Budayawan Butet Kertaradjasa diwawancarai media saat hadir dalam aksi damai BEM dari berbagai fakultas di Untag Surabaya, Rabu (6/12/2023). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Budayawan Butet Kertaradjasa mengaku tidak akan berhenti berkarya dan tidak akan berubah untuk terus mengekspresikan kesenian seperti apa yang ada di kepalanya.

Hal itu diungkapkan Butet usai menghadiri Aksi Damai Selamatkan Demokrasi ‘Menolak Politik Dinasti’ yang digelar Gerakan Mahasiswa Selamatkan Demokrasi (Gemas’D) di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (6/12/2023).

“Saya akan terus melangkah. Karena saya tidak melanggar hukum. Karena saya dijamin dengan Undang-Undang Dasar. Kongres kebudayaan mengamatkan hal itu. Saya punya hak dasar, hak asasi manusia untuk mengartikulasikan pikiran secara bebas. Saya tidak takut, karena saya tidak melanggar hukum. Kita hanya boleh takut kalau melanggar hukum,” ungkapnya.

Seperti diketahui, Butet Kertaradjasa merasa diintimidasi oleh petugas dari kepolisian saat menggelar pertunjukan Indonesia Kita yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1-2 November 2023 lalu.

Saat itu, kata Butet, dia harus menandatangani surat pernyataan yang salah satu itemnya menyatakan harus berkomitmen tidak bicara politik dalam pertunjukan yang digelarnya itu. “Apa artinya? itu menyangkut konten yang akan saya mainkan. Berarti pikiran kami, ide-ide kami ini dintervensi, dihambat. ini yang saya maksudkan intimiasi,” jelasnya.

Kejadian seperti ini dikatakan Butet baru pertama kali terjadi selama 41 kali pertunjukan yang digelarnya. “Ini gelaran budaya, digelarnya di tempat kebudayaan, apa yang salah,” tukasnya.

Memang, Butet mengaku, petugas tidak mengintimidasi secara verbal maupun fisik, namun, berusaha mengontrol pikirannya. “Kemarin sore staf saya diundang Polda Metro Jaya dan katanya tidak ada intimidasi. Ya memang tidak ada intimidasi, semua prosedural. Saya merasa intimidasi itu sudah membatasi ide-ide saya. Saya tidak boleh bicara politik di pertunjukan saya,” jelasnya.

Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas berkumpul di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (6/12/2023). Mereka menyuarakan untuk menolak dinasti politik.

Aksi mahasiswa saat aksi damai di Untag Surabaya, Rabu (66/12/2023). DUTA/ist

Di Untag Surabaya, mahasiswa melalukan orasi dan menuliskan spanduk yang ditempel di tembok-tembok kampus. Spanduk bertuliskan ‘Tolak Pelanggaran HAM. Tolak Politik Dinasti’, ‘Cie Omnya MK’, ‘Mahasiswa Harus Kritis’, Demokrasi Diamputasi’ dan sebagainya.

Beberapa perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berorasi. Dengan tegas mereka menolak putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan anak Jokowi yakni Gibran sebagai calon wakil presiden dalam kontestasi pemilihan presiden/wakil presiden 2024 mendatang.

“Apakah putusan MK itu buat kita anao-anak muda? Apa untuk kita, anak-anak muda? Bukan! Itu hanya untuk anak Jokowi,” ungkap Farhan, salah satu orator bernama Farhan.

Seniman Eros Djarot juga hadir dalam acara ini. Eros memberikan semangat pada mahasiswa untuk melawan. “Inilah saatnya untuk melawan,” tandasnya.

Budayawan Eros Djarot saat berorasi. DUTA/is

Butet sendiri mengakau gerakan mahasiswa di Surabaya ini akan menjadi inspirasi awal. Dan Butet berharap ini akan berlanjut dan berkembang ke berbagai daerah di Indonesia untuk mencegah hancurnya demokrasi. “Untuk menghalau orang-orang yang menkhianati konstritusi. Kita sudah hidup dalam dalam demokrasi yang baik. Dan kita sudah bersandar pada konstitusi yang baik pula,” ungkapnya. ril/end

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry