Efendi S Wirateruna adalah Dosen Universitas Islam Malang (Unisma).

“Gas metana ini bisa disalurkan melalui pipa kecil ke penampungan gas yang terletak di dapur, sehingga bisa digunakan sebagai bahan bakar masak. Memang butuh sedikit modifikasi, agar gas metana bisa digunakan melalui kompor.”

Oleh : Efendi S Wirateruna

KOTORAN hewan ternak, selama ini, masih menjadi masalah lingkungan. Padahal, di balik itu, mampu menghasilkan gas metana, dan ini  dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca atau pemanasan global.

Oleh karenanya, kotoran hewan ternak perlu diolah dan dimanfaatkan secara tepat guna, selain mengurangi terjadinya pencemaran, juga dapat bermanfaat untuk alternatif bahan bakar.

Gas metana yang dihasilkan kotoran tersebut, dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar energi alternatif yaitu energi terbarukan dalam skala rumah tangga dengan pengelolaan yang tepat, sebagai pengganti bahan bakar minyak yang harganya cukup mahal bahkan terbatas.

Setelah melewati pemprosesan biogas, limbah kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk organik. Hal tersebut dapat meningkatkan nilai tambah dari kotoran hewan ternak.

Di Madura, tepatnya di Desa Pangpajung, Bangkalan, ada usaha peternakan seperti sapi dan kambing, yang cukup berkembang secara intensif maupun tradisional. Bahkan hampir setiap rumah memiliki hewan ternak sapi.

Akan tetapi, pemanfaatan kotoran hewan ternak masih belum optimal, sebaliknya kotoran tersebut hanya menimbulkan masalah lingkungan sekitarnya.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah program Desa Mandiri Energi (DME) berupa pemenuhan energi alternatif secara swadaya (self production) serta berkesinambungan melalui produksi biogas dari kotoran hewan ternak.

Program pengabdian masyarakat ini diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat mengenai urgensi pengelolaan limbah kotoran hewan ternak dan manfaatnya. Sosialisasi ini mengundang Kepala Desa Pangpajung, tokoh masyarakat, dan para pemuda desa.

Tujuannya untuk membangun semangat masyarakat dan menyamakan pandangan tentang program desa mandiri energy, sehingga terbentuk kader desa dengan kompetensi perencanaan sampai pemeliharaan instalasi biogas, sehingga Desa Pangpajung dapat menjadi contoh desa mandiri energi bagi desa lainnya.

Dari sini, kemudian, masyarakat diberikan pelatihan instalasi reaktor biogas, mulai dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan instalasi biogas.

Peran aktif masyarakat pada kegiatan ini sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan program yaitu kesinambungan program dan kemandirian masyarakat dalam pemenuhan energi alternatif dari kotoran hewan ternak.

Saat itu, proses pelatihan dihadiri pemuda desa, para kepala dusun, dan tokoh masyarakat. Infrastruktur reaktor biogas cukup sederhana dan pengadaan alat bahan mudah didapat, sehingga memudahkan peserta pelatihan untuk mempraktikkan secara langsung. Instalasi biogas sendiri dibangun dalam skala rumah tangga, sehingga setiap rumah bisa membangun masing-masing instalasi biogasnya.

Selanjutnya, pembangunan instalasi reaktor biogas dilaksanakan di dekat salah satu rumah tokoh masyarakat Pangpajung.

Bahan dasar yang digunakan adalah plastic polietilen, pipa, dan kompor gas. Lokasi reaktor biogas terletak dekat dengan kandang sapi, sehingga proses pemindahan kotoran hewan ternak ke reaktor biogas mudah.

Bisa Disalurkan Melalui Pipa Kecil

Caranya? Kotoran hewan ternak dicampur dengan air, dengan perbandingan 1:1. Setelah itu pengisian adonan (campuran kotoran ternak dan air) ke dalam digester, di dalam reaktor biogas akan terjadi proses kimiawi yang mampu menghasilkan gas metana.

Gas metana ini bisa disalurkan melalui pipa kecil ke penampungan gas yang terletak di dapur, sehingga bisa digunakan sebagai bahan bakar masak. Sambungan pipa ke kompor gas membutuhkan sedikit modifikasi, agar gas metana bisa digunakan di kompor tersebut, mengingat gas metana memiliki tekanan udara yang lebih rendah dibandingkan dengan gas LPG. Percobaan awal biogas ini berhasil digunakan untuk memasak air dan olahan makanan lainnya.

Beberapa kader desa, para pemuda, dan kepala dusun mempraktikkan di rumah masing-masing dengan kontribusi masing-masing. Selain itu, kegiatan juga dilakukan oleh karang taruna sehingga ada pemberdayaan dan regenerasi, serta semangat pemuda yang tinggi untuk menginspirasi masyarakat sekitarnya. Karang taruna dan tokoh masyarakat saling kolaborasi sehingga kesinambungan tercapai.

Setelah dibangun di beberapa titik Desa Pangpajung, para kader perlu melakukan pemeliharaan instalasi biogas. Instalasi sederhana ini masih memiliki tantangan terutama proses pemeliharaan yang terjadi kebocoran sehingga biogas yang dihasilkan tidak maksimal.

Hal ini terjadi karena bahan yang digunakan sangat sederhana, namun bisa dimaksimalkan dengan penggantian instalasi permanen untuk meminimalisir kebocoran. Semua tantangan tersebut bisa diatasi selama rasa semangat dan kepemilikan program desa mandiri energi bagi masyarakat Desa Pangpajung tinggi.

Indikator keberhasilan program ini adalah terbangun 3 instalasi biogas dan terbentuk 3 kader masyarakat Pangpajung yang siap menginspirasi masyarakat lainnya.

Selain itu, lingkungan semakin bersih karena pemandangan tumpukan kotoran ternak bisa diminimalisir dengan dijadikan sebagai bahan untuk penghasil biogas dan menjadi pupuk organik. Bahan dasar untuk biogas tidak harus dari kotoran hewan ternak namun biogas juga bisa dihasilkan dari limbah pertanian.  (*)

Efendi S Wirateruna adalah Dosen Universitas Islam Malang (Unisma).

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry