Ilustrasi detail engineering design (DED) proyek revitalisasi alun-alun dianggarkan Rp 25 miliar, tahun ini. (dok)

KEDIRI | duta.co – Tanpa terasa, tahun depan Kediri sudah mempunyai bandara. Meskipun lokasinya bukan di Kota Kediri, tetapi Kota ini merupakan kota paling dekat dengan bandara. Dari sini, efek paling besar akan dirasakan kota yang familier disebut khalayak sebagai Kota Tahu.

Kendati demikian, kota yang juga disebut kota paling bahagia nomor satu se-Indonesia oleh Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa, sampai saat ini dinilai belum melakukan perubahan yang berarti.

Seperti diungkapkan, H Ashari, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Kediri. Ia menilai,  Kota Kediri belum melakukan perubahan. Padahal, kondisi sekarang harus dilakukan sebuah gebrakan dan dibutuhkan tema-tema besar.

“Apa yang kita mau bawa dan usung, agar orang yang datang ke Kota Kediri berkesan. Saya ambil contoh, kalau kita masuk Ponorogo. Di mana, alun-alun nya ada patung singa- singa dan sebagainya,” kata Ashari, Senin (16/1/2023).

Dari situ, kata Ashari, membahas akan Alun-Alun Kota Kediri, arahnya mau dibawa ke mana? Mengembalikan desain ke arah zaman perjuangan atau zaman modern. Kondisi ini, tidak bisa ditentukan oleh satu orang atau dua orang.

“Semua punya angan-angan dan jangan hanya ditentukan oleh satu orang atau dua orang. Seolah-oleh, kita ini tidak membangun alun-alun tetapi membangun sebuah foodcourt. Di sisi lain, keberadaan patung Mayor Bismo juga masih bingung penempatanya,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, rencana Pemkot Kediri merevitalisasi Alun-alun Kota Kediri kian dimatangkan. Beberapa waktu lalu, Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar, menyimak pemaparan detail engineering design (DED) proyek yang tahun depan dianggarkan Rp 25 miliar.

Ditemui usai mengikuti paparan DED dari pihak ketiga, Abu mengungkapkan, Alun-Alun Kota Kediri sengaja direvitalisasi untuk mengembalikan fungsi seperti semula.

“Awalnya kami punya ide, ide itu ternyata juga disampaikan oleh warga di sekitar alun-alun, mereka ingin punya alun-alun yang lapang,” katanya.

Merespons keinginan warga, pemkot lantas mencari arsitek untuk membuat desain alun-alun agar sesuai keinginan masyarakat. Dari sana, pemkot memilih Andra Matin sebagai pembuat DED.

Sesuai konsep yang dipilih, alun-alun akan dikembalikan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau yang enak untuk dikunjungi. Anak-anak di Kota Kediri bisa memanfaatkan alun-alun sebagai arena bermain.

“Anak-anak bisa main layang-layang atau sekadar olahraga, makanya konsepnya seperti lapangan,” lanjutnya.

Melihat desain yang dibuat oleh tim arsitek, menurut Abu, nantinya alun-alun dibuat sedikit miring dari utara ke selatan. Kemiringan itu sengaja dibutuhkan, agar alun-alun yang tidak luas itu terlihat lebih luas.

Dengan demikian, tidak ada lagi area parkir di sekitar alun-alun.

“Jadi estetikanya tetap menonjol,” imbuhnya sembari menyebut pemkot belum menentukan tempat relokasi PKL selama pembangunan alun-alun tahun depan. Pemkot menurutnya masih fokus membahas DED lebih dulu.

Sementara, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kota Kediri Chevy Ning Suyudi, mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan anggaran revitalisasi alun-alun sebesar Rp 25 miliar.  “Menggunakan dana APBD 2023 ya,” ucapnya.

Tahun ini, kata Chevy, pembangunan alun-alun masih di tahap perencanaan. Sebelum realisasi fisik tahun depan, pemkot akan melakukan serangkaian persiapan. Di antaranya, merelokasi PKL, hingga menata keberadaan patung Mayor Bismo. (bud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry