami melayani 11.202 kunjungan pasien di National Hospital. Dari angka itu, 234 pasien menjalani operasi stereotaktik brain lesion, 44 pasien operasi Deep Brain stimulation, dengan total tindakan untuk penggunaan alat stereotaktik sebanyak 305 tindakan operasi,” tuturnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry