Gilang Nugraha, S.Si., M.Si.- Dosen D-IV Analis Kesehatan

ANEMIA atau masyarakat Indonesia lebih mengenal dengan istilah darah rendah, merupakan kondisi medis yang terjadi karena penurunan jumlah sel darah merah atau hemoglobin.

Anemia sering dikenal dengan gejala 5L, yaitu lemah, letih, lesu, lelah, dan lunglai. Kasus anemia ini umum dialami semua kalangan terutama remaja putri. Berdasarkan Riset Kementerian Kesehatan, terjadi peningkatan kasus anemia dari 7% pada tahun 2007 menjadi 32% pada 2018.

Seseorang dinyatakan anemia ketika kadar hemoglobin kurang dari 12,0 g/dL. Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah dan berperan dalam pengangkutan oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Oksigen merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam metabolisme. Oleh karena itu, penurunan kadar hemoglobin dapat mempengaruhi fungsi dan kerja organ.

Dampak negatif anemia yaitu terganggunya pertumbuhan, perkembangan, kemampuan kognitif dan konsentrasi belajar, serta meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi. Kondisi tersebut karena, remaja merupakan periode terjadinya percepatan pertumbuhan dan perkembangan.

Sementara itu, jika anemia dibiarkan pada remaja putri maka akan meningkatkan risiko anemia pada saat kehamilan dan akan berisiko menyebabkan kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi anemia bahkan hingga terjadi kematian pada ibu dan bayi baru lahir.

Penyebab umum anemia pada remaja putri adalah kekurangan zat besi dalam tubuh. Zat besi merupakan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Penurun zat besi dalam tubuh disebabkan oleh diet yang tidak tepat sehingga nutrisi yang masuk menjadi berkurang.

Selain itu, penurunan zat besi pada remaja putri bisa disebabkan oleh menstruasi. Remaja putri yang mengalami menstruasi dini dan durasi menstruasi yang panjang perlu mendapat perhatian khusus, karena pengurangan zat besi akan sangat cepat terjadi karena terjadi peningkatan volume kehilangan darah.

Kasus yang lebih kecil bisa di sebabkan karena kecacingan, infeksi bakteri dan penyakit kronis.

Pemeriksaan anemia selain dapat dilihat dari gejala yang timbul, dapat ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium. Beberapa pemeriksaan untuk deteksi dini atau memastikan anemia dilakukan dengan menentukan jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin.

Pemeriksaan penunjang lainnya mungkin akan dibutuhkan untuk memastikan penyebabnya. Pada kasus anemia yang disebabkan defisiensi besi, makan dokter akan mengarahkan pemeriksaan profil zat besi bahkan retikulosit.

Upaya pemerintah dalam mencegah anemia dan memenuhi kebutuhan zat besi, pemerintah memberikan tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri yang dikonsumsi 1 tablet setiap minggunya selama 1 tahun.

Agar zat besi dapat diserap secara maksimal, disarankan dikonsumsi bersamaan dengan buah-buahan yang mengandung vitamin C dan hindari konsumsi teh dan kopi karena dapat menghambat penyerapan zat besi.

Kesadaran konsumsi TTD bagi remaja harus timbuk dari diri sendiri dengan memahami risiko yang terjadi jika anemia bisa terjadi pada seorang remaja khususnya putri. Kesadaran tersebut dapat menyumbangkan penurunan kasus anemia pada remaja dan dapat menyelamatkan generasi emas bangsa. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry