MALANG | duta.co – Kota Malang kini miliki permata tersimpan pesilat belia. Meski usianya belum genap delapan tahun namun talenta beladirinya patut diacungi jempol. Bahkan ia hampir mengalahkan pesilat seusia pelajar SMP.

Adalah Agam Abdillah, putra pertama pasangan Hendro Sulistiyo dan Nuke Wijayanti. Murid kelas dua SDN Bareng III Kota Malang yang digadang sebagai permata tersimpan. Hal tersebut disampaikan oleh Yogi Pelatih dari Perguruan Pagar Nusa Kota Malang. Menurutnya, dari 16 pesilat yang diturunkan dalam Kejuaraan Pencak Silat Pagar Nusa BTC IX 2023. Sosok imut pesilat belia Agam mencuri perhatian.

“Potensi kedepan Agam menjadi pesilat saya yakin akan cerah. Tinggal diasah tendangan serta teknik bantingan,” ungkap Yogi, Kamis (30/11).

Agam sendiri dalam kejuaraan yang dihelat di kampus UIN Maliki Malang bertanding di kelas usia dini. Dia satu-satunya pesilat yang masih duduk di bangku SD. Lawannya, rerata sudah SMP. Namun ia berhasil menyabet juara tiga untuk kategori tanding kelas A Putra.

“Meski baru pertama tanding, tapi kelihatan sudah nampak tipikal anak pemberani,” ucap Yogi.

Pelatih Pagar Nusa ini membeberkan, dari 16 pesilat yang berlaga, mereka baru pertama kali merasakan pertandingan. Yogi pun hanya menargetkan meraih pengalaman bertanding saja dalam kejuaraan ini.

“Juara urusan belakang yang penting mengasah pengalaman,” ujarnya.

Yogi akui persiapan menjelang kejuaraan ini minim. Mereka baru intensif berlatih seminggu lalu, selama tiga kali. Ia maklumi para pesilatnya baru pertama bertanding, mental masih belum siap. Namun kabar baiknya, dalam tiga pertadingan perdana, kesemuanya meraih juara tiga semua, termasuk Agam.

Dalam pertandingan Agam tidak ada kesalahan. Meski menangis usai bertanding karena kesakitan kena pukulan dan tendangan.

Selama bertanding, Agam lebih banyak menggunakan pukulan dari pada tendangan. Beberapa pukulannya masuk telak di tubuh lawan yang selisih umurnya terpaut jauh.

“Agam selama berlatih, belum pernah Sparing, hingga ketika bertanding sedikit grogi,” tukas sang pelatih.

Pelatih yakin pertandingan berikutnya Agam sudah bisa meraih juara I.

Ditambahkan oleh Ibunda Agam, Nuke Wijayanti, jika sejak TK anaknya ini suka beladiri. Menurutnya, mungkin putra pertamanya ini mengikuti jejak Kakeknya yang juga atlet beladiri Karate.

“Dari dulu latihan beladiri tidak ada yang menyuruh. Semuanya kemauannya sendiri,” kata Nuke.

Lucunya, ungkap Nuke, awal bertanding, saat Agam nendang atau mukul, katanya kasihan lawannya. Dia lupa kalau saat ini pertandingan bukan latihan. Begitu istirahat pelatih instruksikan lepas saja pukulan dan tendangannya. Setelah itu baru dia mau bermain lepas dan berhasil mengejar nilai lawan.

Ditambahkan oleh Nashirudin Al Munir, guru di SDN Bareng III, bahwa pihak sekolah baru pertama mengikuti kejuaraan nasional seperti ini. Istimewanya, sekolah ini menurunkan atlet termudanya Agam Abdilah yang baru menginjak kelas dua SD. Luar biasanya, dalam kejuaraan level nasional ini sekolah ini langsung membawa pulang beberapa tropi juara, termasuk Agam.

“Hasil mengembirakan ini langsung diapresiasi Kepala Sekolah, serta menjadi kebanggaan seluruh warga sekolah,” tutur Nashirudin.

SDN Bareng III memang berupaya membekali peserta didiknya fisik yang kuat melalui ekstrakurikuler silat Pagar Nusa. Termasuk pula para murid nanti dapat membela diri ketika terdesak. Serta sebagai kontribusi pihak sekolah melestarikan budaya bangsa melalui seni bela diri asli nusantara.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry