Tim FK Unusa bersama masyarakat Desa Tunggul, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. DUTA/ist

Peran mahasiswa dan akademisi penting untuk memberikan edukasi pada masyarakat.

Salah satunya dilakukan Departemen Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran (BEM FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Mahasiswa yang dididik menjadi dokter itu mengajak masyarakat desa untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam berbagai bidang.

—-

Pengabdian masyarakat kali ini dilakukan di Desa Tunggul, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan pada akhir November 2020 lalu. Mahasiswa yang tergabung dalam BEM FK ini sudah setahun  melakukan survei di kawasan tersebut.

Dari hasil survei yang dilakukan, masyarakat yang banyak bekerja sebagai petani dan peternak ini, ternyata kurang mampu mengelola kebersihan rumah  dan lingkungannya. Bahkan,  PHBS masih belum diterapkan dengan baik. Termasuk dalam pengolahan sampah.

Namun, karena pandemi, program pengmas ini tidak bisa diikuti banyak orang. Unusa menjaga keselamatan dan kesehatan para mahasiswanya. Sehingga, hanya tiga orang yang datang ke desa itu untuk memberikan edukasi dan praktik bagaimana penerapan PHBS di keluarga dan lingkungan.

Tiga mahasiswa itu, Hafitd Thoriqi, HD Singgih dan Alif Alfian Alghifari. Mereka turun langsung menemui masyarakat yang tidak hanya mengedukasi tapi mempraktikkannya langsung.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

“Di dalamnya kami berikan pemahaman tentang pengolahan air pesisir, sanitasi dan pengelolaan sampah dengan box composter,” ujar Hafitd.

Dikatakan Hafitd, pengolahan sampah di desa itu sangat kurang bagus. Sampah rumah tangga dan daun-daunan dijadikan satu dengan jenis sampah lainnya. Sehingga benar-benar menumpuk dan merusak lingkungan.

“Kita ajari bagaimana cara memilah sampah. Sampah basah, kering dan bisa didaur ulang, harus dipisah-pisah. Sampah yang bisa dijadikan kompos kita buatkan box composter. Sehingga nantinya bisa jadi pupuk organik dan sangat cocok untuk mengemburkan tanah pertanian warga,” kelas Hafitd.

Dengan bantuan warga, box composter bisa terpasang dengan baik. Dan bisa dimanfaatkan warga untuk membuang sampah dedaunan dan sisa-siswa makanan.  “Sehingga sampah rumah tangga tidak banyak menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA),” tukasnya.

Tim FK Unusa bahu membahu bersama warga desa membuat box composter agar sampah organik bisa dijadikan pupuk. DUTA/ist

Kepala Desa Tunggul HM Yasin mengapresiasi langkah mahasiswa FK Unusa ini. Melalui acara ini, banyak masyarakat yang mulai membiasakan dalam mengolah sampah. “Warga perlahan-lahan mulai membiasakan diri untuk memilah sampah, jadi ini cukup bagus untuk lingkungan desa agar tetap bersih dan nyaman,” ujarnya.

Yasin mengakui jika sebelumnya masyarakat kerap membakar sampah yang ada di wilayah rumahnya. “Sekarang mereka memilah sampah tersebut untuk dimasukan ke dalam tempat sampah,” ungkapnya.

Yasin berharap, langkah yang dilakukan mahasiswa FK Unusa bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat desa. “Terlebih menjaga kebersihan lingkungan agar lebih bersih dan nyaman. Jadi sampah juga tidak banyak yang dibuang ke TPA,” harapnya.

Dari pengabdian masyarakat ini, diakui Hafitd, sudah menghasilkan dua modul. Modul pertama adalah penerapan PHBS di sekolah dan modul tentang pengolahan sampah bagi masyarakat. Dengan dua modul ini, masyarakat desa tidak hanya di Desa Tanggul tapi di desa-desa lainnya bisa menerapkan agar lingkungan bisa bersih dan indah. Sehingga masyarakat bisa hidup sehat dan lingkungannya bersih. ril/hms

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry