SURABAYA | duta.co – Beragama tanpa ilmu pengetahuan (science) itu bisa menjadi malapetaka. Begitu juga sebaliknya, ilmu pengetahuan tanpa agama maka akan buta. Karena itu agama dan ilmu pengetahuan harus  pararel.

“Termasuk dalam menghadapi pandemi covid-19 ini, agama dan science harus berjalan pararel. Tak bisa emosional agama kita menjalankan tarawih yang hukumnya sunat, kemudian melalaikan kewajiban menjaga jiwa. Yang wajib harus didahulukan baru sunat, itu namanya cerdas,” tegas Prof. Dr. KH Nazaruddin Umar, MA Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (9/10/2020) malam.

Guru besar UIN Syarif Hidayatullah itu ditunjuk memberikan tausyiah secara online dalam peringatan Nuzulul Quran 1441 hijriyah yang digelar serentak oleh Pemprov Jatim dan 17 kepala daerah serta forkopimda di Jatim secara daring.

Dalam kaidah fiqh dikenal istilah menolak kemudharatan itu lebih utama daripada mencari kemaslahatan. Artinya, kalau kita memaksakan diri sholat berjamaah di masjid itu justru bisa membahayakan karena bisa tertular covid-19 karena kita tidak tahu apakah salah satu jamaah membawa virus corona atau tidak.

“Seluruh bumi yang kita pijak itu adalah masjid atau tempat sujud. Oleh karena itu saat pandemi covid-19, kita tak usah memaksakan diri sholat berjamaah di masjid tapi bisa dilakukan di rumah saja,” pinta Nazaruddin Umar.

Manusia Harus Bisa Membaca

Menurut Nazaruddin Umar, ayat pertama surat Al Alaq yang diturunan kepada Nabi Muhammad SAW berupa kalimat Iqro’ yang bermakna bacalah itu bentuknya berupa fi’il amar (perintah). Padahal rasulullah saat itu tidak bisa baca tulis, maf’ulnya (subyek) sama saja tidak ada, sehingga rasulullah sampai mengulang jawaban tiga kali dengan kata Maa Ana Biqori’ kepada malaikat Jibril.

Kata iqro’ dalam QS Al Alaq itu, lanjut Nazaruddin Umar diulang sampai empat kali itu juga memiliki makna supaya manusia bisa membaca dan memahami apa yang diharapkan oleh Allah dengan Alquran.

“Tidak ada kitab suci lain yang ayat pertamanya diawali dengan fiil amAr atau kalimat perintah. Artinya ada pesan besar dari kata Iqra’ yang disampaikan pada seorang nabi yang kondisinya saat itu buta huruf dan tidak bisa membaca. Bahkan sampai diulang sebanyak tiga kali,” ujarnya.

Setiap pengulangan kata Iqra’ memiliki makna tersendiri berdasarkan telaah dari ulama tafsir. Bahkan tiga kali pengulangan tersebut memiliki level penajaman dari pembacaan Alquran.

“Makna Iqra’ yang pertama adalah artinya mengajak kita untuk melakukan kesadaran sensorial (tadabbbur). Misalnya kita memotret pantai ada nyiur kelapa. Di sini kita hanya melihat saja dan merasa tertarik dan takjub pada pohon kelapa yang indah itu,” kata Zazaruddin Umar.

Kata iqra’ yang kedua adalah mengajak manusia untuk memiliki kesadaran intelektual (berpikir). Kembali ia menyontohkan manusia yang berpikir setelah melihat pohon kelapa ternyata bisa dimanfaatkan seperti untuk sapu lidi, ketupat, jembatan darurat, kayu dan lain sebagainya.

“Kalau kita membaca Alquran, dan hanya bisa membaca, dan belum tahu maknanya, maka kita itu baru level pertama. Tapi kalau kita tahu keindahan Alquran dan ada manfaat yang didapatkan dari Alquran ini, maka kita masuk di level kedua,” ungkapnya

Kemudian makna Iqra’ yang ketiga adalah mengajak untuk yang membaca memiliki kesadaran emosional. Kembali Prof Nazaruddin mencontohkan tentang pohon kelapa tersebut, manusia yang tahu bahwa pohon kepala itu sangat bermanfaat dan tahu siapa yang menanam, maka setiap melihat pohon kelapa manusia tersebut ingat pada yang menanam.

“Jika kita sudah ada di level ini maka pembaca Alquran itu ada emosional dan ada cinta yang mendalam dalam Alquran, bukan kita yang membaca kita, tapi Alquran itu punya kemampuan untuk membaca hati kita,” jelasnya.

Terakhir atau keempat, makna Iqro’ juga bisa berarti mengajak manusia untuk memiliki kesadaran spiritual, sehingga yang membaca Alquran itu bisa mukasafah dengan Allah SWT.  Karena itu sebagai muslim jangan pernah berhenti mendalami Alquran

“Karena kelebihan itulah sehingga Alquran menjadi kitab suci yang paling sering masuk laboratoriun untuk dikaji oleh para ilmuwan di seluruh dunia untuk menemukan kemanfaatan bagi manusia dan alam, sebab Alquran itu merupakan kitab suci akhir zaman,” imbuhnya.

Peringatan Nuzulul Quran secara Online

Kendati dalam masa pandemi covid-19, namun peringatan Nuzulul Qur’an 1441 hijriyah tetap bisa digelar khusyuk oleh Pemprov Jatim lantaran menggunakan online. Bahkan kapasitas peserta, pendengar maupun pemirsa juga tak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Kegiatan ini dirangkai dengan Khotmil Quran Kubro sebanyak 2020 khataman melibatkan sebanyak 4000 hafidh dan hafidhah yang tersebar di berbagai daerah di Jatim. Kemudian puncaknya pembacaan muratthal Juz 30, doa dan pengajian dilaksanakan di gedung negara Grahadi Surabaya, Sabtu (9/5/2020) malam.

Pembacaan juz 30 Khotmil Qur’an Kubro Online 2020 dibaca murrotal bergantian melibatkkan 17 kepala daerah di Jatim. Sebagai pembuka QS Annaba’ dibacakan oleh Bupati Sumenep KH Busyro Karim. Kemudian dilanjutkan oleh Bupati Ponorogo, Bupati Banyuwangi, Bupati Jombang, Bupati Bangkalan, Bupati Bondowoso, Bupati Bojonegoro, Bupati Pasuruan, Walikota Malang, Plt. Bupati Sidoarjo, Bupati Trenggalek, Bupati Madiun, Walikota Kediri, Bupati Lumajang, dan Bupati Pamekasan.

Selanjutnya giliran para tamu undangan di Grahadi yang melanjutkan mulai putera Habib Abdullah Assegaf, wakil ketua DPRD Jatim Anwar Sadad dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pun ikut membacakan QS Addhuha hingga QS An  Nas dan ditutup doa khotmil quran oleh Habib Abdullah Assegaf.

“Alhamdulillah, malam hari ini Allah memberikan kenikmatan yang luar biasa. Kita diizinkan oleh Allah bersama-sama berkhidmat memperingati Nuzulul Qur’an. Hari ini kita berada di malam 17 bulan ramadhan dalam suasana Pandemi Covid-19, kita mengikhtiarkan bersama Bupati/Walikota, forkopimda ingin memperingati Nuzulul Qur’an. 17 Bupati/Walikota tekah berkenan membacakan juz 30 dimulai dari Surat An Naba,” kata Khofifah.

Mantan Mensos RI di era Presiden Jokowi itu berharap berkahnya Al Qur’an bisa memberikan kekuatan, kesehatan, keselamatan bagi semua warga Jatim dan Indonesia.

“Mudah-mudahan Covid-19 segera diangkat oleh Allah dari bumi Indonesia khususnya Jawa Timur. Masyarakat diberikan kesabaran, ketabahan, dan kekuatan. Mereka yang terdampak baik sosial ekonomi, mereka akan mendapatkan limpahan rizki yang luas dan barokah dari Allah SWT,” pungkas Khofifah. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry