Nanang Rokhman Saleh – Dosen Agama

PENDIDIKAN Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran sejak pra sekolah, dasar, lanjutan,  PENDIDIKAN Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran sejak pra sekolah, dasar, lanjutan,  menengah, hingga perguruan tinggi yang wajib diberikan kepada peserta didik yang berguna sebagai dasar keyakinan yang melandasi ucapan dan perbuatan, dan sebagai tuntunan hidup yang menuntun hidupnya menuju kebahagian lahir batin, di dunia dan akhirat., hingga perguruan tinggi yang wajib diberikan kepada peserta didik yang berguna sebagai dasar keyakinan yang melandasi ucapan dan perbuatan, dan sebagai tuntunan hidup yang menuntun hidupnya menuju kebahagian lahir batin, di dunia dan akhirat.

Pembelajaran PAI di sekolah, madrasah dan perguruan tinggi, dalam satu sisi  mengalami perkembangan dari masa ke masa terutama pada modelnya yang mulanya teacher centered learning, kini beralih menjadi student centered learning, namun di sisi lain juga memiliki segudang permasalahan  yang pada intinya belum mencapai tujuan dari pembelajaran PAI itu sendiri yaitu terbentuknya manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu,  berakhlak, dan berkarya.

Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari metode yang monoton, media yang minimalis, model pembelajaran yang kuno, evaluasi pembelajaran yang parsial, sistem pengajaran apa adanya,  kompetensi guru yang rendah, hingga  pembelajaran yang lebih fokus pada pemahaman pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor), tetapi mengabaikan pengamalan dalam perilaku sehari-hari (afektif).

Seiring dengan lajunya era digitalisasi yang merambah semua bidang kehidupan termasuk  bidang pendidikan, di satu sisi  menuntut adaptasi berupa model pembelajaran online, juga di sisi lain berimplikasi pada anak dalam beberapa hal antara lain lepas kontrol dari pengawasan orang tua, sedikit waktu untuk bermain dan kurangnya interaksi sosial.

Kehadiran era digital tersebut secara khusus juga berdampak pada pembelajaran PAI yang mengharuskan inovasi dan pembaruan dalam semua lingkupnya termasuk kurikulum PAI yang berbasis IT ketika pembelajaran PAI itu menginginkan tetap eksis dan diterima oleh semua kalangan di tengah perkembangan dan kemajuan zaman yang terus berjalan, sehingga tujuan pembelajaran PAI dapat dicapai.

Terkait kurikulum, jika dicermati dan ditelaah secara mendalam, kurikulum pendidikan di negeri ini belum memiliki gambaran atau konsep yang utuh. Terbukti telah terjadi pergantian dari waktu ke waktu bersamaan dengan pergantian pemimpin setiap lima tahun sekali. Di antaranya kurikulum CBSA, KTSP, KBK, Kurikulum 2013 (tematik) dan kini menjadi Kurikulum Merdeka dalam bingkai sekolah merdeka dan kampus merdeka.

Pergantian kurikulum lima tahunan tersebut mungkin saja memiliki kelebihan dan kekurangan dengan beragam sudut pandang, kebutuhan dan argument serta kepentingan. Tetapi yang jelas, wajah dan arah pendidikan di negeri ini belum menunjukkan ke-khasan atau belum memiliki standar yang pakem. Implikasinya adalah siswa dan atau mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya terkadang tidak mengetahui tujuan akhir dari studinya.

Selain pergantian kurikulum lima tahunan tersebut, terdapat pula hal lain yang  penting dan hampir tidak terkaji yaitu apa yang disebut dengan hidden curriculum (kurikulum tak tertulis) yang terkait dengan performance guru, pendidik, orang tua dan masyarakat untuk ditiru dan menjadi role model bagi siswa dalam pembelajaran baik dari sisi tutur kata, tindakan, sikap maupun karakter. Sedangkan kurikulum tertulis yaitu yang memiliki naskah akademik yang disusun oleh kemenag dan kemendikbud beradasarkan Standar Nasional yang hal ini lebih sering dibahas dengan menghabiskan anggaran biaya yang sangat besar tetapi hasilnya belum maksimal untuk diterapkan dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

Ketiga unsur tersebut yang menjadi bagian dari rumusan kurikulum tak tertulis (orang tua, guru dan masyarakat) disebut tri pusat pendidikan yang saling terkait dalam membentuk pribadi peserta yang baik, benar dan mulia (etis, estetis, agamis). Orang tua atau keluraga menjadi destinasi pertama dan utama dalam pendidikan. Karenanya orang tua harus memfalitisasi program sekolah untuk anaknya. Guru di sekolah juga berperan dalam membentuk siswa yang baik. Sedangkan masyarakat juga berperan dalam mempersiapkan generasi yang unggul, rahmatan li al‘alamin.

Dalam menyikapi era disrupsi tersebut, terdapat beberapa tawaran solusi, antara lain: kurikulum  PAI yang telah tersusun dalam bentuk dokumen harus dilaksanakan dengan benar sesuai dengan tujuan pembelajaran, kurikulum tak tertulis  harus dilaksanakan oleh seluruh civitas sekolah guna mewujudkan perubahan perilaku siswa, pembelajaran PAI mencakup kognitif, psikomotor dan afektif, pembekalan ICT untuk pendidik dan peserta didik, sinergi yang kuat dari tri pusat pendidikan, dan evaluasi kurikulum di Lembaga Pendidikan Islam didasarkan pada kebutuhan pendidikan; bukan politisasi pendidikan.*

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry