BARISTA: Bupati Bondowoso Amin Said Husni saat menjadi barista dadakan kopi specialty Bondowoso (duta.co/haryono)

BONDOWOSO | duta.co -Indikasi Arabika Java Ijen Raung khas Bondowoso. Tanaman yang banyak menghampar di lereng Gunung Ijen dan Raung ini sejak 10 September 2013 telah memperoleh sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM. Kopi ini tumbuh di hutan-hutan dengan ketinggian di atas 900 mdpl yang tersebar di kecamatan Ijen, Sumberwringin, Tlogosari, Cermee, dan Botolinggo.

Kopi yang punya cita rasa asam Jawa, bukan jeruk dengan sedikit pedas tak kentara. Pahit biji kopi pun tak pekat. Aromanya ada bebungaan hutan. Volume penyajian standar kopi arabika java ijen raung 10 mililiter atau dua sendok teh. Kadar kekentalan kopi sedang.

Bupati Bondowoso, Amin Said Husni mengatakan hampir semua kebun kopi di Bondowoso dikelola oleh petani rakyat. Hingga 2016, lahan perkebunan kopi petani mencapai hampir 14 ribu hektare dengan total produksi sekitar 2.700 ton.

Semenjak 2010 Pemkab Bondowoso berkomitmen kembangkan kopi, produktivitasnya naik pesat. Dari ekspor perdana tahun 2011 kirim 1 kontainer (17,6 ton), pada 2016 sudah naik jadi 43 kontainer (858,91 ton).

Sukses klasterisasi kopi arabika java ijen raung juga mendorong wilayah-wilayah lain mengembangkan kopi spesialti. Pemkab Bondowoso mengupayakan paten semua kopi di daerahnya. Saat ini Bondowoso tengah mengajukan IG untuk kopi di kawasan Gunung Argopuro.

Kawasan Argopuro memiliki sekitar 800 hektare lahan kopi dengan jenis arabika. Total produksinya 250 ton oce dari 5 kelompok tani. Ladang-ladang kopi di Argopuro saat ini tersebar di kecamatan Pakem, Maesan, dan Grujugan. “Kami mau kembangkan kopi Bondowoso. Karena kalau hanya kopi ijen raung, kawasan di luar itu jadi nggak masuk. Makanya semua diupayakan peroleh IG dulu,” kata Amin

Kopi memang jadi andalan Bondowoso. Ia menyumbang besar pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian termasuk perkebunan menyuplai 38 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 2017. Rata- rata pengeluaran perkapita masyarakat Bondowoso Rp 11 juta, meningkat tajam sejak beberapa tahun lalu. “Ini terlihat dari banyak warga punya mobil dan antri naik haji,” imbuh Amin.

Amin sadar betul kopi tak sekedar komoditi, tapi juga bagian dari pariwisata. Selain deklarasi BRK pada Festival Kopi Nusantara 2016, digelar juga Ijen Trail Running yang masuk agenda tahunan dari Asia Trail Running sejak 2015, Ijen Flying Fest (Festival Paralayang), serta Ijen Summer Jazz.

Ketiganya digelar berdekatan sekitar September. Dalam paket acara dan wisata ke Bondowoso, kopi selalu dihadirkan. Cara ini jelas mendatangkan wisatawan dan menaikkan pamor Bondowoso sebagai tujuan wisata. (yon)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry