Mulikha Nourma R, S.KM., M.Kes – Dosen Prodi DIV K3

DATA Covid19 sudah mencapai 5 ribu kasus kematian di awal  Agustus 2020 dan mencapai 80.592 kasus pasien dirawat.

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia pernah memperkirakan awal Januari 2020 virus corona ini masuk ke Indonesia melalui transmisi lokal.  Sejak awal Maret 2020 kasus ini mulai dipandang lebih serius mengingat dampaknya yang meluas dan berujung kematian jika tidak ditangani secara serius dan kewaspadaan yang tinggi.

Setelah pemerintah mencanangkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran covid 19, banyak sekali aktivitas masyarakat yang terpaksa berhenti sampai menunggu situasi aman. Namun dampak PSBB ini membuat sebagian besar aktivitas menjerit karena memenuhi kebutuhan ekonomi.

Tidak dipungkiri bahwa aktivitas ekonomi warga masih  harus terus berlangsung. Namun masih banyak juga mereka beraktivitas tanpa memperhatikan protokol kesehatan. Masih terlihat berkerumun saat di pasar, tidak memakai masker dan masih banyak ditemui tanpa menggunakan sarung tangan saat memilah bahan makanan di pasar. Aktivitas lain warga di luar rumah masih banyak ditemui.

Masih ada yang nongkrong di warung kopi dalam waktu yang lama, ke pasar baik berjualan maupun yang sedang membeli. Jika diamati kebiasaan warga ini saat berada diluar rumah tidak membawa hand sanitizier atau antiseptik untuk melindungi dirinya serta tidak memakai sarung tangan plastik saat memegang memilih bahan makanan di pasar.

Reisa Broto Asmoro, anggota tim komunikasi gugus tugas percepatan penanganan Covid19, menyampaikan bahwa pasar tradisional rentan sebagai tempat penularan covid 19 salah satunya karena pencegahan yang masih sangat minim, dan belum memadai. Data ikatan pedagang pasar indonesia (IKAPPI) mencatat lebih dari 400 pedagang terinveksi virus corona yang tersebar di 93 pasar di jakarta. Dibeberapa pasar di wilayah lain juga ditemukan kasus pedagang positif Covid 19.

Tingginya resiko penularan covid 19 di pasar, menarik kita semua untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Apalagi  pasar adalah tempat yang sangat dibutuhkan masyarakat terlebih dalam penerapan adaptasi kebiasaan baru. Sebagai pembeli kita juga berperan untuk mengingatkan pembeli lainnya, ataupun penjualnya.

Edukasi tentu bisa dilakukan oleh warga sebagai pembeli ataupun penjual untuk mau membangun komunikasi saling mengingatkan tertib protokol kesehatan.

Terbangunya komunikasi baik yang dilakukan satu orang dengan orang lain dan semua penghuni pasar tentu akan dapat menekan angka penyebaran covid 19. Pengelolaan pasar tradisional yang sangat minimalis tentu membuat kita semua harus menyiapkan alat-alat yang dapat mencegah penularan, misalnya menggunakan sarung tangan plastik saat memilah dan memilih bahan makanan di  pasar.

Hal ini juga melindungi kontak langsung penjual dan pembeli. Selain terkadang malas mencari air untuk cuci tangan yang jauh, tentu juga lebih praktis setelah menggunakan sarung tangan plastik langsung menggunakan hand sanitizer yang selalu tersedia di dalam tas. Masyarakat memang harus diberikan edukasi salah satunya, bahwa “maskerku meindungimu, dan maskermu melindungiku”. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry