Prof Dr Moh Ali Aziz (FT/IST)

“Bagaimana dalam dunia politik? Saya akan menyampaikan dua kisah yang menggambarkan bagaimana kehebatan strategi politik Nabi SAW.”

Oleh Moh Ali Aziz

Innalhamda lillah, nahmaduhu wanasta’inuh, wanastaghfiruhu. Wana’udzu billahi min syururi anfusina wamin sayyi-ati a’malina. Man yahdillahu fala mudlil-la lah, waman yudl-lillahu fala hadiya lahu. Asyhadu alla ilaha illahu wahadahu la syarika lah, wa-asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu warasuluh, la nabiyya ba’dah. Allahumma shalli ‘ala sayyidina wa maulana Muhammadin wa’ala alihi washahbihi waman walah.

AMMA BA’DU, faya ‘ibadallah, ushikum waiyyaya bitaqwallah. Qalallahu Ta’ala: “Ya ayyuhalladzina amanu ittaqullaha haqqa tuqatih, wala tamutunna illa wa-antum muslimun.”

Hadirin, Jamaah Masjid Al Falah KJRI Hongkong yang dimuliakan Allah SWT.

Dalam Al Qur’an, terdapat sekitar 800 ayat yang berbicara tentang fenomena alam, seperti hujan, gempa, bumi, bulan, matahari, bintang, laut, gunung, udara, kehidupan hewan, ikan, tumbuhan, manusia, dan sebagainya. Antara lain dalam surat Al Ghasyiyah ayat 17-20.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan?; Dan kepada langit, bagaimana ia ditinggikan?; Dan kepada gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?; Dan kepada bumi bagaimana ia dihamparkan?”

Setelah ayat-ayat tentang fenomena alam itu, Allah bertanya, sudahkah kamu berpikir mendalam tentang semua itu? Sebab, semua itu diciptakan untuk masa depan manusia. Jika tidak melakukan penelitian yang mendalam, maka itu berarti kita mengesampingkan apa yang telah dipersembahkan Allah kepada manusia.

Jangan hanya menjadi konsumen hasil penelitian, tapi jadilah subjek penelitian. Kita boleh miskin sumber daya alam, tapi kita tidak boleh miskin SDM (sumber daya manusia) yang unggul.

Cobalah lihat, banyak negara yang tidak kaya SDA seperti kita, tapi melompat jauh melampaui kita, karena SDM yang menghasilkan industri jasa dan teknologi, sekaligus industri kreatif. Korea Selatan, misalnya.

Dalam Al Qur’an, kata akal disebutkan dalam bentuk present continuous tense (sedang berlangsung) dan plural atau jamak. Bentuk kata ini memberi petunjuk secara tidak langsung kepada kita, bahwa otak kita harus terus bekerja, jangan berhenti berpikir, berkreasi dan berinovasi. Juga, jangan lakukan penelitian sendirian, tapi lakukan kolaborasi dengan ahli-ahli yang terkait dengan bidang keahlian yang kita tekuni.

Imam Al Ghozali mengambarkan akal seperti pepohonan yang bekerja tanpa henti, dan hasilnya adalah buah yang menyegarkan, atau biji-bijian yang amat kita butuhkan. Jadi, selama kita memiliki akal, jangan sedikitpun cemas masa depan.

Dalam dunia bisnis. Orang yang tak punya satu pun armada angkutan, dengan otaknya yang diputar siang dan malam, akhirnya bisa menjadi orang kaya raya dengan memanfaatkan atau kerjasama dengan pemilik kendaraan orang sedunia.

Hadirin, andalkan otak, jangan otot. Dalam dunia olah raga, pada tahun 1974 dan 1975, hampir semua orang yakin, Joe Frazier, petinju terkuat dunia itu bisa mengalahkan Mohamad Ali.

Tapi Ali tahu, jika menggunakan otot, ia pasti kalah. Ia harus memakai otak, dan dunia terkejut, ia bisa mempermalukan musuh terkuatnya itu.

Hadirin, andalkan strategi, jangan hanya kekuatan fisik.

Demikian juga, pada tahun 2018, Khabib Normagomedov, pegulat Rusia bisa mengalahkan pegulat terkuat dunia, McGregor, bukan dengan ototnya semata, tapi dengan otaknya. Dalam dunia militer, strategi amat menentukan memenangi perang disamping persenjataan yang canggih.

Perhatikan, dalam setiap gerakan wudlu, kita tidak hanya membasuh muka, tangan dan kaki, tapi juga mengusap kepala, tempat otak kanan dan kiri kita bekerja.

Hadirin, Jamaah Masjid Al Falah KJRI Hongkong yang dimuliakan Allah SWT.

Bagaimana dalam dunia politik? Dalam khutbah Jum’at yang masih dalam suasana peringatan hijrah Nabi ini, saya akan menyampaikan dua kisah yang menggambarkan bagaimana kehebatan strategi politik Nabi SAW.

Pertama, setelah Nabi berpindah ke Madinah, Nabi harus maladeni tantangan orang kafir di medan Badar, meskipun pada bulan Ramadan. Kekuatan tentara Nabi hanya 314 orang dengan kendaraan yang minim, yaitu 70 unta, dan beberapa kuda. Sedangkan pasukan kafir berjumlah 1.000 orang, terdiri dari 600 orang dengan senjata lengkap, 700 unta dan 300 kuda.

Nabi memutuskan perang jarak jauh, dengan peluncuran panah, dan memilih tempat di dekat sumber air, sedangkan tentara kafir jauh dari sumber air. Benar, Nabi dengan cepat memenangi perang itu.

Kedua, setelah enam tahun di Madinah, Nabi ingin umrah ke Makkah. 1.400 muslim menyertainya dengan pakaian umrah dan tanpa membawa satu pun senjata. Ketika sampai di kota Hudaibiyah, Nabi dihadang oleh penduduk Makkah, antara lain Khalid bin Walid sebelum ia menjadi muslim di kemudian hari.

Terjadilah perundingan dengan kesekapatan yang sangat tidak adil. Antara lain, “Jika ada penduduk Makkah yang datang ke Madinah, Nabi wajib menolaknya, lalu mengembalikan orang itu ke Makkah. Tapi, jika pengikut Nabi di Madinah datang ke Makkah, penduduk Makkah tidak ada keharusan mengembalikannya ke Madinah.”

Para sahabat, terutama Umar bin Khattab amat marah dan kecewa kepada Nabi, mengapa ia mengalah terus. “Wahai Nabi, apakah tuan masih menjadi Nabi? Mengapa ketidakadilan ini dibiarkan?,” teriak Umar.

“Sabarlah wahai Umar,” jawab Nabi.

Apa yang terjadi kemudian, dua tahun setelah perjanjian itu, Makkah dapat direbut kembali oleh Nabi tanpa satu tetes pun darah dan tanpa biaya besar.

Para sahabat menyesal mengapa bersikap kasar kepada Nabi, dan mereka meneteskan air mata haru atas kebehatan diplomasi Nabi. Cukup dengan otak, Makkah bisa dikuasai. Andaikan Nabi tidak melakukan diplomasi tingkat tinggi itu, mungkin Islam tidak sampai ke Hongkong ini.

Hadirin, Jamaah Masjid Al Falah KJRI Hongkong yang dimuliakan Allah SWT.

Ada tiga pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini. Pertama, jangan membenci orang yang memusuhi Islam. Sebab, bisa saja suatu saat, ia berubah menjadi pembela Islam atas kehendak Allah. Itulah yang dialami Khalid bin Walid yang semula dengan garang menghadang Nabi, berubah menjadi panglima perang Islam termuda yang amat tangguh melumpuhkan pasukan kafir. Demikian juga yang dialami oleh Umar bin Khattab, r.a.

Kedua, jangan cemas tentang masa depan. Selama otak pemberian Allah ini kita tajamkan, selalu ada jalan keluar mengatasi permasalahan. Ketiga, meniru Nabi tidak cukup hanya pada aspek ibadah ritual, tapi juga harus kita ikuti kerja otaknya yang cemerlang dalam semua lini perjuangan.(*)

*Disampaikan dalam Khutbah Jumat di Masjid Al Falah Konsulat Jenderal RI di Hongkong Tanggal 4-8-2023 / 17 Muharram 1445 H

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry