SURABAYA | duta.co – Sulitnya menembus penerbit jurnal internasional yang terindek scopus dirasakan para dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair).

Karenanya, perlu adanya pendampingan dari para profesor dunia yang sudah banyak menerbitkan jurnal internasional sehingga kendala itu bisa diatasi.

Salah satu langkahnya adalah dengan mendatangkan ahli atau profesor yang sudah ahli dalam bidang tertentu dan juga sudah dikenal penerbit jurnal internasional.

Salah satunya adalah ahli telinga hidung dan tenggorokan (THT) Prof Prof Andrew W Smith. Dia berasal dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Melalui program  adjunct professor yang dilakukan FK Unair, diharapkan Prof Andrew nantinya bisa membimbing para dosen di Departemen Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher (THT KL) bisa menembus jurnal internasional.

Kepala Departemen/ SMF THT KL FK Unair/RSU dr Soetomo Surabaya, Dr dr Muhtarum Yusuf, SpTHT KL(K) mengatakan, selama ini banyak dosen dan dokter yang berada di bawah departemen yang dipimpinnya sudah melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah.

“Namun, untuk  menembus jurnal internasional kami kesulitan. Apalagi publisher dunia itu baru mau menerima tulisan yang sudah dikenal penulisnya. Kalau kami belum dikenal maka kami tidak bisa menembus itu. Salah satu caranya dengan mendatangkan ahli yang juga penulis yang namanya sudah dikenal oleh publisher berindek scopus. Salah satunya Prof Andrew ini,” jelas dr Muhtarum.

Prof Andrew selama di FK Unair nanti akan melakukan bimbingan dan juga mendampingi para dosen dan dokter ini untuk bisa menulis publikasi internasional.

“Nantinya hasil penulisan itu akan dipublikasikan, kalau ada nama Prof Andrew akan lebih dipercaya. Sambil mengenalkan nama-nama kita ke publisher berindek scopus,” tukas dr Muhtarum.

Wakil Dekan III FK Unair, Prof Dr dr Ni Made Mertaniasih yang ditemui dalam acara yang sama mengatakan Prof Andrew adalah profesor kesebelas yang hadir di FK Unair melalui program adjunct professor sejak program ini dibuka FK Unair pada 2017 lalu. “Di 2019 ini Prof Andrew yang pertama kali,” tandasnya.

Selama sebelas kali profesor hadir untuk program ini, diakui Prof Made, ada banyak perubahan yang terjadi khususnya bagi para dosen di FK Unair.

“Semua memiliki komitmen untuk mengembangkan riset kolaborasi, penulisan jurnal dan sebagainya.  Kita harus pacu itu semua. Memang 11 profesor masih sedikit tapi kami terus melakukan itu agar 43 program studi yang ada di FK Unair bisa semuanya maju dan berkomitmen,” jelas Prof Made. end