Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri Bakri MSi (paling depan) bersama jajaran rektorat mengenakan sarung. Ini sebagai upaya meneguhkan perguruan tinggi ini yang Rohmatan Lil 'Alamin di tengah kemajemukan.

MALANG | duta.coUniversitas Islam Malang (Unisma) lagi-lagi membuat torehan sejarah dengan mendeklarasikan diri sebagai ‘Kampus Bersarung’. Di mana setiap Jum’at, seluruh sivitas akademikanya diwajibkan mengenakan sarung. Ini sebagai peneguh, bahwa kampus kebanggaan NU ini sebagai perguruan tinggi Islam yang moderat lagi Rohmatan Lil ‘Alamin.

Hal tersebut disampaikan Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri Bakri MSi, yang mewajibkan segenap pimpinan, karyawan maupun dosen mengenakan sarung. Kewajiban tersebut berlaku mulai kemarin, (28/08/2020) hingga tiap Jum’at seterusnya. Kampus ini memang menyadari, bahwa pendiri mereka ialah para Kyai yang berlatar belakang pesantren.

“Kami berupaya menghidupkan budaya Islam Nusantara, yang salah satu cirinya memakai sarung,” ungkap Prof Maskuri.

Rektor yang dikenal inovatif ini menandaskan pula, bahwa ditengah hiruk pikuk kehidupan, sudah semestinya hal yang baik-baik diambil. Termasuk menjaga warisan budaya yang bercorak Islami. Langkah ini termasuk sebagai pembeda dengan universitas lain.

Prof Maskuri mengakui, upaya menghidupkan budaya Islami ditengah-tengah kampus ini terinspirasi berbagai perguruan tinggi Islam di Timur Tengah. Termasuk dalam hal tata cara berbusana. Diantara universitas yang menjadi kiblat dari Unisma adalah Al Azhar dan Ummul Quro’ di Arab Saudi.

Bahkan kebijakan unik ini akan berlanjut dan berlaku juga kepada seluruh mahasiswa. Nantinya jika perkuliahan sudah mendapat ijin untuk bertatap muka, maka seluruh sivitas akademika wajib bersarung semua.

Orang nomer satu di kampus multikultural ini menerangkan pula mengenai penerapan sanksi bagi yang tidak mengindahkan kebijakan ini. Yakni dengan pemanggilan langsung yang bersangkutan dan langsung diberi sarung.

“Agar dakwah Islam Rohmatan Lil Alamin ini mengena. Bagi yang tidak mengenakan sarung akan kami peringatkan dengan halus. Juga langsung kami beri sarung,” tutur Prof Maskuri dengan bijak.

Di tataran Fakultas, Dekan dan Wakil Dekan yang akan memantau kedisplinan mengenakan sarung. Hingga kebijakan ini tidak hanya di Rektorat, namun menyebar ke seluruh lini universitas.

Launching Jum’at bersarung di Unisma ini juga merupakan Trade Mark sebagai kampus Islami. Dengan bersarung diharapkan juga nuansa religius kental terasa di perguruan tinggi ini. Hal tersebut diyakini sebagai Spirit dalam meneguhkan yang Islam sejuk. Tentu saja,  diiringi pula dengan perombokan kurikulum yang Islami.

“Bagi mahasiswa non muslim, kebijakan hendaknya mereka dapat menyusaikan. Namun tidak ada paksaan,” tutup Prof Maskuri. (dah)